Anda di halaman 1dari 39

Pesented by :

Dr. Ta’adi, SKp.Ns.,MH.Kes


Dr. Ta’adi, SKp,Ns.,MH.Kes
YOGYAKARTA, 26 Januari 2019
NAMA / TELP : TA’ADI/ 081391733334
TEMPAT / TGL LAHIR : BATANG/ 1972
RIWAYAT PENDIDIKAN : 1994 ( AKPER MUH.SMG)
1999 ( S1 KEP. UNDIP )
2001 ( NERS UNDIP )
2007 ( S2 HUKUM KES. UNIKA SMG )
2017 (Doktor Hukum Kes )

RIWAYAT KERJA : 1995 ( SPK/PPB/AKPER MUH PKJ.)


1999 - NOW ( POLTEKKES SMG )
DOSEN TAMU DI BERBAGAI PT

KARYA :

1. BUKU-BUKU NASIONAL REFERENSI TTG HUKUM KESEHATAN


2. PUBLIKASI PENELITIAN DI BERBAGAI JURNAL NASIONAL/ INTERNASIONAL
3. ARTIKEL ILMIAH DI BERBAGAI MAJALAH KESEHATAN NASIONAL
4. BEBERAPA KARYA DG HAKI

LAIN-LAIN : 1. MKEK PPNI JATENG (2010-2015) 5. Sekr DPD PPNI Kota


Pkl
2. AIPDIKI JATENG & DIY (2010-2015) 6. Acesor LAMPTKes
3. WADIR UMUM - SDM RS DJUNAID PKL (2012-2016) 7. PP HPMI Pusat
4. DEWAN PENGAWAS RSU KAB BATANG (2013-2016) 8. BBHP PPNI Pusat
9. PAK Sertifikasi KPK
10. MEDIATOR Kesehatan
MORAL : ETIKA dan HUKUM

MORAL

ETIKA HUKUM
MANUSIA MANUSIA MANUSIA
Informal Formal

ALAM ( LINGKUNGAN )
Mengapa Perawat
(Nakes) “Tersandung”
Kasus Hukum?

A. FAKTOR PENDIDIKANNYA ?

B. FAKTOR PERSONALNYA ?
(Tidak Tahu/ Tidak Mau Tahu)

C. FAKTOR LINGKUNGAN ?

D. FAKTOR DESAIN HUKUMNYA ITU


SENDIRI ?
KOMPARASI EPISTEMIOLOGI
ILMU KESEHATAN DAN ILMU HUKUM
NO ILMU KEPERAWATAN ILMU HUKUM
1. FISIOLOGIS TEORI HUKUM
2. PATOLOGIS KASUS HUKUM (TERLAPOR,TERSANGKA,
TERDAKWA, TERPIDANA )
3. ETIOLOGI A. PENDIDIKAN (Kurikulum, tk .Pendidikan )
A. GENETIK B. PERSONALNYA (tidak tahu;tahu tidak mau
B. PERILAKU tahu )
C. PELAYANAN KES C. LINGKUNGAN (Pelayanan Kes dan
D. LINGKUNGAN Masyarakat )
D. DESAIN HUKUMNYA ITU SENDIRI
4. PATOFISIOLOGIS PATO-PSIKO-SOSIO-LOGICAL LAW
5. PENATALAKSANAAN A. HUKUM (SBG KAIDAH TERTULIS)
A. KEPERAWATAN B. HUKUM (SBG KAIDAH TDK TERTULIS )
B. MEDIKAMENTOSA C. HUKUM SBG PRODUK POLITIK DAN
C. GIZI KEKUASAAN
D. ILMU LAIN YG
BERKONTRIBUSI THD
PENATALAKSANAAN
SAMPEL : PERMASALAHAN HUKUM ; KAITAN PROFESI KEPERAWAT

1.UU NOMOR 29 TAHUN 2004 6. UU 38 TAHUN 2014 (Pasal 4


(Pasal 73), dan ( Pasal 41, 79) dan Pasal 5 ) ; Jenis Perawat
dan Pasal 32 ; Delegasi dan
Mandat
Aya
Tindakan m
2. UU NOMOR 36 TAHUN 2009 dapat dilim
(Pasal 108 dan 190) secara dele
antara lain
menyuntik
memasang
dan memb
3. UU 44 TAHUN 2009; RS; Pasal imunisasi
34 (1) ; PASAL 46 ????? sesuai den
program pe

Aya
4. UU NOMOR 18 TAHUN 2014 Tindakan m
Pasal dapat dilim
19 (ayat 1dan 2 ) ; ODGJ : secara ma
lain adalah
Psikolog pemberian
, dokter Umum dan SpKj parenteral
5. UU NOMOR 24 TAHUN 2011 ; penjahitan
Pasal 5(2) ; …Permenkes 7. UU NOMOR 36 TAHUN 2014;
59/2014 & Permenkes 12/2016 Tenaga Kesehatan, Pasal 11(4)
(INA-CBGs dan Kapitasi) ““Berbagai jenis perawat “
HAL MANDAT DELEGASI

a. Prosedur Dalam hubungan rutin Dari suatu organ


pelimpahan atasan bawahan : hal pemerintahan kepada organ
biasa kecuali dilarang lain : dengan peraturan
tegas perundang-undangan

a. Tanggung jawab Tetap pada pemberi Tanggung jawab dan tanggung


dan tanggung gugat mandat gugat beralih kepada
delegataris
(penerima delegasi )

a. Kemungkinan si Setiap saat dapat Tidak dapat menggunakan


pemberi menggunakan sendiri wewenang itu lagi kecuali
menggunakan wewenang yang setelah ada pencabutan
wewenang itu lagi dilimpahkan itu dengan berpegang pada azas
’contrarius actus’
UNDANG-UNDANG 38 /2014
BAB TENTANG/ HAL PASAL

I KETENTUAN UMUM 1–3

II JENIS PERAWAT 4

III PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN 5 -16

IV REGISTRASI, IJIN PRAKTIK, REGISTRASI ULANG 17- 27

V PRAKTIK KEPERAWATAN 28 -35

VI HAK DAN KEWAJIBAN 36 -40

VII ORGANISASI PROFESI PERAWAT 41 – 43


BAB TENTANG/ HAL PASAL

VIII KOLEGIUM KEPERAWATAN 44 - 46

47 – 52
IX KONSIL KEPERAWATAN

X PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN 53 – 57

XI SANKSI ADMINISTRASI 58

XII PERALIHAN 59- 61

XIII PENUTUP 62 - 66
UNDANG-UNDANG 38 /2014

Pasal 2
Praktik Keperawatan berasaskan:
a. perikemanusiaan;
b. nilai ilmiah;
c. etika dan profesionalitas;
d. manfaat;
e. keadilan;
f. pelindungan; dan
g. kesehatan dan keselamatan klien.

Pasal 18
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil Keperawatan
setelah memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Pasal 19
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2),
Perawat harus melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(5) SIPP masih berlaku apabila:
a. STR masih berlaku; dan
b. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPP.

Pasal 21
Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama
Praktik Keperawatan.
Pasal 28
(1) Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan tempat lainnya sesuai dengan Klien sasarannya.
(2) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Praktik Keperawatan mandiri; dan
b. Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(3) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan
standar prosedur operasional.
(4) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau
Keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan
dan/atau Keperawatan dalam suatu wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.
UNDANG-UNDANG 44 /2009 : RUMAH SAKIT

Pasal 45
(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum
apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau
menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif.
(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan
tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.

Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Rumah Sakit.
STRUKTUR dan KEDUDUKAN KOMITE KEPERAWATAN RS

Direktur Utama

Komite Komite
Direktur Direktur Direktur
Medik Keperawatan

Sub Komite Sub Komite Sub Komite Etik Sub Komite Etik
Kredensial Mutu Profesi dan Disiplin Penelitian
PERMENKES 49/2013 : KOMITE KEPERAWATAN RS
Struktur Organisasi; Fungsi; Tugas dan Kewenngan
Komite Keperawatan, (Pasal 7-12)
Pendanaan
Pelaksanaan kegiatan komite keperawatan didanai dengan anggaran
rumah sakit dan kepengurusan komite keperawatan berhak
memperoleh insentif sesuai dengan aturan dan kebijakan rumah sakit.

Pembinaan dan Pengawasan


Sebagai bentuk peningkatan kinerja Komite Keperawatan dalam
menjamin mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan serta
keselamatan pasien di rumah sakit, dilakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap komite keperawatan. Bentuk pembinaan dan
pengawasan berupa (1) advokasi, sosialisasi dan bimbingan teknis; (2)
pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, (3)
monitoring dan evaluasi.
Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan komite keperawatan
dilakukan oleh Menteri, Badan Pengawas Rumah sakit provinsi, dewan
pengawas rumah sakit, kepala dinas kesehatan provinsi, kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota, dan perhimpunan/asosiasi perumahsakitan
dengan melibatkan organisasi profesi yang terkait sesuai dengan tugas
dan fungsinya masing-masing.
PERMENKES 42/2018 : KOMITE ETIK DAN HUKUM RS

Pasal 5
(1) Susunan organisasi Komite Etik dan Hukum
paling sedikit terdiri atas:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
(2) Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merangkap sebagai anggota.
(3) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tidak merangkap jabatan lain di Rumah Sakit.
(4) Selain susunan organisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat dibentuk subkomite etik
penelitian sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit.
PERMENKES 42/2018 : KOMITE ETIK DAN HUKUM RS

Pasal 6
(1) Keanggotaan Komite Etik dan Hukum paling sedikit terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kesehatan lain;
d. unsur yang membidangi mutu dan keselamatan pasien;
e. unsur administrasi umum dan keuangan, pengelola pelayanan
hukum; dan
f. unsur administrasi umum dan keuangan, pengelola sumber daya
manusia.
(2) Jumlah personil keanggotaan Komite Etik dan Hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan Rumah Sakit.
(3) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf d diusulkan oleh masing-masing komite.
(4) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan huruf f
diusulkan oleh pimpinan unit sumber daya manusia di rumah sakit.
(5) Dalam hal dibutuhkan, keanggotaan Komite Etik dan Hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan unsur masyarakat.
PERMENKES 42/2018 : KOMITE ETIK DAN HUKUM RS

Pasal 8

(1) Untuk diangkat menjadi anggota Komite Etik dan


Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus dipenuhi
persyaratan:
a. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
b. sehat jasmani dan jiwa;
c. memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman bekerja di
bidang etik dan/atau hukum;
d. mengikuti pelatihan etik dan hukum rumah sakit;
e. bersedia bekerja sebagai anggota Komite Etik dan Hukum;
dan
f. memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap masalah etik,
hukum, sosial lingkungan dan kemanusiaan.
PERMENKES 42/2018 : KOMITE ETIK DAN HUKUM RS

Pasal 20

(4) Persoalan etika nonprofesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b, ditindaklanjuti oleh bagian sumber daya manusia dan/atau
Komite Etik dan Hukum.
(5) Persoalan di luar etika profesi dan/atau etika nonprofesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditindaklanjuti oleh
Komite Etik dan Hukum.
(6) Dalam hal persoalan etika profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) melibatkan antar profesi di Rumah Sakit, ditindaklanjuti
oleh Komite Etik dan Hukum.
Relasi Tugas Etik Dewas - Komite Keperawatan

UU No.44/2009
BAB XII
Pasal 56

UU 44/2009 Pasal 56 ayat


Permendagri
(5) huruf g
No.61/2007
BAB V Mengawasi kepatuhan
Pasal 44 ayat (2) DEWAS penerapan etika profesi,
RS dan peraturan
perundang-undangan
Permenkeu
No.109/2007
BAB IV
Pasal 5 ayat (3)
Menentukan arah kebijakan RS

Setujui & awasi Kebijakan


Strategis

Menilai & setujui anggaran


TUGAS
DEWAS
(UU No.44/2009, Awasi kendali mutu & biaya
OWNER

Awasi hak & kewajiban pasien

Awasi hak & kewajiban RS

Awasi Kepatuhan etika profesi


& peraturan perundangan
1. ASPEK ADMINISTRATIF (STR-SIPP)
2. ASPEK DISIPLIN PROFESI (SPO TINDAKAN )
3. ASPEK BUDAYA DAN NILAI-NILAI ( KEARIFAN LOKAL)
4. ASPEK ETIK – MORAL ( KODE ETIK PROFESI DAN NILAI
MORAL BASIS AGAMA )
5. ASPEK HUMANIORA ( SENI, KOMUNIKASI DAN HUBUNGAN
ANTARA MANUSIA )
6. SENSE OF BELONGING TERHADAP ORGANISAS PROFESI
1. AKSES POLITIK
2. AKSES BIROKRATIK
3. AKSES ORGANISASI
MASYARAKAT/KEAGAMAAN
4. AKSES NON GOVERNMENT
ORGANIZATION (NGO )
JENIS WAKTU OBJEK dan ARGUMEN TASI EKSEKU BIAYA
HASIL TOR

YUDISIAL SINGKAT TERBATAS BERTENTANGAN DG MK MURAH


REVIEW PASAL-PASAL KAIDAH UUD

UJI MATERI SINGKAT TERBATAS BERTENTANGAN DG MA MURAH


PASAL-PASAL KAIDAH UU DI
ATASNYA ATAU YG
SETARA
LEGISLATIF LAMA BISA PERKEMBANGAN DPR ????
REVIEW SEMUANYA ; ZAMAN/ TUNTUTAN
MERUBAH MASY LUAS
SEBAGIAN
ATAU
SEMUANYA
EKSEKUTIF SINGKAT BISA BERTENTANGAN DG PEMERI MURAH
REVIEW SEMUANYA UU DI ATASNYA / NTAH
SETARA
CARA PENYELESAIAN SENGKETA
LITIGASI NON LITIGASI
KELEBIHAN : KELEBIHAN :
1. SENGKETA EMOSI TINGGI
2. KEPUTUSAN FINAL& BINDING
1. MENANG-MENANG
3. TERBUKA 2. MUSYAWARAH MUFAKAT
4. EKSEKUTORIAL 3. MENDAMAIKAN
5. ACARA JELAS 4. HUBUNGAN TERPELIHARA
6. PROSES MEMUTUS 5. FOKUS MASA DEPAN
KEKURANGAN :
KEKURANGAN :
1. BICARA HUKUM SAJA
2. MENANG – KALAH 1. TIDAK EKSEKUTORIAL
3. KUASA HUKUM DOMINAN 2. TIDAK SELALU BERHASIL
4. WAKTU LAMA & MAHAL 3. PERLU PERIMBANGAN
5. HUBUNGAN RUSAK KEKUATAN
6. FOKUS MASA LALU 4. TIDAK U EMOSI TINGGI
BEBERAPA REGULASI YANG BERESIKO HUKUM
TERKAIT KEPERAWATAN

UU 36/2014 Pasal 84 UU 29/2004 Pasal 73


ayat (1) : Setiap Tenaga Kesehatan Ayat (1) Setiap orang dilarang menggunakan
yg melakukan kelalaian berat identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
yang mengakibatkan Penerima menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah
yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi
Pelayanan Kesehatan luka berat
yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau
dipidana dengan pidana penjara surat izin praktik.
paling lama 3 ( tiga tahun ). (2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode
Ayat (2) : jika kelalaian berat atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada
sebagaimana dimaksud pada ayat masyarakat yang menimbulkan kesan seolaholah
(1) mengakibatkan kematian, yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi
setiap Tenaga Kesehatan dipidana yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau
dengan pidana penjara paling surat izin praktik.
lama 5 (lima ) tahun.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan
yang diberi kewenangan oleh peraturan
perundangundangan.
KASUS di TKP

Handling Customer Complaint

Ada / tidaknya Culpa

SOP RS Sesuai SOP RS Closed

Culpa bid Kedokteran Culpa non Profesi / Culpa di bidang Keperawatan


antar bbrp profesi

Komite Etk
Komite Medik Komite Etik & Hukum Keperawatan
Relasi Komite Etik – Bidang Kep RS – DPK PPNI
dalam Rujukan Kasus

BIDANG
KOMITE ETIK RS KEPERAWATAN
RS

DPD ; DPW ; DPP


DPD ; DPW ; DPPD
DPK PPNI PPNI
BAGAIMANA PPNI DALAM MEMBERI
PERLINDUNGAN HUKUM
THD PERAWAT ??

BADAN BANTUAN HUKUM DAN ADVOKASI PERAWAT


(BBHAP) DPP PPNI

DASAR HUKUM :
ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB XVI :
BADAN – BADAN LAIN
Pasal 80 : Badan – badan Lain Pengurus PPNI terdiri dari :
a. Badan Bantuan Hukum dan Advokasi ;
b. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan ;
c. Badan Penelitian dan Pengembangan Keperawatan;
d. Badan Penanggulangan Bencana; dan
e. Badan Usaha

Di tetapkan dengan SK No.021/DPP.PPNI/SK/K.S/III/2018


Di lantik hari Ahad, 18 Maret 2018 di Jakarta
STRUKTUR KEPENGURUSAN BBHP PPNI PUSAT

1. KEPALA BBHP
PENASEHAT AHLI
2. WAKIL KEPALA BBHP

SEKRETARIS
BADAN

1. KABAG 1. KABAG 1. KABAG 1. KABAG


LITIGASI NON BANGLUHBIN INPUBKOM
2. WAKABAG LITIGASI 2. WAKABAG 2. WAKABAG
LITIGASI 2. WAKABAG BANGLUHBIN INPUBKOM
NON
LITIGASI

TIM HUKUM DAN


ADVOKASI
Skema Hubungan Penyelesaian Dugaan Kasus Perawat.

Bidang Hukum dan


DPP PPNI

BBHP PPNI
PENASEHAT
Pusat
AHLI

MKEK PPNI

Bidang Hukum dan


DPW PPNI

BBHP
PPNI Provinsi
ALUR PENGADUAN OLEH ANGGOTA PPNI

Dugaan Informasi awal Laporan dari


pelanggaran anggota PPNI

Koordinasi dengan Mengumpulkan Diterima


BBHP PPNI Pusat data dan verifikasi Komisariat dan
pelaporan atau Kabupaten /
Kota / Provinsi

Identifikasi jenis Jika Terdapat


kasus (Pidana / unsur pidana /
Verifikasi data Perdata / perdata, BBHP
Administrasi / PPNI Pusat
Etika ) memberikan
pembelaan

Putusan
Menentukan
Pengadilan dan
Pelaporan dan Strategi : Non
atau nota
atau kasus selesai Litigasi dan atau
kesepakatan
Litigasi
hasil mediasi
ALUR PENGADUAN OLEH PENGURUS PPNI

Laporan dari
Dugaan Informasi Awal pengurus PPNI
Pelanggaran ( sesuai levelnya )

Koordinasi Mengumpulkan
dengan BBHP data dan Diterima DPP
PPNI Pusat verifikasi PPNI
pelaporan

Jika terdapat
Identifikasi kasus unsur pidana /
Verifikasi Data ( Pidana / Perdata perdata, BBHP
/ Administrasi / PPNI Pusat
Etika) memberikan
pembelaan

Putusan
Menentukan
Pengadilan
Pelaporan dan Strategi : Non
dan atau Nota
atau kasus selesai Litigasi dan atau
Kesepakatan
Litigasi
hasil Mediasi
ALUR PENGADUAN OLEH PIHAK LAIN

Laporan dari
Dugaan Informasi Awal Pasien /
Pelanggaran Keluarga Pasien
/ Pihak lain yg
merasa
dirugikan

Koordinasi Mengumpulkan
dengan BBHP data dan Diterima Komisariat
PPNI Pusat verifikasi tentang /Kabupaten / Kota /
pelaporan Provinsi / Pusat

Mengidentifikasi Jika terdapat


Verifikasi Data kasus (Pidana / unsur pidana /
Perdata / perdata, BBHP
Administrasi / PPNI Pusat
Etika) pembelaan

Putusan
Pengadilan dan Pelaporan dan Menentukan
atau Nota atau Kasus Strategi : Non
Kesepakatan Selesai Litigasi dan atau
hasil Mediasi Litigasi

Anda mungkin juga menyukai