Anda di halaman 1dari 31

Guillain Barre Syndrome

Definisi
GBS sudah ada sejak tahun 1859

GBS ini di ambil dua Ilmuwan Perancis, Guillain dan


Barré yang menemukan dua orang prajurit perang di
tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian
sembuh setelah menerima perawatan medis.

Merupakan penyakit langka dan terjadi hanya 1 atau


2 kasus per 100.000 di dunia tiap tahunnya.
Sindrom Guillain-Bare merupakan sindrom klinis yang
ditunjukan oleh awitan akut dari gejala-gejala yang
mengenai saraf tepi dan kranial.Proses penyakit
mencakup demielinisasi dan degenerasi selaput
mielin dari saraf tepi dan kranial (Sylvia A.Price dan
Lorraine M. Wilson, 1995). Sindrom ini terjadi akibat
serangan autoimun pada mielin yang membungkus
saraf perifer.
Dengan rusaknya mielin, akson dapat rusak. Gejala
sindrom GBS menghilang saat serangan otoimun
berhenti dan akson mengalami regenerasi.

GBS ini terjadi dengan frekuensi yang sama pada


kedua jenis kelamin dan pada semua ras. Puncak
yang tinggi terjadi pada kelompok usia 16-25 tahun,
tetapi mungkin juga berkembang pada setiap
golongan usia. (Arif Muttaqin: 197, 2011).
Etiologi
1. Respon alergi atau respon autoimun
Pada kondisi normal,tubuh akan menghasilkan
antibodi melawan antigen di saat tubuh terserang
penyakit,virus dan bakteri.
Tetapi pada GBS antibodi malah menyerang sistem
saraf tepi kerusakan sel saraf.Hal ini ditimbulkan
karena antibodi merusak selaput myelin yang
menyelubungi sel saraf (Demyelinasi).
Dimyelinasi penghantaran impuls oleh saraf
menjadi terhambat dan bahkan berhenti sama sekali
kelumpuhan motorik dan gg.sensibilitas.

2. Infeksi (pernapasan dan gastrointestinal)

1-4 minggu sebelum terjadinya serangan


penurunan neurologis.Salah satu hipotesis
menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan
reaksi autoimun yang menyerang saraf tepi.
3.Penyakit sistemik, seperti:
Keganasan

systemic lupus erythematosus

Tiroiditis

penyakit addison

4. Kehamilan atau dalam masa nifas.


Patogenesis

Akson bermyelin mengkonduksi impuls saraf lebih


cepat dibanding akson yang tidak bermielin.

Sepanjang serabut bermielin terjadi proses dalam


selaput (nodus ranvier),tempat kontak langsung antara
membran sel akson dengan cairan ekstraseluler.
Membran ini sangat permeabel,sehingga
konduksi menjadi baik dan gerakan ion-ion pun
dapat terjadi dengan cepat,oleh karena ini impuls
saraf sepanjang serabut myelin dapat melompat dari
satu nodus ke nodus lain (konduksi saltori) dengan
cukup kuat.
Sedang pada GBS selaput myelin yang
mengelilingi akson hilang sehingga terjadi
demyelinasi,dan akan menyebabkan konduksi saltori
tidak mungkin terjadi dan trasmisi impuls saraf
dibatalkan.
Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa
kerusakan saraf pada GBS melalui mekanisme
imunologi yang menimbulkan kerusakan pada syaraf
tepi hingga terjadi kelumpuhan.

Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan


mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada
sindroma ini adalah:
 Didapatkannya antibodi atau adanya respon
kekebalan seluler (celi mediated immunity)
terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
 Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.

 Didapatkannya penimbunan kompleks antigen


antibodi dari peredaran pada pembuluh darah
saraf tepi yang menimbulkan proses
demyelinisasi saraf tepi.
Patologi
Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada
saraf tepi.

1. Perubahan pertama berupa edema yang terjadi


pada hari ke tiga atau keempat.

2. Timbul pembengkakan dan iregularitas selubung


myelin pada hari ke lima.
3. Terlihat beberapa limfosit pada hari ke sembilan.
4. Terlihat makrofag pada hari ke sebelas.

5. Terjadi poliferasi sel schwan pada hari ke tigabelas.

6. Perubahan pada myelin, akson, dan selubung


schwan berjalan secara progresif, sehingga pada
hari ke enampuluh enam, sebagian radiks dan saraf
tepi telah hancur.
Klasifikasi
1. Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculo
Neuropathy (AIDP)
Adalah jenis paling umum ditemukan pada SGB.
Manifestasi klinis paling sering adalah kelemahan
anggota gerak proksimal dibanding distal. Saraf
kranialis yang paling umum terlibat adalah nervus
facialis.
2.Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN)

Jenis ini lebih menonjol pada kelompok anak-


anak, dengan ciri khas degenerasi motor axon.
Klinisnya, ditandai dengan kelemahan yang
berkembang cepat dan sering dikaitkan dengan
kegagalan pernapasan, meskipun pasien biasanya
memiliki prognosis yang baik.
3. Acute Motor Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)

Pasien biasanya usia dewasa, dengan


karakteristik atrofi otot.Dan pemulihan lebih buruk
dari AMAN.
4. Miller Fisher Syndrome
Kelemahan pada ekstremitas, ptosis, facial palsy,
dan bulbar palsy mungkin terjadi pada beberapa
pasien.
5. Acute Neuropatic panautonomic

Adalah varian yang paling langka pada SGB.


Kadang-kadang disertai dengan ensefalopati. Hal ini
terkait dengan tingkat kematian tinggi, karena
keterlibatan kardiovaskular, dan terkait disritmia.
6. Ensefalitis Batang Otak Bickerstaff’s (BBE)
Tipe ini adalah varian lebih lanjut dari SGB. Hal
ini ditandai dengan onset akut oftalmoplegia, ataksia,
gangguan kesadaran, hiperrefleks atau babinsky sign.
 Klasifikasi berdasarkan lokasi saraf yang terkena

 Ascending : Gangguan pada fungsi saraf


perifer

Descending : Gangguan pada fungsi saraf


kranial V,VII,IX,X,XI,XII.
Manifestasi Klinik
1. Ascenden
a. Kelemahan otot secara ascending dengan
palisis flaksid (cedera pada neuron ) dan
atropi
b. Kesulitan berjalan yang menjurus pada
kelumpuhan
c. Menurunnya atau tidak adanya refleks
tendon dalam
d. Paresthesia atau nama lain sering disebut
“kesemutan” yang terjadi karena adanya penekanan
pada saraf.

e. Nyeri Kram
2. Descenden
a. Kerusakan Saraf Kranial. Saraf Kranialis yang paling
sering terkena adalah N. VII

b. Kelumpuhan Otot- otot muka

c. Disfonia (gangguan produksi suara)


d.Gangguan Pernafasan (sesak nafas, menurunnya
bunyi napas, dan menurunnya tidal volume)

e. Tekanan darah tidak stabil

f.Distritmia jantung (irama jantung tidak beraturan)

g. Takhikardi (denyut jantung yang cepat)

h. Kehilangan Kontrol Bowel dan bladder


KOMPLIKASI
• GAGAL PERNAPASAN

Melemahnya otot pernapasan yang dapat


menyebabkan hipoventilasi dan infeksi pernapasan
berulang. Disfagia yang mengarah pada aspirasi

• Penyimpangan Kardiovaskuler

adanya gangguan sistem saraf otonom.

• Komplikasi Plasmaferesis

Hipovolemia, Hipotensi, Takikardia, Pening, dan


diaphoresis.
Proses Keperawatan
I. PENGKAJIAN

a. Identitas

b. Keluhan Utama

c. Riwayat Penyakit Sekarang

d. Riwayat Penyakit Dahulu

e. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
II. PEMERIKSAAN FISIK

• Antopometri

• TTV

Pada GBS Descending biasanya ditemukan kelainan :

1. B1 (BREATHING)

2. B2 (BLOOD)

3. B4 (BLADDER)

4. B5 (BOWEL)
Pada GBS ascending ditemukan kelainan – kelainan berikut.
• B3 (BRAIN)
1. Tingkat Kesadaran
2. Fungsi Serebri
3. Pemeriksaan Saraf Kranial
4. Sistem Motorik
5. Pemeriksaan refleks
6. Gerakan involunter
7. Sistem Sensorik
• B6 (BONE)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• PEMERIKSAAN ELEKTROMYOGRAPHY

• TEST FUNGSI PARU

• CAIRAN SEREBROSPINAL (CSS)

• PEMERIKSAAN DARAH

• ELEKTROKARDOGRAFI

• PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI


Diagnosa Keperawatan
 Ascending
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot ditandai dengan kekuatan
otot 3.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


melemahnya otot-otot pernafasan ditandai dengan
klien mengeluh sesak nafas.

3. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan


perubahan frekuensi jantung ditandai dengan hipotensi.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan penurunan
kemampuan menelan ditandai dengan
penurunan berat badan.
5. Ansietas berhubungan dengan kondisi kesehatan
ditandai dengan klien mengungkapkan
kecemasannya atas kondisi saat ini.
 DESCENDING
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
melemahnya otot- otot pernafan ditandai dengan
klien mengeluh sesak nafas.
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
perubahan frekuensi jantung ditandai dengan
hipotensi.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan penurunan
kemampuan menelan ditandai dengan penurunan
berat badan
4.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot ditandai dengan
klien tidak mampu menggerakkan anggota
geraknya dan paralisis.

5.Ansietas berhubungan dengan kondisi


kesehatan ditandai dengan klien
mengungkapkan kecemasannya atas kondisi
saat ini.

Anda mungkin juga menyukai