Ekstraversi
Neurotik an psikis
Introversi
tingkat
pertama
(D) Ekstrave Rendah Rendah Normal
C D rs- ekstrave
Stabilita Stabilita rs
s
(B) Ekstrave Rendah Ringgi Ganggu
r- an psikis
Neurotik tingkat
kedua
C. Psikotisme ( Faktor P )
• Psikotisme lawannya super ego
• Seperti pada ekstraversi dan neurotisisme,
psikotisisme mempunyai unsur genetik yang besar.
• Seseorang yang mempunyai kepribadian psikotisme
yang tinggi rentan mengalami stres yang tinggi pula
dan rentan pula terhadap gangguan psikologi.
• psikotisisme juga mengikuti model stres-diatesis
• Psikotisme, dapat digabung bersama-sama dengan
neurotisisme dan ekstraversi, menjadi bentuk tiga
dimensi. Tiga garis yang saling berpotongan
ditengah-tengah dan saling tegak lurus,
menggambarkan hubungan antara ketiga dimensi itu.
D. Kecerdasan
Eysenck sesungguhnya ingin memasukkan
kecerdasan sebagai dimensi keempat dari
kepribadian. Seperti tiga dimensi yang lain,
kecerdasan lebih banyak dipengaruhi oleh
keturunan. Namun penelitian disekitar
kecerdasan masih belum dapat mengelaborasi
faktor kecerdasan itu dengan keseluruhan
kepribadian manusia.
Pembentukan Kepribadian
• Teori kepribadian Eysenck menekankan peran
herediter sebagai faktor penentu dalam
perolehan trait ekstraversi, neurotisisme, dan
psikotisisme (juga kecerdasan).
• semua tingkahlaku yang tampak –tingkahlaku
pada hirarki kebiasaan dan respon spesifik-
semuanya (termasuk tingkahlaku neurosis)
dipelajari dari lingkungan.
• Eysenck berpendapat inti fenomena neurotis
adalah reaksi takut yang dipelajari
(terkondisikan).
• Sekali kondisioning ketakutan atau kecemasan
terjadi, pemicunyaakan berkembang bukan hanya
terbatas kepada obyek atau peristiwa asli, tetapi
ketakutan/kecemasan itu juga dipicu oleh stimulus
lain yang mirip dengan stimulus asli atau stimulus
yang dianggap berkaitan dengan stimulus asli.
• Eysenck menolak analisis psikodinamik yang
memandang tingkahlaku neurotik dikembangkan
untuk tujuan mengurangi kecemasan. Menurutnya,
tingkahlaku neurotik sering dikembangkan tanpa
alasan yang jelas, sering menjadi kontraproduktif,
semakin meningkatkan kecemasan dan bukannya
menguranginya
• Jika tingkahlaku itu diperoleh dari belajar, logikanya
tingkahlaku itu juga bisa dihilangkan denagn belajar
Pengukuran Kepribadian
• Eysenck mengembangkan empat inventori kepribadian
untuk mengukut tiga superfaktornya ini, antara lain
1. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N
dan korelasi antara keduanya.
2. Eysenck Personality Inventory (EPI), alat tes ini memiliki
skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan
(faking), yang terpenting dalam tes ini yaitu untuk
mengukur ekstraversi dan neurotisme secara independen
dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N.
3. Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P,
(merupakan revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur
E dan N masih tetap dipublikasikan). Memasukan skala
psikotik.
4. Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi
dari EPQ. Mempunyai versi dewasa dan anak-anak.
Evaluasi
• Teori Trait faktor dari Eysenck (dan Cattell) merupakan
contoh penelitian kepribadian yang dengan pendekatan
yang sangat empirik.
• teori trait-faktor mendasarkan diri kepada psikometrik alih-
alih penilaian klinik.
• baru Eysenck yang mencoba menunjukkan bentuk
hubungannya secara nyata dengan konsep CAL dan ANS. Ini
menjadi awal dari Psikobiologi dan Neurokimia yang
menjadi topik psikologi kontemporer.
• Kritik utama terhadap Eysenck adalah teorinya terlalu
sempit.
• Eysenck menyinggung perkembangan kecemasan, tetapi
tidak membahas perkembangan itu secara luas.
• Penentuan faktor yang arbitrer memunculkan usulan
penggabungan faktor dan atau pemberian nama baru yang
lebih akurat.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA..