Kimia Analitik
Dosen Pengasuh :
1. Kesempurnaan Reaksi,
Kw . Cg atau POH = ½ ( 14 – P Kb + P Cg )
[ H+ ] =
Kb
Indikator yang cocok mempunyai trayek pH dibawah 7 (misalnya JM)
c. Asam lemah, basa kuat ; Larutan garamnya mempunyai pH > 7.
Karena garam tersebut terjadi dari asam lemah dan basa kuat akan
terus terhidrolisis sehingga :
Kw . Cg atau POH = ½ ( 14 – P Ka + P Cg )
[ OH-] =
Ka
Indikator yang cocok mempunyai trayek pH >7 ( Ff )
2. Larutan asam lemah dan garam (dalam titrasi garam asam lemah oleh
asam kuat). Dengan sendirinya pH larutan rendah yakni :
[ H+ ] = Ka. Ca atau PH = ½ ( P Ka + P Ca )
3. Larutan basa lemah dan garam (dalam titrasi garam dari basa lemah
oleh basa kuat). Maka pH larutan > yakni :
Warna
Nama pKi Jenis Trayek pH
A B
1. Asam Pikrat 2,3 a 0,1 – 0,8 TB - Kn Keterangan :
2. Biru Timol 1,65 a 1,2 – 2,8 Mr - Kn Ki = -log konstanta pengionan
P
8,90 a 8,0 – 9,6 Kn - Br
a = asam
3. 2,6-Dinitrofenol 2,0 – 4,0 TB - Kn
4. Kuning metil 3,2 b 2,9 – 4,0 Mr - Kn B = basa
5. Jingga metil 3,4 b 3,1 – 4,4 Mr - Ji A = warna asam
6. Hijau Bromkesol 4,9 a 3,8 – 5,4 Kn - Br
B = Warna basa
7. Merah metil 5,0 b 4,2 – 6,3 Mr - Kn
8. Lakmus 4,5 – 8,3 Mr - Br Br = biru
9. Purpur bromkresol 6,12 a 5,2 – 6,8 Kn - Pr Ji = Jingga
10. Biru bromtimol 7,3 a 6,0 – 7,6 Kn - Br Kn = kuning
11. Merah fenol 8,0 a 6,4 – 8,0 Kn - Mr
Mr = merah
12. p--Naftolftalein 7,0 – 9,0 Kn - Br
13. Purpur kresol a 7,4 – 9,6 Kn - Br Pr = purpur
14. Fenolftalein a 8,2 – 10,0 TB - Mr TB = tidak berwarna
15. Timolftalein a 9,3 – 10,5 TB - Br Vi = violet
16. Kuning alizarin R 10,1 – Kn - Vi
17.1,3,5- 12,0 TB - Ji
Trinitrobenzen 12,0 –
14,0
KOMPLEKSOMETRI
Asam EDTA tidak larut dalam air, tetapi garam dinatriumnya larut dalam air.
Keuntungan dipakai EDTA sebagi pengomplek
Lebih ekonomis.
Dapat bereaksi dengan setiap logam kecuali logam alkali.
Ligannya membentuk persenyawaan Hexadentat
Kestabilan kompleknya lebih stabil
1. Reaksi harus sedemikian rupa sehingga pada saat sebelum titik akhir hampir
semua logam membentuk komplek dengan EDTA
2. Reaksi warna harus selektif.
3. Komplek indikator logam harus cukup stabil karena jika tidak stabil akan mudah
terurai sehingga tidak akan didapat warna yang jelas, tetapi kompleknya
haruslah kestabilannya lebih kecil dari komplek logam EDTA.
4. Harus ada perbedaan yang jelas antara warna indikator dan warna komplek
indikator logam.
5. Indikator harus peka terhadap ion logam sehingga sedapat mungkin perubahan
warna terjadi pada titik ekivalen.
1. CARA MOHR
2. CARA VOLHARD
3. CARA FAYANS
1. CARA MOHR
=== Dipakai untuk penentuan Chlorida dan
Bromida, tidak dapat digunakan untuk penentuan
ionida/tiocyanat ----- akan terjadi adsorpsi
Bila suatu larutan chlorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terjadi reaksi
H+
Ag+
+ CNS -
berlebih
AgCNS
== Suatu sampel seberat 0,8168 g yang mengandung ion chlorida dianalisis
dengan metoda Volhard. Sampel dilarutkan dalam air dan ditambahkan 50 ml AgNO 3
0,1214 M untuk mengendapkan ion chlorida. Kelebihan ion chlorida dititrasi dengan
KCNS 0,1019 M ternyata diperlukan 11,76 ml. Hitung %Cl dalam sampel !
Penyelesaian :
%Cl- = 21,15
3. CARA FAYANS
Suatu halogenida dengan AgNO3 membentuk Ag x yang pada titik ekivalen
dapat mengadsorpsi berbagai zat warna. Dengan demikian terjadi perubahan
warna.
Chlorida dapat dititrasi dalam suasana netral / sedikit basa dengan indikator
flouresein atau dalam suasana asam lemah dengan indikator dikhloroflorisen.
Bromida, Ionida, Tiosianat dapat dititrasi dalam suasana asam lemah (pH =2)
dengan indikator eosin.
I2 + 2e- 2I-
1 grol I2 = 2 grek