Anda di halaman 1dari 33

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

pertemuan 11

Eysenck: Teori Trait dan factor

BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
HANS J. EYSENCK
Teori Trait dan factor
Biografi
Nama : Hans J. Eysenck
Lahir : Jerman/ 4 Maret 1916.

• Ayahnya berpisah dengan ibunya saat


Eysenck berusia 2 tahun. Eysenck
kemudian dirawat oleh neneknya.
• Eysenck mendeskripsikan neneknya
sebagai seseorang yang “tidak egois,
sangat peduli, berjiwa altruistik dan
secara keseluruhan terlalu baik untuk
dunia ini.”
• Eysenck hidup bersama neneknya
sampai usia 18 tahun, ketika Nazi
mulai berkuasa.
• Pandangan Dasar

• Pengukuran adalah fundamental


dalam segala kemajuan ilmiah, dan
bahwa dalam lapangan psikologi
sebenarnya orang belum pasti
tentang hal “apa” yang sebenarnya
diukur.

• Taksonomi atau klasifikasi tingkah


laku adalah langkah pertama yang
menentukan dan bahwa analisis
faktor adalah alat yang paling
memadai untuk mengejar tujuan ini.
• Prinsip Dasar
• Eysenck mencoba menghindari
masalah yang ada dalam penilaian
kepribadian dengan menggunakan
pengukuran perbedaan individu
yang reliabel. Dia menekankan pada
keharusan pengukuran sifat
kepribadian yang memadai.

• Pengukuran itu merupakan


keharusan untuk mendapatkan
sebuah teori yang dapat diuji, dan
jika gagal, tidak disetujui.
Pengukuran seperti itu juga
diperlukan utk mengidentifikasikan
asumsi dasar-dasar biologis dari
sifat.
TEORI
Kriteria untuk Mengidentifikasikan Faktor

Kriteria pertama
• Bukti psikometri bagi keberadaan
faktor harus disusun.
• Yang terkait dengan kriteria ini
adalah faktor harus bisa
diandalkan dan direplikasi.
• Penelitian lain dari labolatorium
lain, harus juga menemukan suatu
faktor, dan para peneliti ini harus
mengidentifikasi secara konsisten
ekstraversi, neurotisme, dan
psikotisme Eysenck.
Lanjutan ..
Kriteria kedua,
• Faktor juga harus memiliki sifat
warisan dan cocok dengan model
genetik yang ada.
• Kriteria ini mengeliminasi
karakteristik yang dipelajari, seperti
kemampuan untuk meniru pandangan
pribadi yang terkenal atau keyakinan
agama atau politik tertentu.
Lanjutan ..

Kriteria ketiga,
• Faktor harus masuk akal dari
sudut pandang teoretis.
• Eysenck menggunakan metode
deduktif untuk melakukan
penelitiannya, dimulai dari teori
dan kemudian mengumpulkan
data yang secara logis konsisten
dengan teori tersebut.
Lanjutan..

Kriteria keempat,
• Kriteria terakhir bagi eksistensi sebuah
faktor adalah faktor harus memiliki
relevansi sosial
• artinya harus bisa dibuktikan bahwa faktor-
faktor yang diperoleh secara matematis
memiliki kaitan (meski tidak selalu kausal).
• Dengan variabel-variabel yang relevan
secara sosial seperti ketagihan pada obat-
obatan, kecerobohan untuk melukai tanpa
sengaja, performa menakjubkan dalam
olahraga, perilaku psikotik, kriminalitas,
dan sebagainya.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Hierarki Faktor-Faktor Pengorganisasian Perilaku
• Kepribadian sebagai organisasi tingkah-laku oleh Eysenck dipandang
memiliki empat tingkatan hierarkis, berturut-turut dari hierarki yang
tinggi ke hierarki yang rendah: tipe-traits-habit-respon spesifik.

Hirarki tertinggi :
• Tipe/ Supertraits, kumpulan dari trait,
yang mewadahi kombinasi trait dalam
suatu dimensi yang luas.
• Tipe, kumpulan dari trait, yang mewadahi
kombinasi trait dalam suatu dimensi yang
luas.
Hirarki kedua :
• Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan,
koleksi respon yg saling berkaitan atau
mempunyai persamaan tertentu. Ini
adalah disposisi kepribadian yg penting
dan permanen.
• Lanjutan
Hirarki ketiga :
• Habit / Kebiasaan tingkah laku
atau berfikir, kumpulan respon
spesifik, tingkah-laku/ pikiran
yang muncul kembali untuk
merespon kejadian yg mirip.

Hirarki terendah :
• Respon spesifik, tingkah laku
yang secara aktual dapat diamati,
yang berfungsi sebagai respon
terhadap suatu kejadian.
Teori Sifat dan Faktor

• Menggunakan Analisa Faktor untuk mengukur kepribadian

• Memunculkan lima (5) sifat dominan yang kemudian


muncul

• Dikelompokan oleh Eysenck menjadi 3 tipe umum


(bipolar):
1. Ekstraversi / Introversi
2. Neurotisme / stabilitas
3. Psikotik / Superego
Melakukan analisa faktor
• Observasi spesifik dari banyak orang

• Dikuantifikasikan dalam beberapa cara


• Ex : Tinggi dalam CM, berat dalam KG, perfoma kerja dalam
skala rating

Menentukan mana dari


variabel
Menggunakan metode analisa
tersebut (skor) yang
faktor: Faktor-faktor yang
berhubungan dengan variabel
merepresentasikan kumpulan
lain dan sampai pada batas
dari variabel yang berhubungan
apa menggunakan koefisien
dekat.
korelasi (menunjukan derajat
Korelasi antara dua kelompok)
Kriteria dalam Mengidentifikasi Faktor

• Faktor harus Reliabel dan


dapat di Replikasi.
• Mempunyai heritability & harus
sesuai dengan model genetis
yang sudah dikenal
sebelumnya.
• Masuk akal saat dipandang dari
segi teoritis. Eysenck
menggunakan metode deduktif
dalam melakukan investigasi.
• Faktor harus memiliki relevansi
sosial.
Hirarki Organisasi Perilaku
Tipe / Superfaktor
4
Terdiri dari beberapa sifat yang saling berkaitan

3 Sifat

Disposisi kepribadian yang semipermanen

Tindakan atau kognisi yang


2 umum
Respon yang terjadi berulang dalam kondisi yang serupa

1 Kognisi atau tindakan spesifik


Perilaku atau pikiran individual, bisa merupakan karakter
ataupun tidak.
Tipe/ Superfaktor
Bersifat Bipolar

Ekstraversi Introversi
Menghargai hubungan
dengan orang lain

Neurotisme Stabilitas
Bereaksi berlebihan secara
emosional.
Ex : cemas, OCD, histeria

Psikotik Superego
Egosentris, dingin, tidak
mudah menyesuaikan diri,
impulsif, antisosial, agresif,
curiga, kejam
DIMENSI KEPRIBADIAN HANS J EYSENCK
1. Ekstraversi dan introversi
2. Neurotisisme
3. Psikotisme
• Psikotisme
• Awalnya, teori Eysenck tentang
kepribadian didasarkan hanya kepada
dua dimensi kepribadian-ekstraversi dan
neurotisme.
• Setelah beberapa tahun menganggap
psikotisme (P) sebagai faktor
kepribadian sendiri, Eysenck akhirnya
menaikannya ke posisi yang sama
dengan E dan N (Eysenck & Eysenck,
1976).
• Seperti ekstraversi dan neurotisme, P
adalah faktor yang bersifat bipolar,
dimana psikotisme berada di satu
kutubnya dan superego di kutub yg lain.
Lanjutan ..
• Skor P yg tinggi seringkali berbentuk egosentrisme, dingin,
tidak bersahabat, implusif, kejam, agresif, penuh curiga,
psikopat, dan anti sosial.
• Pribadi yang rendah psikotismennya (mengarah kepada
superego) cenderung altrustik, berjiwa sosial, empatik, penuh
perhatian, kooperatif, bersahabat, dan kontrovensional.

• Eysenck (1994), berhipotesis bahwa manusia yang tinggi


psikotismenya memiliki “predisposisi yang tingggi untuk
menjadi stres dan mengembangkan gangguan psikotik”.
• Menurut Eysenck (1994b, 1994c) semakin tinggi skor
psikotisme, semakin rendah tingkat stres yang
dibutuhkan untuk mengundang reaksi psikotik.
Ekstraversi
• Konsep Eysenck tentang ekstraversi dan
introversi sebaliknya, lebih dekat dengan
pengertian populer. Ekstraversi terutama
dicirikan oleh perasaan sosial dan
keimplusifan namun oleh juga rasa
humor, kegairahan hidup, kepekaan
terhadap hal-hal yang lucu, optimisme,
dan sifat-sifat lain yang mengindikasikan
penghargaan terhadap hubungan dengan
sesamanya (Eysenck & Eysenck, 1969).
• Sedangkan pribadi introvert dicirikan
oleh sifat yang sebaliknya.
Lanjutan...
• Menurut (Eysenck, 1982), perbedaan
ekstraversi dan intraversi bukanlah pada
aspek behavioral, melainkan lebih pada
tartaran biologis dan genetik.
• Eysenck (1997a) yakin bahwa sebab utama
perbedaan antara ekstraversi dan
intraversi berada di tingkat stimulasi kulit
otak, sebuah kondisi fisiologis yang
diwarisi bukannya dipelajari.
• Karena pribadi ekstrover memiliki tingkat
stimulasi kulit otak lebih rendah
ketimbang pribadi introver, mereka
memliki ambang indrawi lebih rendah
mengalami reaksi lebih besar terhadap
stimulasi indrawi.
• Neurotisme
• Superfaktor yang disarikan Eysenck
adalah neurotisme/ stabilitas.
Seperti ektraversi dan introversi,
faktor N memiliki komponen bawaan
yang kuat.
• Orang yang skor neurotiknya tinggi
sering mempunyai kecenderungan
reaksi emosional yang berlebihan
dan sulit kembali normal sesudah
emosinya meningkat.
• Namun neurotisme itu bukan
neurosis dalam pengertian yang
umum. Orang bisa saja mendapat
skor neurotisisme yang tinggi tetapi
tetap bebas dari simptom-simptom
gangguan psikologis.
• Lanjutan ...

• Menurut Eysenck, skor neurotisisme


mengikuti model stres-diatesis
(diathesis-stress model); yakni skor
N yang tinggi lebih rentan untuk
terdorong mengembangkan
gangguan neurotik dibandingkan
skor N yang rendah, ketika
menghadapi situasi yang menekan.
Lanjutan...
• Dasar biologis dari neurotisisme
adalah kepekaan reaksi sistem
syaraf otonom (ANS=Automatic
Nervous Reactivity). Orang yang
kepekaan ANS-nya tinggi, pada
kondisi lingungan yang wajar
sekalipun sudah merespon secara
emosional sehingga mudah
mengembangkan gangguan
neurotik.
Tipe Ekstraversi, Neurotisme, Psikotisme dan
traits masing-masing
Ekstraversi (E) Neurotisme (N) Psikotisme (P)

Sosiabel Cemas Agresif

Lincah Tertekan Dingin

Aktif Berdosa Egosentrik

Asertif Harga diri rendah Tak pribadi

Mencari sensasi Tegang Impulsif

Riang Irasional Antisosial

Dominan Maju Tak empatik

Bersemangat Murung Kreatif

Berani Emosional Keras hati


• Perkembangan Kepribadian
• Perkembangan kepribadian diarahkan oleh sifat bawaan
genetis namun dipoles faktor-faktor lingkungan.
• Sifat kepribadian memengaruhi jenis situasi yang
ditemukan bertentangan, dihindari sekuat kita menikmati
dan mencari jenis situasi yang tidak bertentangan.

• Karena sifat memandu kita mengarah ke lingkungan


tertentu dan menjauhkan kita dari lingkungan lain, ia
memengaruhi jenis perilaku, pengalaman dan
pembelajaran yang kita temui, dan karenanya membentuk
secara tidak langsung apapun yang kita dapatkan, sesuatu
yang kemudian terasa berlawanan dengan aspek-aspek
biologis/genetik awal kepribadian kita.
• Struktur Kepribadian
• Type, Yaitu, organisasi di dalam individu
yang lebih umum, lebih mencakup lagi.
• Trait, Yaitu, sementara habitual response
yang paling berhubungan satu sama lain
yang cenderung ada pada individu
tertentu.
• Habitat Response, Mempunyai corak
yang lebih umum daripada spesific
respon, yaitu respon-respon yang
berulang-ulang terjadi kalau individu
menghadapi kondisi atau situasi yang
sejenis.
• Spesific Response, Yaitu tindakan atau
response yang terjadi pada suatu
keadaan atau kejadian tertentu, jadi
khusus sekali.
• Lanjutan
• Perkembangan kepribadian diarahkan
oleh sifat bawaan genetis namun
dipoles faktor-faktor lingkungan.
• Sifat kepribadian memengaruhi jenis
situasi yang ditemukan bertentangan,
dihindari sekuat kita menikmati dan
mencari jenis situasi yang tidak
bertentangan.
Proses Terbentuknya Kepribadian

• Peran herediter sebagai faktor


penentu dalam perolehan trait
ekstraversi, neurotisisme, dan
psikotisisme (juga kecerdasan).
• Semua tingkah laku yang tampak
– tingkah laku pada hirarki
kebiasaan dan respon spesifik –
semuanya (termasuk tingkah laku
neurosis) dipelajari dari
lingkungan.
Lanjutan ..
• Eysenck berpendapat inti dari fenomena
neurotis adalah reaksi takut yang dipelajari
atau terkondisikan. Hal itu terjadi manakala
satu atau dua stimulus netral diikuti dengan
perasaan sakit atau nyeri fisik maupun
psikologis.
• Orang itu menjadi terkondisi perasaan takut
atau cemasnya dengan stimuli yang baru
saja dihadapinya.
• Jadi, kecenderungan orang untuk merespon
dgn tingkah laku neurotik semakin lama
semakin meluas, sehingga orang itu menjadi
mereaksi dgn ketakutan stimuli yang hanya
sedikit mirip atau bahkan tidak mirip sama
sekali dengan objek atau situasi
menakutkan yang asli.
• Lanjutan ..
• Menurut Eysenck, stimulus baru begitu
saja dapat diikatkan dengan stimulus
asli, sehingga orang mungkin
mengembangkan cara merespon
stimuli yang terjadi serta merta akibat
adanya stimuli itu, tanpa tujuan
fungsional.
• Tingkah laku neurotik sering
dikembangkan tanpa alasan yang jelas,
sering menjadi kontraproduktif,
semakin meningkatkan kecemasan dan
bukan menguranginya.
• Kritik Terhadap Teori
• Eysenck cenderung meremehkan kontribusi
orang lain dan membesar-besarkan dukungan
empiris bagi sudut pandangnya sendiri.
• Beberapa psikolog yang akrab dengan karya
Eysenck merasa dia sering kali mengabaikan
temuan yang berlawanan.
• Banyak psikologis yang merasa mustahil
untuk menjelaskan perbedaan individual
dengan hanya dua atau tiga dimensi.
• Sebagaimana yang diakui oleh Eysenck
(1990), kekurangan dari karyanya adalah
bahwa teori basis biologis sifat
kepribadiannya, khususnya neurotisme dan
psikotisme, kekurangan dukungan konsisten.
TERIMAKASIH
Sampai Jumpa Minggu Depan

Anda mungkin juga menyukai