Anda di halaman 1dari 35

Sani Ega Priani, M.SI., Apt.

Penampang lintang
kulit manusia
(Chien,1987)

2
Bagan pembentukan lapisan epdermis yang dibentuk
dari proses defferensial empat lapisan dibawahnya

3
Gambar sel keratinosit yang dijerat di dalam matriks lipida membentuk
struktur brick dan mortar. NMF (natural moisturing factor) dan lapisan
rangkap lipida mencegah dehidrasi epidermis.

4
Jalur penetrasi obat transeluler pada lapisan Stratum
korneum

5
Lokasi
kerja
obat
secara
topikal

6
Lapisan Rute penetrasi Zona penggunaan
Rute penetrasi interfasial Obat terlarut, 1. Proteksi
2. Penyamaran
obat melalui Permukaan terdifusi,lepas dari
3. Repelan serangga
pembawa
kulit dan 4. Anti mikroba/antifungi
contoh
penggunaan Transdermal
1. Emolien
obat spesifik Stratum Partisi/difusi 2. Keratosis
untuk keadaan korneum stratum korneum
setiap lapisan
Transappendagel
( Nairn,1997). dermal 1. Antipersipiran
Appendages Unit pilosebaseus Kel.ekrin 2. Eksfolien
3. Antibiotika/fungi
4. Depilatori

Epidermis
Partisi/difusi 1. Antiinflamasi
dalam epidermis dalam 2. Anestetik
3. Antipruritik
Partisi/difusi 4. Antihistamin
Dermis dermis

1. Sistem Transdermal
Ekskresi melalui
Sirkulasi sirkulasi
2. Nitrogliserin

7
Sediaan
Semisolida

Salep Krim Gel


Pertimbangan pemilihan basis semi solida

1. Tujuan pengobatan

2. Keadaan kulit : utuh atau terbuka

3. Efek farmakologi

4. Sifat fisika dan kimia zat aktif

5. Kelarutan zat aktif dalam basis

9
Menurut Farmakope Indonesia Edisi 4
 Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan
untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir
 Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa
dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar
salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar
salep larut dalam air. Salep obat menggunakan
salah satu dari dasar salep tersebut
 Salep mampu bertahan pada tempat aplikasi
membentuk lapisan tipis yang melekat,
sehingga juga mampu memperlama durasi
pelapasan obat
 Salep memiliki sifat sebagai emolien
(pelembab)
 Lengket dan sulit dihilangkan sehingga
terkadang kurang diterima aplikasi kosmetik
 Viskositas salep terkadang membuatnya sulit
untuk disebarkan pada tempat aplikasi
Dasar Salep

Dapat dicuci
Hidrokarbon Serap Larut air
dengan air
 Dasar salep hidrokarbon ini dikenal sebagai
dasar salep berlemak, bebas air
 Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang
kontak obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut/penutup
 Dasar salep ini digunakan sebagai emolien dan
sifatnya sukar dicuci, tidak mengering dan tidak
tampak berubah dalam waktu lama
 Contoh : vaselin kuning dan putih, paraffin dan
minyak mineral
 Dasar salep yang mampu menyerap air
sehingga dapat dicampurkan dengan
sejumlah tertentu air
 Contoh basis salep serap
 Adeps Lanae, Lanolin
 Unguentum simplex : campuran 30 bagian malam
kuning dan 70 bagian minyak wijen.
 Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air (sering
disebut krim) dan dinyatakan “dapat dicuci dengan
air”
 karena mudah dicuci dengan air dari kulit sehingga
lebih dapat diterima sebagai dasar kosmetik.
 Dasar salep emulsi tipe M/A (Vanishing Cream) :
R/ Lanolini 2
Cetylalcoholi 1
Paraffini Liquidi 5
Acidi Stearinici 9
Kalii Hydroxidi 0,5
Propylene gylcoli 5
Aquadest 77,5
 Kelompok ini disebut `Dasar Salep Tidak
Berlemak` dan terdiri dari konstituen yang
larut dalam air
 Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.
 Contoh : salep polietilenglikol (PEG)
Metode
Pembuatan

Triturasi
Pelelehan
(pencampuran)

Untuk basis yang


ada dua fase
atau lebih
 Krim merupakan sediaan berbentuk emulsi,
dan bersifat semi solid. Krim biasanya
digunakan untuk pemakaian pada kulit atau
membran mukosa.
 Krim adalah sediaan semi solid kental,
umumnya berupa emulsi M/A (krim berair)
atau emulsi A/M (krim berminyak) (The
Pharmaceutical Codex 1994, hal 134)
 Berdasarkan tipenya
 Tipe M/A atau O/W
Tipe krim yang umum digunakan untuk sediaan
kosmetik karena tidak lengket dan mudah
dibersihkan
 Tipe A/M atau W/O
Penggunaan krim jenis ini umumnya pada
penggunaan dengan waktu kontak yang lebih
lama, contoh krim malam dan pelembab kaki.
 Fase minyak
 Fase Air
 Emulgator
 Antioksidan
 Pengawet
 Humektan
 Peningkat konsistensi
 Golongan anionic surfaktan
 Natrium lauril sulfat (umumnya dikombinasi
dengan surfaktan non ionik dengan HLB rendah
seperti setil atau setostearil alkohol)
 Surfaktan insitu hasil reaksi antara asam lemak
dengan basa contohnya Asam Stearat dan TEA
(trietanolamin), Asam oleat dan NaOH  natrium
oleat
 Surfaktan non ionik
Kombinasi Tween dan Span
Tween dan span termasuk surfaktan non
ionik. Kombinasi tween dan span selain dapat
mencapai nilai HLB butuh minyak yang
dibutuhkan juga kombinasinya mampu
menciptakan lapisan antarmuka yang stabil
 Kationik surfaktan (Lebih sering digunakan sebagai
pengawet)
 Ampoterik surfaktan (surfaktan yang mengandung
muatan positif dan negatif contoh lesitin)
 Anionic emulsifying wax (kombinasi setostearil
alkohol 90 gram, natrium lauryl sulfat 10 gram, dan
air 4 gram)
 Nonionic emulsifying wax (kombinasi setostearil
alkohol dan setomacrogol 1000)
 R/
 Emulgid 15%
 Parafin liq 15%
 Aquades ad 100%

 R/
 Emulgid 15%
 ol. Sesami 15%
 Aquades ad 100%
R/
 Asam stearat 25 %
 Adeps lanae 5%
 TEA 1,5 %
 Gliserin 7 %
 Aquades ad 100 %
R/
 Parafin liq. 20 %
 Asam stearat 10 %
 Setil alkohol 10 %
 TEA 10 %
 aquades ad 100 %
 Setil alkohol 20 %
 Mineral oil 20 %
 Span 80 0,5 %
 Tween 80 4,5 %
 Metil paraben 0,4 % (Nipagin)
 Propil paraben 0,08 % (Nipasol)
 Aquades ad 100 %
 Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang –
kadang disebut jeli. (FI IV)
Berdasakan pelarut:
 Hidrogel (pelarut air).
 Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik)
 Hidroalkoholik Gel (campuran air + pelarut
organik)
Berdasarkan sifat fasa koloid/ gelling agent
 Gel anorganik, contoh : bentonit magma
 Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
 Keuntungan sediaan gel :
 efek pendinginan pada kulit saat digunakan
 penampilan sediaan yang jernih dan elegan
 pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya
lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
pernapasan pori tidak terganggu
 mudah dicuci dengan air
 kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
 Polimer (gel organik) co. natrium alginat,
karagenan
 Derivat selulosa co. HPMC, HPC
 Polimer sintesis co. karbomer
 Emulgel merupakan salah satu bentuk sediaan kulit yang merupakan
gabungan dari sediaan emulsi dan gel
 Sediaan emulgel disebut juga sebagai sediaan emulsi yang viskositas
fase airnya ditingkatkan melalui penambahan gelling agent
 Kelebihan dari sediaan emulgel ini adalah:
a. Memiliki kelebihan sediaan emulsi dan gel
b. Memiliki waktu kontak lebih lama
c. Bisa untuk formulasis senyawa senyawa yang hidrofob
d. Stabiltas system emulsi lebih baik
 Contoh formulasi emulgel:
 Bahan peningkat konsistensi (krim dan salep)
 cera alba, setil alkohol
 Pengawet  untuk sediaan yang
mengandung fasa air
 Pelembab (humektan) menjaga hidratasi
kulit Co. Gliserin, propilenglikol
 Antioksidan (mencegah oksidasi fasa minyak)
Contoh: BHA, BHT, Tocopherol
 Peningkat penetrasi
Fungsi :
Meningkatan penetrasi senyawa aktif untuk masuk ke dalam kulit
(melewati stratum korneum) dengan cara modifikasi permeabilitas
stratum korneum

Contoh penetrant enhacer berdasarkan mekanisme kerjanya:


 Surfaktan
 Surfaktan Anionik denaturasi protein
 Surfaktan : menurunkan tegangan permukaan, pembasahan kulit meningkat dan
meningkatkan distribusi pada kulit
 Pelarut organik, melarutkan lemak epidermis (alkohol, polietilenglikol,
dimetilasetamid, dimetilformamida, dimetilsulfoksida)
Evaluasi kimia :
Evaluasi sediaan 1. pH

Semi Solida 2. Stabilita sediaan (kadar)


3. Kadar zat aktif (Monografi
zat di Farmakope)

Evaluasi fisika :
Evaluasi biologi
1. Organoleptis
1. Efektivitas
2. Viskositas semisolid : Brookfield
pengawet
3. Homogenitas sediaan
2. Cemaran
mikroorganisme 4. Tipe krim atau emulsi
5. Stabilitas fisik sediaan

Anda mungkin juga menyukai