Anda di halaman 1dari 133

Alat Ukur

Menggambar Teknik
Teknik Industri
Universitas Surabaya
Alat Ukur
 A.U. linier langsung
 A.U. linier tak langsung

 A.U. kaliber batas

 A.U. sudut langsung

 A.U. sudut tak langsung

 A.U. ketegaklurusan
Alat Ukur Linear

Teknik Industri
Universitas Surabaya
Alat ukur Linier Langsung

 Mistar ukur
 Mistar Ingsut

 Mikrometer
Mistar Ukur
 Paling sederhana
 Bahan : baja, kuningan

 Skala pembagi/kecermatan: ½ atau 1 mm

 Panjang : 150 – 300 mm

 > 300 mm : meteran lipat / gulung

 Fungsi :
 memperkirakan dimensi Obyek Ukur
 Melakukan penggambaran secara kasar
Mistar Ukur

 Mistar ukur berkait

 Mistar ukur
Mistar Ukur
 Meteran lipat
 Meteran gulung

 Meteran gulung
Mistar Ingsut

 Nama lain :
 Mistar geser
 Jangka sorong
 Caliper
 Jenis :
 Mistar ingsut nonius
 Mistar ingsut jam
 Sensor :
 Rahang tetap dan rahang geser
Mistar Ingsut
 Kapasitas ukur 150 mm – 1000 mm
 Kecermatan : 0,10 ; 0,05 ; 0,02 mm

 Penggunaan :
 Rahang luncur meluncur tanpa goyang
 Periksa kedudukan nol & kesejajaran
rahang
 Mengukur tidak dengan ujung rahang
 Tekanan pengukuran jangan terlalu kuat
 Pembacaan setelah diangkat dari obyek
 Jaga kebersihaan, jangan disalah gunakan
Mistar Ingsut Nonius
1. Kunci peluncur
2. Kunci penggerak
halus
3. Skala utama

4. Batang

5. Lidah pengukur
kedalaman
6. Penggerak halus

7. Peluncur

8. Sensor (rahang
gerak)
9. Rahang tetap

10.Nonius
Mistar Ingsut Jam
 Kecermatan : 0,10 ; 0,05 ; 0,02 mm
 1 putaran 0,1 X100 skala = 10 mm
Cara Pengukuran

a. Ketebalan, jarak luar, diameter luar


b. Kedalaman

c. Tingkat

d. Jarak celah, diameter dalam


Mistar Ingsut Ketinggian
Mistar Ingsut Ketinggian
Mistar Ingsut Ketinggian
Mistar Ingsut Tak Sebidang
Mistar Ingsut Jarak Senter
Mistar Ingsut Diameter Alur
Dalam
Mistar Ingsut Pipa
Mistar Ingsut Posisi dan
Lebar Alur
Mistar Ingsut Kedalaman
Mikrometer

 Kecermatan umum : 0,01 mm


 Kecermatan : 0,005 ; 0,002 ; 0.001 mm
 Kecermatan dibatasi ketelitian
pembuatan ulir
 Untuk membatasi kesalahan : panjang
ulir (jarak gerak) hanya 25 mm
 Kapasitas ukur : 0 – 25 mm ; 25 – 50
mm ; dst
Mikrometer

 Penggunaan
 Permukaan hrs dibersihkan
 Kedudukan nol harus disetel
 Benda ukur dipegang tangan kiri dan
mikrometer dengan tangan kanan
 Penekanan poros ukur tidak terlalu kuat
 Tidak boleh digunakan sebagai penjepit
Mikrometer
Mikrometer Indikator
Mikrometer Luar dengan
Landasan Tetap
Mikrometer Batas
Mikrometer Luar Digital
Mikrometer Luar Jenis
Rahang
Mikrometer Dalam Jenis
Rahang
MIkrometer Kedalaman
Mikrometer Pipa
Mikrometer dengan Jam
Ukur
Cara Pengukuran Tdk
Langsung
 Ukur benda dengan
pupitas/jam ukur test
 Gerakkan pupitas ke arah
kaliber induk tinggi
 Sesuaikan kaliber induk
tinggi dengan tinggi
pupitas
 Nilai yang terbaca pada
kaliber induk tinggi
merupakan tinggi benda
ukur
Alat Ukur Linier Tak Langsung
 Alat ukur standar :
 Blok ukur (gauge block)
 Batang ukur (length bar)
 Kaliber induk tinggi (height master)

 Alat ukur pembanding :


 Jam ukur (dial indikator)
 Jam ukur test (dial test indikator)
 Pembanding (comparator)

 Alat ukur bantu


Blok Ukur
 Dua muka ukur : halus, rata, sejajar,
mempunyai daya adhesi (saling lekat)
 Bahan : baja karbon tinggi

 Sifat :
 Tahan aus
 Tahan korosi
 Kestabilan dimensi baik

 Ketelitian 0,0005

 Set of 32, 46,47,79,88,112,122.


Blok Ukur Set
Pemilihan Blok Ukur

 Mulai dari desimal terbelakang


 Tujuan : mendapatkan kombinasi blok
dengan jumlah blok minimum
 Contoh : 58,975 mm
Batang ukur
 Maksimum blok ukur : 150 mm
 > 200 mm butuh batang ukur

 Bahan : baja karbon

 Fungsi :
 Kalibrasi blok ukur
 Penyetelan posisi nol
Kaliber Induk Tinggi
Latihan

 Susunlah blok ukur untuk mengukur


 51,9695 mm dengan blok ukur tebal
dasar 1 mm
 73,768 mm dengan blok ukur tebal
dasar 2 mm
1,0005+1,009+1,46+23,5+25

2,008+2,26+19,5+50
Jam ukur
Jam ukur

 Digunakan sebagai alat pembanding


 Kecermatan 0,01; 0,005; 0,002
 Kapasitas ukur 20, 10, 5, 2, atau 1
mm
 Ujung sensor: bulat, pipih, atau
runcing
 Bahan sensor: baja, karbida, batu
safir
Jam Ukur
 Prinsip : gerak linear diubah gerakan putaran
jarum penunjuk
Jam ukur
Pupitas/Jam Ukur Test

 Digunakan sebagai alat pembanding


 Kapasitas ukur 0,8 atau 0,2 mm

 Kecermatan 0,001 mm

 Lintasan berupa busur pendek


Komparator

 Alat ukur peka untuk pengukuran


yang cermat
 Digunakan sebagai alat pembanding
 Contoh:
 Edent Rolt Milionth
 Johansson Mikrokator
 Sigma Comparator
 Komparator Mekanis Optis
Sigma Comparator
Johansson Mikrokator
Alat Ukur Kaliber
Batas
Teknik Industri
Universitas Surabaya
Kaliber Batas

 Digunakan untuk mempercepat pengukuran


produk dalam jumlah banyak
 Mengetahui apakah obyek ukur (produk)
tidak melebihi batas maksimal / kurang dari
batas minimal (daerah toleransi)
 Contoh kaliber :
 Kaliber poros  pemeriksa lubang
 Kaliber ring/celah  pemeriksa poros
Kaliber Batas
Kaliber Poros

 Untuk suatu ukuran lubang yang telah


ditetapkan ukuran maksimum dan
minimum (daerah toleransi)  kaliber
poros
 diameter minimal lubang  k. poros
GO (selalu masuk lubang)
 Diameter maksimal lubang  k. poros
NOT GO (selalu tidak masuk lubang)
Toleransi Pembuatan
Kaliber Batas
 Menurut Standar Inggris (BS 969)
dalam pembuatan kaliber batas perlu
diperhitungkan :
 Toleransi Pembuatan : 10% tol obyek
ukur
 Toleransi Keausan : 20 % tol
pembuatan
(khusus kaliber batas GO)
Toleransi Pembuatan
Kaliber Batas
Toleransi Dasar
Perencanaan Kaliber
(Taylor)
 Kaliber GO
Memeriksa benda ukur dalam kondisi
material maksimum dan menerima
sebanyak mungkin obyek yang
saling berhubungan
 Kaliber NOT GO

memeriksa benda ukur dalam kondisi


material minimal dan memeriksa satu
obyek ukur saja
Toleransi Dasar
Perencanaan Kaliber
(Taylor)
Toleransi Dasar
Perencanaan Kaliber
(Taylor)
Contoh soal

Rencanakan kaliber Batas untuk


mengukur dimensi berikut
 Diameter 80 N6

 Diameter 65 p6
Latihan

 Rancanglah alat ukur kaliber Go dan


Not Go untuk mengukur 80 h10
Latihan
 Rancanglah Kaliber untuk mengukur sebuah
lubang dengan ukuran Ø65 M7
Mata Kuliah Metrologi Industri

Alat Ukur Sudut

Teknik Industri
Universitas
ALAT UKUR SUDUT
 Alat Ukur Sudut Langsung
 Busur baja
 Busur bilah
 Profil proyektor
 Clinometer
 Alat Ukur Sudut Tak Langsung
 Blok sudut
 Pelingkup sudut
 Alat ukur sinus
 Angle dekkor
Sudut

 1 putaran = 360°
 1° = 60 menit = 60’

 1’ = 60 detik = 60”
Busur baja

 Kecermatan 1°
 Bisa dibantu penyiku
Busur baja
Busur bilah
 Kecermatan : 5’
Bagian Utama Busur bilah
 Badan/Piringan Dasar
 Terdapat skala 0  – 90  – 0  – 90 
 Plat Dasar
 Harus datar dan lurus
 Piringan Indeks
 Terdapat garis indeks dan skala nonius
sudut
 Bilah Utama
 Harus rata
Busur Bilah
Penggunaan Busur Bilah
Penggunaan Busur Bilah
Profil Proyektor
 Sudut dihitung dari
bayangan yang
terbentuk pada kaca
profil proyektor
 Pengukuran
menggunakan:
 Garis silang
 Gambar sudut
Clinometer
 Alat ukur kemiringan bidang dengan menggunakan
prinsip gabungan dari pendatar dan busur bilah
 Kecermatan : hingga 30”
Clinometer
Blok Sudut
 Dimensi blok sudut : 76 x 16 mm
 Material : baja yang dikeraskan
 Kedua muka ukurnya digosok halus dan rata
Blok Sudut

 Blok Sudut Tomlinson 13 blok


 Satuan derajat : 10, 30,90, 270,410 =5
 Satuan menit : 1’, 3’,9’, 27’ =4
 Satuan detik : 3”, 6”, 18”, 30” = 4
 Blok Sudut Starret 16 blok
 Satuan derajat : 10, 30,50, 150,300,450 = 6
 Satuan menit : 1’, 3’,5’, 20’,30’ =5
 Satuan detik : 1”,3”,5”,20”,30” =5
Penggunaan Blok Sudut

 Bisa ditambahkan atau dikurangkan


 Dalam penggunaannya membutuhkan
pisau lurus dan kadang blok persegi
 Soal Latihan : 57 34’ 9’’
Penggunaan Blok Sudut

 Susunlah blok sudut untuk mengukur


sudut
 69 48’ 18 ‘’
18’’+3-1-3’-9’+41+27
20’’-3’’+1’’+30’+20’-3’+1’+45+30-5-1 
 52 26’ 13’’
30’’-20’’+3’’+20’+5’+1’+45+5+3-1
Latihan
 Susunlah blok sudut untuk dapat mengukur sudut
berikut ini:
 69 49’ 27 ‘’ 30’’-3’’+1º-9’-3’+1’+90º-27º+9º-3º
30’-3’+30’+20’-1’+45+30-5-1
 104 46’ 9’’ 5”+3”+1”+30’+20’-3+-1’+90+15-1
3”+6”+1º-27’+9’+3+1’+90º41º-27º
Pelingkup Sudut
 Alat Ukur Pembanding
 Tidak mempunyai skala
 Kesulitan jika dengan
blok sudut
 Dengan cara
melingkupi permukaan
pembentuk sudut, bilah
dikunci
 Dibandingkan dengan
blok sudut / profil
proyektor
Pelingkup Sudut
A. U. Sinus
 Batang sinus
 Meja Sinus
 Senter Sinus
 Busur Sinus
Batang Sinus
 Diameter rol sama dengan toleransi kesilindrisan
0,003 mm
 Jarak antar pusat 100, 200, 250, atau 300 mm
 Posisi rol harus sejajar
Batang Sinus
 Permukaan kerja harus rata
 Salah satu rol dapat diangkat sehingga membentuk
sudut
 Semakin besar sudutnya, ketelitian semakin rendah
Penggunaan Batang Sinus
 Benda ukur diletakkan diatas batang sinus
 Menggunakan bantuan jam ukur dan blok ukur
Penggunaan Batang Sinus
 Untuk mengukur sudut yang besar
Penggunaan Batang Sinus
 Untuk mengukur sudut yang kecil
Penggunaan Batang Sinus
 Penambahan ketinggian dicari dengan rumus:

l
y  d.
l'
Latihan
 Sebuah benda mempunyai bentuk runcing dengan
sudut antara 25 25’ dan 25 26’. Untuk mengetahui
sudut dengan tepat digunakan batang sinus yang
mempunyai jarak antar rol 100 mm. Saat dimiringkan
25 25’ dan diukur dengan jam ukur tes, untuk jarak
50 mm pada permukaan ukur jam ukur menunjukkan
selisih ketinggian sebesar 0,012 mm (harus
menambah).
 Susunlah blok ukur yang digunakan untuk mendapatkan
ketinggian yang diinginkan (1,0005+1,003+1,44+14,5+25)
 Hitunglah berapa sudut dari benda tersebut (25 º 25’ 54‘’)
Latihan
 Sebuah benda mempunyai bentuk runcing dengan
sudut antara 20 25’ dan 20 26’. Untuk mengetahui
sudut dengan tepat digunakan batang sinus yang
mempunyai jarak antar rol 200 mm. Saat dimiringkan
20 26’ dan diukur dengan jam ukur tes, untuk jarak
50 mm pada permukaan ukur jam ukur menunjukkan
selisih ketinggian sebesar 0,012 mm (harus
mengurangi).
 Susunlah blok ukur yang digunakan untuk mendapatkan
ketinggian yang diinginkan
 Hitunglah berapa sudut dari benda tersebut
Meja Sinus
 Dapat digabungkan dengan mesin perkakas
 Penjepitan bisa menggunakan mekanik atau magnet
Senter Sinus
 Sumbu benda ukur harus berimpit dengan sumbu
senter sinus
 Diperlukan pengukuran 2 x dengan selisih putaran
180 
d A  db l
h . mm
2 x
Contoh Soal
 Sebuah benda mempunyai bentuk tirus dengan
diameter kecil 25 mm dan diameter besar 35 mm.
Untuk mengetahui sudut dengan tepat digunakan
senter sinus yang mempunyai jarak antar rol 100
mm. Saat diukur dengan jam ukur tes sepanjang 25
mm, permukaan ukur jam ukur menunjukkan sudah
lurus.
 Berapa sudut dari tirus tersebut
 Seperti apa susunan blok ukur yang digunakan untuk
mendapatkan ketinggian yang diinginkan
Meja Sinus Gabungan
Busur Sinus
 Kombinasi busur bilah dan batang sinus
h
sin   .
l
 l = jarak senter

h
Angle Dekkor
 Menggunakan prinsip optis
 Komponen utama: lensa kolimator, prisma, sumber
cahaya, garis berskala
 Kapasitas ukur 60 menit
 Kecermatan 1 atau ½ menit
Angle Dekkor
Angle Dekkor
Angle Dekkor
Mata Kuliah Metrologi Industri

Pengukuran
Ketegaklurusan
Teknik Industri
Universitas
Pengukuran Ketegaklurusan

 Sudut istimewa yang sering


digunakan adalah sudut 90
 Sudut ini dikenal dengan sudut siku

 Dua garis atau bidang yang


membentuk sudut tersebut saling
tegak lurus
 Kesalahan ketegaklurusan dapat
dinyatakan dalam satuan sudut atau
satuan linear
Pemeriksaan
Ketegaklurusan
 Penyiku
Pengukuran Ketegaklurusan

 Perbandingan dengan standar siku


berupa silinder berdiameter 100 mm
dengan tinggi 100, atau 150 atau 200
mm
Pengukuran Ketegaklurusan

 Perbandingan dengan batang paralel


yang diklem ke plat siku
Pengukuran Ketegaklurusan

 Ketegaklurusan dua bidang paralel


Pengukuran Ketegaklurusan

 Pengukuran dengan autokolimator


Mata Kuliah Menggambar Teknik
PENGUKURAN DENGAN
BOLA DAN SILINDER

Teknik Industri
Universitas
Pengukuran
Radius/Diameter
 Ukuran radius/diameter besar  sulit
dengan cara pengukuran langsung
 Alat ukur bantu : rol & bola

 Radius/Diameter sebagai fungsi dari


besaran lain (diameter bola dan atau
rol) dan variabel yang diukur
(panjang, tinggi, kedalaman)
 Kesalahan sistematis dipengaruhi
kecermatan alat ukur dan ketelitian
dimensi rol atau bola
Pengukuran dengan Rol

R  ????
d  diameter rol
h  beda tinggi

A
Pengukuran Radius Dalam

Mengukur beda tinggi ketiga rol


d 2  d.h
R
2.h
d  diameter rol
h  beda tinggi
Pengukuran Radius Dalam

Mengukur jarak ketiga rol

d2 d
R 
4d 2  (l  d) 2 2
d  diameter rol
l  jarak tepi luar dua rol di pinggir
Pengukuran Radius Dalam

Memakai dua rol dengan jarak tetap

h   d.h
2 L2
R 4
2.(h - d)
d  diameter rol yang dipasang pada jarak L
h  beda tinggi
Pengukuran Radius Luar

Memakai dua rol dengan jarak tetap

L2  4.h.(d - h)
R
8.h.(d - h)
d  diameter rol yang dipasang pada jarak L
h  beda tinggi
Pengukuran Radius Luar

Memakai dua rol di atas meja rata

(L - d)  (2h  d) - d
2 2 2
R
8.(d - h)
d  diameter rol dengan jarak tepi sebesar L
h  beda tinggi
Pengukuran Diameter
Lubang

 d1  d 2   d1  d 2 
2 2

D  d1  2     h2  h1  
 2   2 
d1  diameter 4 bola di dasar
d 2  diameter 1 bola di atas
h 2  h1  selisih kedalaman lubang
Pengukuran Lebar
Celah/Diameter Lubang

d1  d 2
L  h1  h 2 
. d1  d 2   h1  h 2 
2
d1 , d 2  diameter rol/bola
h1  dalam celah tanp a rol/bola
h 2  dalam celah sampai sisi atas rol/bola atas
Pengukuran Radius Luar
dengan Komparator

90  

x.sin 
R
1 - sin 
x  jarak pengukuran komparator
  sudut pada komparator
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk lubang dengan diameter kecil

α d 2  d1
sin 
2 2.(h 1  h 2 )  (d 2  d1 )
d  diameter rol
h  kedalaman bagian atas bola
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk lubang dengan diameter besar

α d r 2  d r1   d 2  d1 
sin 
2 2.(h 1  h 2 )  (d 2  d1 )
d  diameter bola
d r  diameter rol
h  kedalaman bagian atas bola
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk alur miring dengan sudut kecil

l 2  l1
sin  
h1  h 2
l  ukuran blok ukur
h  kedalaman bagian atas bola berdiamete r d
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk alur dengan sudut miring satu


arah

α
tan 
d 2  d1 
2 2.(h 1  h 2 )  (d 2  d1 )
d  diameter bola
h  kedalaman bagian atas bola
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk alur dengan sudut miring satu


arah

tan  
l 2  l1 
(h 1  h 2 )
l  ukuran blok ukur
h  kedalaman bagian atas bola
dengan diameter d
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk sudut ekor burung dalam

α l1  l 2 
tan 
2 2h
l  ukuran blok ukur diantara dua rol
h  tinggi alas
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk sudut antara dua bidang antara


180-90

 h
cos 
2 d
d  diameter rol
h  kedalaman
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk sudut antara dua bidang antara


90- 60

 d h
sin 
2 2.d
d  diameter rol
h  jarak blok ukur
Pengukuran Sudut Dalam

Untuk sudut antara dua bidang lebih


kecil 60

h
sin  
d
d  diameter rol
h  jarak blok ukur
Pengukuran Sudut Luar

Untuk poros konis

 l2  l1
tan 
2 2.(h2  h1 )
l  jarak antara tepi rol
h  ketinggian rol
Pengukuran Sudut Luar

Untuk sudut ekor burung luar

 l2  l1
tan 
2 2h
l  jarak antara tepi rol
h  beda ketinggian rol
Kesalahan Sistematik

y = f (x1,x2,…,xk)
k f 
y    .xi 
 
i 1  xi


y adalah besaran yang hendak diukur
x adalah variabel yang mempengaruhi y
y adalah kesalahan sistematik
Kesalahan Sistematik

h
  arcsin  
l
Kesalahan Sistematik

Jika sudut yang besarnya 60 diukur


dengan batang sinus yang
mempunyai jarak senter 200 mm,
maka tinggi susunan blok ukur adalah
173 mm. Bila jarak senter mempunyai
kesalahan pembuatan 0,001 mm
sedangkan kesalahan penentuan
tinggi blok ukur adalah 0,0005 mm
berapa kesalahan sistematik pada
penentuan harga sudut diatas ?
Soal Kesalahan Sistematik

Pengukuran radius R yang dilakukan


dengan mengukur beda ketinggian ketiga
rol menghasilkan hasil pengukuran R = 100
mm. Rol yang digunakan berdiameter 50
mm sehingga menghasilkan beda
ketinggian 10 mm. Apabila pada penentuan
diameter rol ada kesalahan sistematik 1
mikron dan kesalahan sistematik dalam
penentuan h adalah minus 1 mikron, berapa
kesalahan sistematik dalam penentuan R ?
Soal Kesalahan Sistematik
Pengukuran radius R yang dilakukan dengan dua rol
berjarak tetap 100 mm. Rol yang digunakan
berdiameter 25 mm sehingga menghasilkan beda
ketinggian 50 mm. Apabila pada penentuan diameter
rol ada kesalahan sistematik 1 mikron, kesalahan
pembuatan jarak rol 1 mikron dan kesalahan sistematik
dalam penentuan h adalah minus 1 mikron, berapa
radius R dan kesalahan sistematik dalam penentuan R
?
h  4  d.h
2 2
L
R
2.(h - d)
d  diameter rol yang dipasang pada jarak L
h  beda tinggi

Anda mungkin juga menyukai