2
Definisi
Apa itu pematang tepung?
Apa itu peningkat volume?
1 3
Definisi Pematang Tepung dan Peningkat Volume
Pematang Tepung
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Peningkat Volume
Tambahan Pangan, Pemutih dan pematang
tepung adalah bahan tambahan makanan yang Merupakan BTP yang digunakan untuk
dapat mempercepat proses pemutihan dan meningkatkan volume pangan. Dalam PerKa
atau pematang tepung sehingga dapat BPOM RI No. 25 Tahun 2013 tentang BMP BTP
memperbaiki mutu pemanggangan. Peningkat Volume disebutkan terdapat 32 jenis
BTP Peningkat volume yang diizinkan
penggunaannya pada kategori pangan tertentu di
Indonesia, diantaranya adalah natrium laktat,
asam alginate, gom guar, gom arab, dsb.
4
Kegunaan
Digunakan sebagai apakah pematang tepung
dan peningkat volume?
2 5
Kegunaan Pematang Tepung
Penambahan bahan pemutih dan pematang tepung
diharapkan dapat mempercepat proses pematangan dan
mendorong pengembangan adonan dan untuk mencegah
kemunduran roti selama penyimpanan. Misalnya dalam
pembuatan roti, kraker, biskuit, dan kue. Beberapa bahan
pemutih dan pematang tepung yang diizinkan untuk makanan
diantaranya :
◉ Asam askorbat
◉ Natrium stearoil-2-laktat
6
Kegunaan Peningkat Volume
7
Mekanisme Reaksi
Bagaimana mekanisme reaksi yang terjadi? 3 8
MEKANISME REAKSI DAN PENGGUNAAN BAHAN
PENAMBAH PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG
◉ Proses pemutihan dan pematang pada tepung dapat terjadi akibat proses oksidasi senyawa
karotenoid yang terdapat dalam tepung. Kelompok pemutih dan pematang tepung bersifat
oksidator, meskipun mekanisme keduanya berbeda dalam melakukan fungsi masing –
masing.
◉ Zat pemutih dan pematangan tepung untuk memperbaiki mutu tepung mungkin berfungsi
sebagai bahan pemutih atau pemucat saja atau berfungsi meningkatkan daya pengembangan
terigu/pengembangan adonan atau gabungan keduanya.
◉ Oksidator yang berfungsi sebagai pematang adonan,bukan berfungsi terhadap perbaikan warna
tepung adalah potassium bromat,potassium iodat,kalsium iodat,kalsium peroksida,garam
persulfat dan perborat,serta vitamin C .Bahan anorganik yang dapat digunakan dalam
perbaikan kondisi proses pembuatan adonan adalah NH4Cl , [NH4]2SO4 , CaSO4 , [
NH4]3PO4 dan CaHPO4.
9
MEKANISME REAKSI DAN PENGGUNAAN BAHAN
PENAMBAH PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG
◉ Untuk memperoleh terigu dengan mutu baik, terigu dibiarkan selama lebih kurang enam
minggu. Selama masa pemeraman tersebut, bahan-bahan yang menyebabkan sifat lekat
dan juga pigmen karotenoid akan teroksidasi sehingga diperoleh tepung terigu yang
berwarna putih dengan daya kembang yang baik.
◉ Tentu saja proses pemeraman ini sangat praktis. Untuk mempercepat proses tersebut
biasanya ditambahkan zat pemucat. Zat pemucat ini bersifat oksidator. Ikatan rangkap
dalam karotenoid , yaitu xantofil, akan dioksidasi. Degradasi pigmen karotenoid akan
menghasilkan senyawa yang tak berwarna.
◉ Selain itu bahan pemucat ini mengoksidasi gugus sulfhidril dalam gluten menjadi ikatan
disulfida. Dengan adanya ikatan S-S ini terbentuk polimer protein yang panjang, lurus, dan
membentuk lapisan-lapisan tipis yang saling melekat. Lapisan-lapisan tersebut dapat
menahan gelembung udara, karena itulah roti akan mengembang.
◉ Penggunaan bahan pemucat yang bersifat oksidator ini harus diperhatikan jumlahnya.
Pemakaian berlebuhan akan menghasilkan adonan roti yang pecah-pecah dan butirannya
tidak merata, berwarna keabu-abuan, dan volumenya menyusut.
10
Mekanisme Reaksi Bahan peningkat
volume/Pengembang
Baking powder adalah bahan pengembang yang dipakai untuk meningkatkan volume dan memperingan
tekstur makanan yang dipanggang seperti muffi, bolu dan biscuit.
Baking powder bekerja dengan melepaskan gas karbon dioksida ke dalam adonan melalui sebuah reaksi asam-
basa, menyebabkan gelembung-gelembung di dalam adonan yang masih basah atau gelembung-gelembung
gas tersebut dilepas dalam adonan yang masih basah, dan ketika dipanaskan adonan memuai; ketika adonan
matang, gelembung-gelembung itu terperangkap hingga menyebabkan kue menjadi naik dan ringan.
Sebagian besar baking powder yang tersedia di pasaran dibuat dari unsur basa (biasanya soda kue yang juga
dikenal sebagai natrium bikarbonat ditambah satu atau lebih garam asam, dan pati lembam (umumnya pati
jagung, meskipun pati kentang juga dapat digunakan). Baking powder adalah sumber karbon dioksida, dan
reaksi asam-basa yang terjadi lebih tepat dijelaskan sebagai dekomposisi soda kue setelah diaktifkan oleh
asam, sesuai persamaan berikut:
NaHCO3 + H+ → Na+ + CO2 + H2O
Asam di dalam baking powder dapat berupa aksi-cepat atau aksi-lambat. Asam aksi-cepat beraksi dalam
campuran basah dengan baking powder pada suhu ruang, sementara asam aksi-lambat tidak akan bereaksi
hingga dipanaskan di dalam oven. Baking powder yang terdiri dari asam-asam aksi-cepat dan aksi-lambat
disebut double acting (aksi ganda); baking powder yang hanya berisi satu asam disebut single acting(aksi
tunggal). 11
Baking powder double-acting hanya melepaskan sebagian gas sewaktu adonan masih basah, dan adonan naik
untuk kedua kalinya sewaktu dipanggang di dalam oven, baking powder double-acting menjamin adonan kue
panggang menjadi naik, sehingga selisih waktu antara mengaduk adonan dan memanggang tidak begitu
memengaruhi hasil akhir kue.
Baking soda merupakan sodium bi-karbonat murni. Formula kimianya NaHCO3 dan baking soda berbentuk
bubuk putih dengan biji-biji kristal. Baking soda adalah garam kimia yang punya beragam fungsi. Baking soda
bersifat basa lemah sehingga berguna untuk menetralisasi asam dan memecah protein.
Jika baking soda dikombinasikan dengan bahan yang cenderung basah dan mengandung asam (seperti yogurt,
cokelat, mentega susu, madu), reaksi kimia yang akan muncul adalah gelembung karbon dioksida yang semakin
membesar dalam temperatur tempat pemanggang sehingga bahan makanan akan mengembang.
Reaksi itu terjadi seketika, begitu baking soda dicampur dengan bahan-bahan makanan. Karena itu, makanan
yang mengandung baking soda harus segera dipanggang, jika tidak, makanan tidak bisa mengembang sesuai
keinginan. Baking soda juga menetralkan molekul aroma asam sehingga banyak dipakai sebagai bahan
pengharum.
12
Contoh Pematang Tepung
Apa saja bahan yang dapat digunakan sebagai
pematang tepung?
4 13
JENIS BTP PEMATANG TEPUNG
1. L-Amonium laktat (L-Ammonium lactate); 9. α-Amilase dari Bacillus stearothermophilus
2. Natrium stearoil-2-laktilat (Sodium stearoyl-2- yang dinyatakan dalam Bacillus subtilis
lactylate); (alpha-Amylase from Bacillus
3. Amonium klorida (Ammonium chloride); stearothermophilus expressed in Bacillus
4. Kalsium sulfat (Calcium sulphate); subtilis);
5. Kalsium oksida (Calcium oxide); 10. α-Amilase dari Bacillus subtilis (alpha-
6. α-Amilase (karbohidrase) dari Bacillus Amylase from Bacillus subtilis);
licheniformis (alpha-Amylase from Bacillus 11. α-Amilase dari Bacillus megaterium yang
licheniformis (carbohydrase)); dinyatakan dalam Bacillus subtilis (alpha-
7. α-Amilase dari Aspergillus oryzae, var (alpha- Amylase from Bacillus megaterium expressed
Amylase from Aspergillus oryzae, var.); in Bacillus subtilis);
8. α-Amilase dari Bacillus stearothermophilus 12. Protease dari Aspergillus oryzae, var.
(alpha-Amylase from Bacillus (Protease from Aspergillus oryzae, var.,);
stearothermophilus); 13. Papain (Papain); dan
14. Bromelain (Bromelain).
1. L-Amonium laktat (L-Amonium lactate) 2. Natrium stearoil-2-laktilat (Sodium stearoyl-2-
lactylate)
18. Mono dan digliserida asam lemak (Mono- and di- 27. Dipati fosfat (Distarch phosphate);
glycerides of fatty acids); 28. Fosfat dipati fosfat (Phosphate distarch
phosphate);
19. Kalsium sulfat (Calcium sulphate);
29. Dipati fosfat terasetilasi (Acetylated distrarch
20. Polidekstrosa (Polydextroses); phosphate);
21. Pati modifikasi asam (Acid treated starch); 30. Dipati adipat terasetilasi (Acetylated distarch
22. Pati modifikasi basa (Alkaline treated starch); adipate);
23. Pati pucat (Bleached starch); 31. Hidroksipropil pati (Hydroxypropyl starch); dan
24. Pati oksidasi (Oxidized starch); 32. Hidroksipropil dipati fosfat (Hydroxypropyl distarch
phosphate).
2. Asam alginat (Alginic acid )
1. Natrium laktat (Sodium lactate)
ADI : Tidak dinyatakan (not specified)
ADI : Tidak dinyatakan (not limited)
4. Propilen glikol alginat
3. Natrium alginat (Sodium alginate)
(Propylene glycol alginate)
ADI : Tidak dinyatakan (not specified)
ADI : 0-70 mg/kg berat badan
17. Natrium karboksimetil selulosa 18. Mono dan digliserida asam lemak
(Sodium carboxymethyl (Mono- and di-glycerides of fatty acids);
cellulose);
19. Kalsium sulfat (Calcium sulphate) 20. Polidekstrosa (Polydextroses);
28. Fosfat dipati fosfat (Phosphate 29. Dipati fosfat terasetilasi (Acetylated
distarch phosphate); distrarch phosphate);
30. Monopati fosfat (Mono starch 31. Dipati fosfat (Distarch
phosphate); phosphate);
39
MATERI & METODE
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang diulang
sebanyak 3 (tiga) kali. Sebagai perlakuan utama Parameter yang diuji adalah :
adalah rasio berat tepung terigu dan sumber serat • sifat fisik roti (tekstur dan
yang dicampurkan, dengan perlakuan sebagai daya kembang),
berikut: • sifat kimiawi (uji proksimat
K1 : 95% : 5% (tepung terigu : kulit biji kedelai) dan kadar serat kasar),
• serta uji organoleptik
K2 : 90% : 10% (tepung terigu : kulit biji kedelai)
Hedonic Scale Scoring
K3 : 85% : 15% (tepung terigu : kulit biji kedelai) (warna, rasa, aroma,
B1 : 95% : 5% (tepung terigu : bekatul) keempukan, keseragaman
pori) (Larmond, 1978).
B2 : 90% : 10% (tepung terigu : bekatul)
B3 : 85% : 15% (tepung terigu : bekatul) dan
ditambah dengan satu perlakuan kontrol (C) 100%
tepung terigu 40
Pelaksanaan percobaan
41
perbandingan tepung
terigu dan tepung
FERMENTASI II
kulit biji kedelai atau Pembakaran
(FINAL PROOF)
tepung bekatul
sesuai perlakuan
◉ Pembuatan
roti
1. AIR 2. SSL 3.
INTERMEDIATE
GARAM 4. KHAMIR ROTI TAWAR
PROOF
ROTI 5. GULA
Percobaan kemudian
dilanjutkan dengan
pembuatan roti tawar dicampur sampai
rata
penyeragaman
bentuk
42
HASIL DAN PEMBAHASAN
43
44
Dari Gambar 2 dapat dilihat
bahwa volume jenis dari roti
cenderung menurun secara
linier sejalan dengan
meningkatnya proporsi
tepung substitusi, masing-
masing dengan laju
penurunan sebesar 6,9
persen untuk kulit kedelai dan
4,8 persen untuk bekatul.
45
Tabel 2 menunjukkan
bahwa sebenarnya
volume jenis roti tawar
yang dihasilkan dari
seluruh perlakuan
masih cukup baik dari
segi volume jenis
karena seluruhnya di
atas 3 ml/g.
46
Kadar Air
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan substitusi
tepung biji kedelai maupun bekatul memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap kadar air produk, hal ini dapat dilihat bahwa Frasio > F.01 (P<0.01)
maka terima H1 yang berarti diantara keenam perlakuan sedikitnya ada dua yang
menunjukkan perbedaan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air roti. Oleh
karena pengaruh yang sangat nyata, maka penelusuran lebih lanjut dilakukan
melalui uji BNT (Tabel 3).
47
48
Dari Gambar 3 dapat dilihat
bahwa kadar air dari roti cenderung
menurun secara linier sejalan dengan
meningkatnya proporsi tepung,
masing-masing dengan laju
penurunan sebesar 2,96 persen
untuk kulit biji kedelai dan 4,96
persen untuk bekatul. Menurut
Standar Mutu SNI untuk roti tawar,
kadar air roti tawar tidak boleh lebih
dari 35%. Kecenderungan roti tawar
berserat tinggi dalam penelitian ini
yang makin tinggi substitusi makin
rendah kadar airnya. Jadi dapat
dipastikan bahwa substitusi baik kulit
kedelai maupun bekatul tidak akan
berpengaruh terhadap mutu roti
dilihat dari segi kadar airnya. 49
Tekstur
Tekstur yang baik pada roti tawar adalah lunak, lembut dan tidak
meremah. Tekstur juga mempengaruhi penampakan makanan, umur
penyimpanan dan penerimaan konsumen (Matz, 1972 dalam Hudaya dkk,
2002). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa substitusi baik
tepung dari kulit kedelai maupun bekatul menurunkan nilai tekstur roti tawar
secara signifikan yang artinya secara fisik tekstur roti makin keras.
Menurut Bushuk (1984 dalam Hudaya dkk, 2002), pada taraf substitusi
tepung terigu yang besar terjadi pengenceran gluten tinggi yang
menyebabkan daya pengembangan dan elastisitas adonan menurun. Hal ini
mempengaruhi fisik roti yang dihasilkan menjadi kurang memuaskan.
Terbukti bahwa kandungan gluten dalam adonan mempunyai peranan
sangat penting sebagai pembentuk struktur adonan. Pada saat
pemanggangan gluten akan terkoagulasi sehingga akan menjadi lebih tegar
dan mencegah pengempisan roti kembali.
50
51
Hubungan antara tekstur dengan substitusi
tepung kulit kedelai dan bekatul disajikan pada
Gambar 4 berikut ini.
52
Serat Kasar
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan substitusi tepung biji kedelai maupun bekatul
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar
serat kasar produk, hal ini dapat dilihat bahwa Frasio > F.01
(P<0.01) maka terima H1 yang berarti diantara keenam
perlakuan sedikitnya ada dua yang menunjukkan
perbedaan pengaruh sangat nyata terhadap kadar serat
kasar roti. Oleh karena pengaruh perlakuan menunjukkan
perbedaan pengaruh yang sangat nyata, maka
penelusuran lebih lanjut dilakukan melalui uji BNT (Tabel
5).
53
54
55
Uji Organoleptik
Pada penelitian Dari analisis data
ini uji organoleptik menggunakan anava (analisis sidik
menggunakan uji tingkat ragam) dihasilkan kesimpulan bahwa
kesukaan (Hedonic Scale sub-uji 1 (tekstur), 2 (warna) dan 3
Scoring) yang terdiri dari (keseragaman pori) tidak
5 (lima) sub uji yaitu : menunjukkan perbedaan yang nyata
pada semua perlakuan. Hasil analisis
1. tekstur data dapat dilihat pada Lampiran III.
2. Warna Sedangkan untuk sub-uji aroma dan
3. keseragaman pori rasa terdapat perbedaan yang nyata.
4. Aroma
5. rasa
56
◉ Sub-Uji Aroma
Hasil analisis sidik ragam pada subuji aroma menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata, hal ini karena Fhitung > F.01 maka
dapat disimpulkan bahwa secara umum panelis memberikan
penilaian yang relatif berbeda terhadap aroma masing-masing
perlakuan. Atau dengan kata lain masing-masing perlakuan
memberikan dampak yang berbeda nyata terhadap aroma. Pada
Tabel 6 dapat dilihat Uji BNT dari sub-uji aroma.
57
58
59
Pada Gambar 6 dapat dilihat
histogram frekuensi kesukaan
panelis terhadap aroma roti
tawar yang dihasilkan.
60
◉ Sub-Uji Rasa
Hasil analisis sidik ragam pada subuji rasa menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata, hal ini karena Fhitung > F.01 maka dapat disimpulkan
bahwa secara umum panelis memberikan penilaian yang relatif berbeda
terhadap rasa masingmasing perlakuan. Atau dengan kata lain masing-
masing perlakuan memberikan dampak yang berbeda nyata terhadap rasa.
Pada Tabel 8 dapat dilihat Uji BNT dari sub-uji rasa.
Roti tawar dengan substitusi kulit kedelai maupun bekatul cenderung
makin tidak disukai rasanya sejalan dengan makin tingginya bahan tersebut
ditambahkan pada adonan roti. Panelis menunjukkan kecenderungan bahwa
jika tidak suka dengan aromanya pasti juga tidak suka dengan rasanya.
61
62
63
Pada Gambar 7 dapat
dilihat histogram
frekuensi kesukaan
panelis terhadap rasa
roti tawar yang
dihasilkan.
64
KESIMPULAN
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa substitusi kulit biji kedelai maupun bekatul
dapat mempengaruhi mutu roti tawar yang dihasilkan baik fisik (volume jenis dan tekstur),
kimia (kadar air dan kadar serat kasar) maupun organoleptik (aroma dan rasa).
Substitusi kulit biji kedelai maupun bekatul dapat menurunkan volume jenis roti
tawar yang dihasilkan. Namun demikian sampai dengan subtitusi kulit biji kedelai sampai
dengan 5% dan substitusi bekatul sampai dengan 10% volume jenis roti tawar yang dihasilkan
masih di atas 4 ml/g. Tekstur roti juga mengalami penurunan mutu karena makin banyak
substituen ditambahkan makin Substitusi kulit biji kedelai maupun bekatul juga menurunkan
kadar air roti tawar yang dihasilkan. Hal ini tidak mempengaruhi mutu roti tawar yang
dihasilkan jika dihubungkan dengan standar mutu SNI yang mewajibkan kadar air roti tawar
maksimal 35%.
Substitusi kulit biji kedelai maupun bekatul berpengaruh terhadap tingkat kesukaan
panelis. Hal ini karena kulit biji kedelai maupun bekatul pada penelitian ini tidak memperoleh
perlakuan untuk mengurangi bau khas dari kedua substituen tersebut. Uji organoleptik tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tekstur, warna dan keseragaman pori.
65
Jurnal Peningkat Volume
7 66
THANKS!
Any questions?
67