Anda di halaman 1dari 15

Modul 3

SUMBER HUKUM
A. Pengertian Sumber Hukum
Pada hakekatnya sumber hukum adalah
sebagai tempat kita dapat menemukan atau
menggali hukum.
Dikatakan sebagai tempat menemukan
hukum, karena yang menjadi sumber hukum
adalah merupakan suatu ketentuan yang
mempunyai kekuatan mengikat dalam arti
konkrit atau mengikat umum.
Sedangkan dikatakan sebagai tempat
menggali hukum, karena yang menjadi
sumber hukum belum tentu merupakan suatu
ketentuan yang mempunyai kekuatan
Menurut G.W. Paton, sumber
hukum di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Sumber hukum material
Adalah sumber diperolehnya bahan atau
materi hukum, dan bukan berkaitan dengan
kekuatan berlakunya.
2. Sumber hukum formal
Adalah sebagai sumber dari sumber mana
suatu peraturan hukum memperoleh kekuatan
dan sah berlakunya. Sumber hukum formal
adalah kehendak negara yang dijelmakan
dalam undang-undang atau putusan-putusan
hakim.
B. Sumber Hukum Material dan
Formal
1. Sumber Hukum Material
Dapat dilihat dari 4 sudut pandangan
A. Sumber hukum dalam arti sejarah
I. Sebagai sumber pengenal hukum atau
sumber informasi, yaitu berupa segala
sesuatu yang dapat memberi informasi
tentang hakum dari suatu bangsa atau
negara.
II. Sumber hukum bahan, yaitu berupa sumber
bagi pembentuk undang-undang mengambil
bahannya.
B. Sumber hukum dalam arti sosiologis
Adalah sumber hukum yang
dihubungkan dengan masyarakat
C. Sumber hukum dalam arti ekonomis
Adalah sumber hukum yang
dihubungkan dengan kebutuhan-
kebutuhan ekonomi yang menjadi
tuntutankebutuhan vital
D. Sumber hukum dalam arti filosofis
I. Teori teokrasi, yang mengtakan bahwa
isi hukum berasal dari Tuhan
II. Teori hukum kodrat yang rasionalistis,
yang mengatakan bahwa isi hukum
bersumber dari rasio atau akal manusia
III. Teori historis, yang mengatakan
bahwaisi hukum bersumber pada
kesadaran hukum dari suatu bangsa
2. Sumber hukum
formal
Menurut Achmad Sanusi, sumber
hukum dalam arti formal adalah
sumber-sumber hukum yang telah
dirumuskan peraturannya dalam suatu
bentuk, berdasarkan apa ia berlaku, ia
ditaati orang dan mengikat hakim, serta
para pejabat hukum. Sumber-sumber
hukum dalam arti formal disebut juga
sumber-sumber berlakunya hukum
karena ia adalah sebagai causa
efficiens (Sanusi, 1977 : 31).
C. Bentuk-Bentuk Sumber Hukum
Formal
1. Menurut L.J. Van Apeldoorn
a. Undang-undang;
b. Kebiasaan;
c. Traktat.
2. Menurut G.W. Paton
a. Kebiasaan;
b. Metode judisiil;
c. Undang-undang dan kitab hukum;
d. Karangan-karangan ahli hukum dan
pendapat ahli.
3. Menurut E. Utrecht dan C.S.T. Kansil
a. Undang-undang;
b. Kebiasaan;
c. Keputusan hakim (Yurisprudensi);
d. Traktat;
e. Pendapat sarjana hukum atau ahli
hukum yang terkenal (doktrin)
4. Menurut Sudikno Mertokusumo
a. Undang-undang;
b. Perjanjian antar negara;
c. Yurisprudensi;
d. kebiasaan
5. Menurut Achmad Sanusi
a. Sumber hukum normal
I. Sumber hukum normal langsung, artinya
mendapat pengakuan Undang-undang,
yaitu: 1. Undang-undang; 2. Perjanjian
antar negara; 3. Kebiasaan.
II. Sumber hukum normal tidak langsung,
artinya menjadi sumber hukum atas
pengakuan undang-undang atau karena
melalui kebiasaan, yaitu : 1.
Persetujuan; 2. doktrin; 3. Yurisprudensi.
b. Sumber hukum abnormal
Dikatakan abnormal sebab tidak
dapat dicarikan pada sumber-sumber
hukum yang normal, ia justru merupakan
tantangan terhadap tata tertib hukum yang
berlaku pada saat itu, yaitu: 1. Proklamasi
D. Undang-Undang
Menurut T.J. Buys, Undang-undang
sebagai sumber hukum formal mempunyai
2 arti
1. Undang-undang dalam arti formal,
adalah setiap keputusan atau ketetapan
dari pemerintah yang disebut sebagai
undang-undang karena dilihat dari
bentuk dan cara terjadinya atau dilihat
dari cara pembentukannya.
2. Undang-undang dalam arti material,
atau istilah yang tepat peraturan
perundang-undangan, adalah peraturan
tertulis yang dibentuk oleh lembaga
Tata urutan peraturan perundang-undangan
sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat (1) UU
No.10 tahun 2004 secara berturut-turut adalah
1. UUD Negara RI tahun 1945
2. Undang-undang/Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-
undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan daerah
E. Pengundangan
Pengundangan adalah
penempatan peraturan perundang-
undangan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia, Lembaran
Daerah dan Berita Daerah
Fungsi pengundangan adalah
agar setiap orang mengetahui suatu
Undang-undang dianggap sah
berlaku dan mempunyai kekuatan
mengikat umum atau setiap orang
setelah diundangkan dalam Lembaran
Negara. Setelah diundangkan maka
setiap orang terikat untuk mengakui
eksistensinya, dan setiap orang
dianggap tahu undang-undang
(iedereen wordt geacht de wet te
kennen). Adagium tersebut
berhubungan dengan adagium lain,
yaitu: Tidak tahu undang-undang
bukanlah merupakan alasan pemaaf
Berakhir atau tidak berlakunya lagi Undang-
undang
1. Jangka waktu yang ditentukan oleh undang-
undang itu sendiri telah lampau
2. Hal atau keadaan yang mana undang-undang
itu diadakan sudah tidak ada lagi
3. Dengan tegas dicabut oleh undang-undang
yang baru
4. Ada undang-undang baru, yang mengatur
materi yang sama dengan undang-undang
yang lama, dan ternyata isinyasaling
bertentangan, maka undang-undang yang
lama dianggap tidak berlaku lagi berdasarkan
asas: lex posteriori derogat legi priori atau lex
postrior derogat legi anteriori. Berarti terjadi
penghapusan secara diam-diam.
5. Timbul hukum kebiasaan yang bertentangan
dengan undang-undang dan hal itu
mengakibatkan undang-undang yang
F. Asas-asas Peraturan Perundang-
undangan
1. Peraturan perundang-undangan tidak
berlaku surut
2. Sistem peraturan perundang-
undangan mengenal adanya
tingkatan-tingkatan atau kewerdaan
atau tata urutan (hierarchie)
3. Undang-undang yang bersifat khusus
mengesampingkan undang-undang
yang bersifat umum
4. Peraturan perundang-undangn yang
baru mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang lama

Anda mungkin juga menyukai