Modul ke:
Psikolog Pendidikan
Diversitas Sosiokultural
Fakultas
Psikologi Agustini Hartanto, M.Psi., Psikolog
Program Studi
Psikologi
Kultur
b. Padangan Sosialisasi.
Teori psikoanalitik gender berasal dari
pandangan Sigmund Freud bahwa anak-
anak prasekolah mengembangkan
ketertarikan seksual kepada orang tuanya
yang ‘’berjenis kelamin berbeda dengan
dirinya’’.
Pandangan Kognitif
Dua pandangan kognitif terhadap gender
adalah:
(1) Teori kembangan kognitif. Menurut teori
perkembangan kognitif, tipe gender anak
terjadi setelah mereka mengembangkan
konsep gender. Setelah mereka secara
konsisten menganggap diri mereka
sebagai lelaki atau wanita, anak akan
menata dunianya berdasarkan gender.
Teori ini pada mulanya dikembangkan oleh
Lawrence Kohlberg (1966).
(2) Teori skema gender adalah struktur
kognitif, atau jaringan asosiasi, yang
menata dan menuntun persepsi individu
berdasarkan gender. Teori skema gender
mengatakan bahwa gender typing terjadi
ketika anak siap untuk memahami dan
menata informasi berdasarkan apa yang
dianggapnya tepat bagi pria dan wanita
dalam suatu masyarakat (Rodgers, 2000).
Sterotip, Kesamaan, dan Perbedaan
Gender
• Stereotip Gender.
Stereotip gender adalah kategori luas yang
merefleksikan kesan dan keyakinan tentang
apa perilaku yang tepat untuk pria dan
wanita.
• Kesamaan dan Perbedaan Gender dalam
Domain yang Relevan Secara Akademis.
Penampilan fisik.
• Perubahan hormonal pada masa pubertas
menyebabkan pertambahan massa otot untuk
lelaki dan menambah lemak pada gadis.
Keahlian Matematika dan Sains
• Ada temuan yang beragam dalam
penelitian soal kemampuan matematika.
Dalam beberapa analisis, anak lelaki lebih
bagus dalam matematika dan ini telah
lama menjadi perhatian (Eisenberg,
Martin, Fabes, 1996). Namun, secara
keseluruhan, perbedaan gender dalam
soal keahlian matematika ini cenderung
kecil.
• Transendensi Peran Gender. Beberapa
kritik terhadap androgini mengatakan
bahwa semunya sudah cukup dan tidak
perlu lagi banyak debat soal gender.
Mereka percaya bahwa androgini bukan
obat manjur seperti yang dikira (Paludi,
1998). Alternatifnya adalah transendensi
peran gender, yakni pandangan bahwa
kompetensi orang seharusnya
dikonseptualisasikan dalam term orang
sebagai pribadi manusia (person), bukan
dalam term maskulinitas, feminitas, atau
androgini (Pleck, 1983).