KARYA :
MORAL
ETIKA HUKUM
MANUSIA MANUSIA MANUSIA
Informal Formal
ALAM ( LINGKUNGAN )
Mengapa Perawat
(Nakes) “Tersandung”
Kasus Hukum?
A. FAKTOR PENDIDIKANNYA ?
B. FAKTOR PERSONALNYA ?
(Tidak Tahu/ Tidak Mau Tahu)
C. FAKTOR LINGKUNGAN ?
Aya
4. UU NOMOR 18 TAHUN 2014 Tindakan m
Pasal dapat dilim
19 (ayat 1dan 2 ) ; ODGJ : secara ma
lain adalah
Psikolog pemberian
, dokter Umum dan SpKj parenteral
5. UU NOMOR 24 TAHUN 2011 ; penjahitan
Pasal 5(2) ; …Permenkes 7. UU NOMOR 36 TAHUN 2014;
59/2014 & Permenkes 12/2016 Tenaga Kesehatan, Pasal 11(4)
(INA-CBGs dan Kapitasi) ““Berbagai jenis perawat “
HAL MANDAT DELEGASI
II JENIS PERAWAT 4
47 – 52
IX KONSIL KEPERAWATAN
XI SANKSI ADMINISTRASI 58
XIII PENUTUP 62 - 66
UNDANG-UNDANG 38 /2014
Pasal 2
Praktik Keperawatan berasaskan:
a. perikemanusiaan;
b. nilai ilmiah;
c. etika dan profesionalitas;
d. manfaat;
e. keadilan;
f. pelindungan; dan
g. kesehatan dan keselamatan klien.
Pasal 18
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil Keperawatan
setelah memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Pasal 19
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2),
Perawat harus melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(5) SIPP masih berlaku apabila:
a. STR masih berlaku; dan
b. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPP.
Pasal 21
Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama
Praktik Keperawatan.
Pasal 28
(1) Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan tempat lainnya sesuai dengan Klien sasarannya.
(2) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Praktik Keperawatan mandiri; dan
b. Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(3) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan
standar prosedur operasional.
(4) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau
Keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan
dan/atau Keperawatan dalam suatu wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.
UNDANG-UNDANG 44 /2009 : RUMAH SAKIT
Pasal 45
(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum
apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau
menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif.
(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan
tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Rumah Sakit.
STRUKTUR dan KEDUDUKAN KOMITE KEPERAWATAN RS
Direktur Utama
Komite Komite
Direktur Direktur Direktur
Medik Keperawatan
Sub Komite Sub Komite Sub Komite Etik Sub Komite Etik
Kredensial Mutu Profesi dan Disiplin Penelitian
PERMENKES 49/2013 : KOMITE KEPERAWATAN RS
Struktur Organisasi; Fungsi; Tugas dan Kewenngan
Komite Keperawatan, (Pasal 7-12)
Pendanaan
Pelaksanaan kegiatan komite keperawatan didanai dengan anggaran
rumah sakit dan kepengurusan komite keperawatan berhak
memperoleh insentif sesuai dengan aturan dan kebijakan rumah sakit.
Pasal 5
(1) Susunan organisasi Komite Etik dan Hukum
paling sedikit terdiri atas:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
(2) Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merangkap sebagai anggota.
(3) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tidak merangkap jabatan lain di Rumah Sakit.
(4) Selain susunan organisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat dibentuk subkomite etik
penelitian sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit.
PERMENKES 42/2018 : KOMITE ETIK DAN HUKUM RS
Pasal 6
(1) Keanggotaan Komite Etik dan Hukum paling sedikit terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kesehatan lain;
d. unsur yang membidangi mutu dan keselamatan pasien;
e. unsur administrasi umum dan keuangan, pengelola pelayanan
hukum; dan
f. unsur administrasi umum dan keuangan, pengelola sumber daya
manusia.
(2) Jumlah personil keanggotaan Komite Etik dan Hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan Rumah Sakit.
(3) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf d diusulkan oleh masing-masing komite.
(4) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan huruf f
diusulkan oleh pimpinan unit sumber daya manusia di rumah sakit.
(5) Dalam hal dibutuhkan, keanggotaan Komite Etik dan Hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan unsur masyarakat.
PERMENKES 42/2018 : KOMITE ETIK DAN HUKUM RS
Pasal 8
Pasal 20
UU No.44/2009
BAB XII
Pasal 56
Komite Etk
Komite Medik Komite Etik & Hukum Keperawatan
Relasi Komite Etik – Bidang Kep RS – DPK PPNI
dalam Rujukan Kasus
BIDANG
KOMITE ETIK RS KEPERAWATAN
RS
DASAR HUKUM :
ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB XVI :
BADAN – BADAN LAIN
Pasal 80 : Badan – badan Lain Pengurus PPNI terdiri dari :
a. Badan Bantuan Hukum dan Advokasi ;
b. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan ;
c. Badan Penelitian dan Pengembangan Keperawatan;
d. Badan Penanggulangan Bencana; dan
e. Badan Usaha
1. KEPALA BBHP
PENASEHAT AHLI
2. WAKIL KEPALA BBHP
SEKRETARIS
BADAN
BBHP PPNI
PENASEHAT
Pusat
AHLI
MKEK PPNI
BBHP
PPNI Provinsi
ALUR PENGADUAN OLEH ANGGOTA PPNI
Putusan
Menentukan
Pengadilan dan
Pelaporan dan Strategi : Non
atau nota
atau kasus selesai Litigasi dan atau
kesepakatan
Litigasi
hasil mediasi
ALUR PENGADUAN OLEH PENGURUS PPNI
Laporan dari
Dugaan Informasi Awal pengurus PPNI
Pelanggaran ( sesuai levelnya )
Koordinasi Mengumpulkan
dengan BBHP data dan Diterima DPP
PPNI Pusat verifikasi PPNI
pelaporan
Jika terdapat
Identifikasi kasus unsur pidana /
Verifikasi Data ( Pidana / Perdata perdata, BBHP
/ Administrasi / PPNI Pusat
Etika) memberikan
pembelaan
Putusan
Menentukan
Pengadilan
Pelaporan dan Strategi : Non
dan atau Nota
atau kasus selesai Litigasi dan atau
Kesepakatan
Litigasi
hasil Mediasi
ALUR PENGADUAN OLEH PIHAK LAIN
Laporan dari
Dugaan Informasi Awal Pasien /
Pelanggaran Keluarga Pasien
/ Pihak lain yg
merasa
dirugikan
Koordinasi Mengumpulkan
dengan BBHP data dan Diterima Komisariat
PPNI Pusat verifikasi tentang /Kabupaten / Kota /
pelaporan Provinsi / Pusat
Putusan
Pengadilan dan Pelaporan dan Menentukan
atau Nota atau Kasus Strategi : Non
Kesepakatan Selesai Litigasi dan atau
hasil Mediasi Litigasi