Anda di halaman 1dari 32

Sex Reversal pada ikan Nila

(Oreochromis niloticus)
dengan Perendaman
Hormon Metiltestotesteron
Yudi Apriyatmoko (1511100004)
M. Khoirul Amin (1511100006)
Albi Hamdani (1511100008)
Zulfrizal Amhri (1511100056)
M. Abdul Qorip (1511100080)
Andreas Wim K. (1511100088)
Pendahuluan
• Secara biologis, laju perkembangan ikan Nila jantan lebih
cepat dibandingkan dengan ikan Nila betina (sexual
dimorphism) (Popma and Masser, 1999). Data-data empiris
menunjukan penggunakan populasi tinggal kelamin (mono-
sex) jantan pada budidaya ikan nila akan memberikan produksi
yang lebih baik dibandingkan dengan populasi campuran
(mixed-sex)
• Salah satu metode yang dipake untuk mendapatkan populasi
ikan Nila tunggal kelamin jantan yang banyakdilakukan adalah
dengan metode pembalikan kelamin atau sex reversal
(Ariyanto, 2010).Pengubahan jenis kelamin melalui pemberian
hormon 17-metil-testosteron (MT) dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya dengan penyuntikan (Mirza &
Shelton 1988), perendaman atau secara oral (melalui
makanan) (Eckstein & Spira dalam Hepher & Pruginin 1981).
• Sex reversal dengan pemberian metiltestosteron dikenal cukup
efektif untuk memproduksi populasi jantan. Pemberian
metiltestosteron melalui oral (pakan) dianggap kurang efisien
karena memerlukan dosis tinggi dan waktu pemberiannya
relatif lebih lama walaupun tingkat keberhasilan merubah
kelamin jantan dapat mencapai 96–100%, sedangkan
pemberian metiltestosteron melalui metode perendaman
(dipping) lebih efisien karena dosis yang diberikan relatif kecil
dan waktu kontaknya lebih singkat walaupun tingkat
keberhasilan merubah kelamin jantan dibawah 96% (Zairin,
2002),
Permasalahan dan Tujuan
1. Apakah sex reversal itu?
2. Apakah konsentrasi hormon dan
lama perendaman memberikan
pengaruh terhadap hasil sex
jantan?

1. Mengetahui tentang Sex Reversal


2. Mengetahui pengaruh Konsentrasi
hormon dan lama perendaman
terhadap hasil sex jantan.
Oreochromis niloticus

Gambar 1
Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis
niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ciri-ciri umum Ikan Nila
Ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak
mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda
lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya
hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih,
sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning.
Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun rapi serta
bertipe scenoid. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian
depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus
antara bagian atas dan bawahnya

Gambar 2
Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
Perbedaan umum antara ikan jantan dan ikan betina dapat dilihat
pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan
jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan
kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan
jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang
yang memberi kesan kokoh. sedangkan yang betina biasanya pada bagian
perutnya besar.
Habitat dan Persebaran Oreochromis
nilaticus
HABITAT
Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan
air tawar yang memiliki suhu antara 14oC – 38 oC, atau suhu optimal
25oC – 30oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 14oC
ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 30oC akan menghambat
pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap
perubahan lingkungan hidup. Batas bawah dan batas atas suhu yang
mematikan ikan nila berturut-turut adalah 11-12oC dan 42oC. Keadaan
pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini adalah
7- 8
Tempat hidup Ikan nila biasanya berada pada perairan yang
dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, ikan ini tidak suka hidup
di perairan yang bergerak (mengalir),akan tetapi jika dilakukan
perlakuan terhadap ikan nila seperti pengadaptasian terhadap
lingkungan air yang mengalir maka ikan nila juga bisa hidup baik pada
perairan yang mengalir. (Djarijah, 2002).
Gambar 3
PERSEBARAN
Persebaran ikan mula mula berasal dari perairan tawar di
afrika yaitu didaerah sekitar sungai Nil. Tetapi ikan ini juga ditemukan
di afrika bagian tengah dan barat, antara lain dinegara Chad dan
Nigeria. Dari perairan tawar afrika, ikan nila kemudian bermigrasi ke
daerah selata melewati danau raft dan tangayika. Lambat laun ikan nila
mulai menyebar ke benua amerika, eropa dan asia. Di kawasan asia,
daerah penyebaran ikan nila pada mulanya terpusat diberbagai negara
seperti Filipina dan cina. Dalam perkembangan selanjutnya, ikan nila
meluas dibudidayakan diberbagai negara, antara lain Taiwan, Thailand,
Vietnam dan Indonesia (Rukmana, 1997)

Gambar 4
Reproduksi Oreochromis nilaticus
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan
keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya.

Betina Jantan
Ikan Nila bersifat beranak pinak dan cepat pertumbuhannya.
Selain itu, ikan ini memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kadar
garam sampai 30 promil. Kedewasaan pertama tercapai pada umur 4-6
bulan dengan bobot 100-250 g. Jenis ikan ini dapat memijah 6-7
kali/tahun.
Seekor induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1000 -
1500 butir. Saat pemijahan ikan jantan akan membuat sarang dan
menjaganya. Telur yang telah dibuahi dierami oleh induk betina di
dalam mulutnya. Penjagaan oleh betina masih terus dilanjutkan
sampai seminggu setelah telur-telur tersebut menetas.
Secara teoritis, ikan nila dapat dipijahkan secara alami, semi
buatan dan buatan. Pemijahan secara alami adalah pemijahan secara
alamiah dalam wadah/tempat pemijahan tanpa dilakukan pemberian
rangsangan hormonal. Pemijahan semi buatan adalah pemijahan
dengan proses rangsangan hormonal akan tetapi proses ovolasinya
terjadi secara alamiah dalam wadah/tempat pemiajahan. Pemiajahan
buatan terjadi dengan pemberian rangsangan hormonal dan proses
ovulasi dan pembuahannya dilakukan secara buatan
Contoh Reproduksi secara alami
Sex reversal
merupakan metode untuk mengarahkan jenis kelamin sesuai
dengan keinginan menjadi jantan atau betina.

Umumnya proses sex reversal dilakukan secara oral atau


melalui pakan dan melalui perendaman.

Saat fase larva dapat dilakukan melalui oral dan


atau perendaman.

Fase telur dapat dilakukan dengan perendaman.

Marzuki,2010
Metode
Langsung Tidak langsung
• dapat diterapkan pada semua • Tidak bisa diterapkan
jenis ikan apapun sek
kromosomnya pada semua jenis ikan
• langsung hormon androgen • Pengaruhi genotip dan
dan estrogen mempengaruhi fenotip
fenotif tetapi tidak
mempengaruhi genotif. • Hasilnya seragam
• meminimalkan jumlah
kematian ikan
• hasilnya tidak bisa seragam
dikarenakan perbandingan
alamiah kelamin yang tidak
selalu sama.

Marzuki,2010
Metode dengan hormon
metiltestotesteron
Pemberian metiltestosteron pemberian metiltestosteron
melalui oral (pakan) melalui metode perendaman
kurang efisien karena • lebih efisien karena dosis
memerlukan dosis tinggi yang diberikan relatif
dan waktu kecil dan waktu
pemberiannya relatif kontraknya lebih singkat
lebih lama walau tingkat walaupun tingkat
keberhasilan merubah keberhasilan merubah
kelamin jantan dapat kelamin jantan dibawah
mencapai 96-100% 96%.

Marzuki,2010
Hasil dan
Pembahasan Pengaruh terhadap Hatching Rate
Hatching rate (Interaksi HC x
IT)
Pengaruh HC dan IT
terhadap Survivale
Rate

Peningkatan konsentrasi hormon


dan lama perendaman memberikan
dampak pada penurunan
persentase survivale rate.
Survival rate (Interaksi HC x
IT)
Pengaruh Terhadap
Sex Ratio
Semakin tinggi konsentrasi
hormon, perbandingan sex
ratio jantan betina lebih
besar
(Jantan > Betina)

Semakin lama waktu


perendaman,
perbandingan sex ratio
jantan betina lebih besar
(Jantan > Betina)
Sex Ratio (Interaksi HC x
IT)

Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa HC
tinggi mulai
dari 400 ug.l-1
lebih baik
dalam
mempengaruh
i persentase
ikan jantan di
ITs yang lebih
lama.
Water Quality

• pH rata-rata rentang 7.5 – 8.8 merupakan pH ideal


untuk kultur.
• Konsentrasi Dissolved oxygen (DO) rentang 4.73 –
12.5 mg.l-1 pada pagi hari dan 5.03 – 11.2 mg.l-1
pada sore hari.
• Temperature 26,9o - 28.1oC (pagi) dan 27,9o-29.4oC
(sore).
Kesimpulan
- Sex reversal merupakan suatu teknik untuk mendapatkan
spesies dengan monosex.

- Konsentrasi Hormon dan Lama perendaman dapat


mempengaruhi hasil jumlah jantan (setelah sex reversal).
Semakin tinggi konsentrasi hormon dan semakin lama waktu
perendaman, rasio perbandingan jantan dan betina lebih
besar.

Anda mungkin juga menyukai