Anda di halaman 1dari 96

Pelaksanaan Lapangan

Pekerjaan Gedung

MATERI V. STRUKTUR

Soelarso,ST.,M.Eng
STANDAR KOMPETENSI
1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan
kerja dan lingkungan (k3-L) di tempat
kerja
2. Melaksanakan Pekerjaan Persiapan
3. Melaksanakan Pekerjaan Pondasi
4. Melaksanakan Pekerjaan Struktural
5. Melaksanakan Pekerjaan Arsitektur
6. Membuat Laporan Pelaksanaan Pekerjaan
MELAKSANAKAN PEKERJAAN
PERSIAPAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti pelatuhan ini diharapkan peserta memiliki
kemampuan untuk menginterprestasi gambar kerja dan spesifikasi
teknis, menyusun program kerja pelaksanaan pekerjaan,
melaksanakan mobilisasi sumber daya

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mempelajari materi pelatihan ini peserta akan
mampu :
1. Menginterpretasikan gambar kerja dan spesifikasi teknis
2. Menyusun program kerja pelaksanaan pekerjaan
3. Melaksanakan mobilisasi sumber daya
Pendahuluan
Sebelum pekerjaan gedung dimulai, maka perlu hal-hal yang
perlu diperhatiakan antara lain :
a. Jalan Masuk (Access Road)
b. Site Plan
c. Pedoman Pengukuran
d. Alat Angkat
e. Jenis Alat Angkat
Interpretasi gambar kerja dan spesifikasi teknis
Seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung didalam
melaksanakan tugasnya harus mampu membaca gambar kerja
sehingga mampu membuat instruksi kerja secara benar.
Spesifikasi teknis sebagai acuan baku mutu bagi pelaksana
lapangan dalam mengendaikan pekerjaan, baik mutu waktu, mutu
material, mutu tenaga maupun mutu biaya.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang
pelaksana lapangan dalam membaca gambar kerja meliputi :
1) Mengidentifikasi gambar kerja dan spesifikasi teknis
2) Memeriksa kesesuaian gambar kerja dan spesifikasi
teknis
3) Membuat hasil pemeriksaan gambar kerja dan spesifikasi
teknis menjadi acuan pelaksanaan pekerjaan
1. Identifikasi gambar kerja dan spesifikasi teknis
a. Jenis dan fungsi gambar kerja
Jenis gambar kerja yang diperlukan oeh seorang
pelaksana lapangan pekerjaan gedung meliputi :
1) Gambar situsi
2) Gambar denah
3) Gambar prespektif
4) Gambar detail
Fungsi gambar kerja adalah sebagai acuan untuk
seorang pelaksana dalam memberikan arahan kepada
tukang dan pekerja, dan gambar kerja menjadi
pedoman kerja untuk tukang.
b. Pengertian dan fungsi spesifikasi teknis
Langkah kerja mengidentifikasi spesifikasi teknis
meliputi :
1) Siapkan spesifiksi teknis yang akan diidentifikasi
2) Baca dengan teliti spesifikasi teknis dan catat
syarat khusus material, peralatan dan alat berat,
dan persyaratan tenaga kerja yang dibutuhkan
3) Dari spesifkasi juga dapat diidentifikasi metode
kerja
4) Dari spesifikasi teknis juga dapat diidentifikasi
persyarataan mutu
c. Cara mengidentifikasi gambar kerja
Langkah kerja mengidentifikasi gambar kerja meliputi
meliputi :
1) Gambar kerja dapaat diidentifikasi dari gambar
rencana
2) Gambar kerja dapat diidentifikasi dari dokumen
kontrak
3) Gambar kerja dapat diidentifikasi dari spesifikasi
teknis
4) Identifikasi gambar kerja meliputi :
a) Gambar site plan
b) Gambar denah lantai
c) Gambar prespektif (gambar potongan)
d) Gambar kerja pekerjaan pondasi
e) Gambar kerja pekerjaan pembetonan
f) Gambar kerja pekerjaan bekisting,
perancah/scafolding
g) Gambar kerja pekerjaan kosen dan
pintu/jendela
h) Gambar kerja pekerjaan atap
i) Gambar kerja pekerjaan plafon
j) Gambar kerja pekerjaan instalasi
k) Gambar kerja pekerjaan plambing
l) Gambar kerja pekerjaan instalasi pemadam
kebakaran
Penyusunan program kerja pelaksanaan pekerjaan
Seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung didalam
melaksanakan tugasnya harus mampu menyusun program kerja
pelaksanaan pekerjaan secara cermat dan teliti, sehingga mampu
membagi waktu, material, tenaga dan alat secara tepat.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh seorang
pelaksanan lapangan dalam menyusun program kerja adalah :
1) Melakukan identifikasi jenis pekerjaan, jenis material, jenis
peralatan dan alat berat, serta jenis tenaga kerja sesuai
dengan kontrak
2) Membuat jadwal (schedule) penggunaan material, peralatan
& alata berat, dan tenaga kerja yang sesuai dengan dokumen
kontrak
3) Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan
dokumen kontrak
Mobilisasi Sumber Daya
Maksud dan tujuan penyusun rencana koordinasi sumber daya
yang dibutuhkan selama pelaksanaan pekerjaan bangunan
gedung yaitu sumber daya material/bahan, sumber daya
peralatan dan alat berat.
Tujuan dari mobilisasi adalah tersedianya sumber daya yang
dibutuhkan oleh penyedia jasa untuk melaksanakan pekerjaan
spesifikasi teknis, tersedianya material/bahan yang sesuai
dengan gambar kerja dan spesifikasi teknik dan dokumen kontrak,
tersedianya peralatan dan alat berat yang dibutuhkan.
Cara menentukan metode mobilisasi sumber daya adalah :
1) Gunakan identifikasi sumber daya pada bagian sebelumnya
2) Hitung kebutuhan masing-masing sumber daya
3) Hitung waktu yang dibutuhkan untk mobilisasi sumber daya
4) Rencanakan jadwal mobilisasi sumber daya
5) Lakukan mobilisasi sesuai dengan jadwal yang telah disusun
MELAKSANAKAN PEKERJAAN PONDASI

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah selesai mengikuti pelatuhan ini diharapkan peserta memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan pondasi dalam rangka
melaksanakan pekerjaan gedung

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mempelajari materi pelatihan ini peserta akan
mampu :
1. Melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan
2. Melaksanakan pekerjaan tanah
3. Melaksanakan pekerjaan batu kali
4. Melaksanakan pekerjan pondasi pelat lajur
5. Melaksanakan pekerjaan pondasi bored pile
6. Melaksanakan pekerjaan pondasi tiang pancang
Pendahuluan
Pondasi dapat didefinisikan sebagai bangunan yang berada
dalam tanah yaitu bagian yang berdekatan dengan elemen
bagian bawah tanah. Pondasi dapat juga didefinisikan sebagai
bangunan yang dapat menahan berbagai maca beban baik
horizontal maupun vertikal dalam kondisi stabil.
Karena itu pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beben-
beban yang bekerja, gaya-gaya luar seerti tekanan angin, gempa
bumi dan lain-lain.
Melaksanakan pekerjaan tanah
1. Pekerjaan pasangan bouwplank
a. Syarat-syarat pasangan bouwplank
agar tidak terganggu pada waktu pekerjaan galian dan
konstrukti, titik-titik pasangan bouwplank (uitset) dibuat
agak jauh dari ririk aslinya sehingga tidak terganggu oleh
mesin-mesinatau pekerja dan lainnya.
b. Alat dan bahan yang digunakan untuk memasang
bouwplank
1) Bahan
a) Kayu : sebagai bahan utama yang digunakan
untuk bouwplank
b) Tali : sebagai batas yang dikerjakan/sipat
datar
2) Alat
a) Gerobak : alat yang digunakan untuk mengangkut
bahan-bahan
b) Palu : alat memukul paku dan kayu
c) Paku : alat pengikat kayu
d) Sabit : alat menajamkan bagian bawah kayu
e) Meteran : alat yang digunakan mengukur
f) Siku : alat yang digunakan untuk menyiku
bagian pojok
g) Unting-unting : alat untuk meluruskan (vertikal)
h) Gergaji : alat memotong kayu
i) Sekro : sebagai alat untuk mengambil pasir
j) Cetok : sebagai alat untuk meratakan pasir
k) Timba : sebagai alat untuk memudahkan
pengambilan pasir
c. Tahapan langkah pemasangan bouwplank
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2) Siapkan kayu untuk pembatas.
3) Ukur bagian yang akan dikerjakan.
4) Tancapkan kayu pertama dengan menggunakan palu.
5) Pasang kayu penahan kayu utama dengan
menggunakan paku.
6) Ukur ketinggian batas bouwplank menggunakan
meteran.
7) Pasang kayu pada bagian pojok-pojok bidang yang
akan dikerjakaan dengan menggunakan unting-unting
supaya tegak.
8) Pasang tali pada batas bouwplank tadi sampai kayu
berikutnya.
9) Sambungkan tali-tali tadi sesuai dengan ukuran yang
telah ditentukan.
10) Periksa kembali ketinggian tali-tali tadi agar pas
dengan batas
d. Cara mengerjakan pemasangan bouwplank sesuai
dengan gambar kerja dan metode kerja
1) Bouwplank dibuat dari papan kayu mendatar ukuran 10 cm X
2 cm ( panjang sesuai gambar kerja ). Ditopang dengan
tiang-tiang tegak ( ukuran 5 cm X 5 cm atau sesuai gambar
kerja )
2) Bouwplank dipasang 2 sampai 3 meter di luar batas
konstruksi jika penggalian dilakukanmesin, dan 1 sampai 1,5
meter dari lokasi di luar batas konstruksi jika penggalian oleh
tenaga kerja ( disesuaikan dengan metode kerja). Hal ini
dimaksudkan agar bouwplank tidak rusak/terganggu.
3) Uitset yang penting diberi tanda pada papan horizontal
dengan paku atau irisan gergaji
4) Bagian atas dari papan menunjukkan elevasi, elevasi
terkontrol ini ditulis pada papan horizontal tersebut
5) Tanda dengan warna sering digunakan untuk menunjukkan
jenis dan ukuran konstruksi pada bouwplank
6) Apabila patok uitset telah terpasang dan diperiksa, maka
ditarik benang melalui patok-patok berikutnya untuk
menunjukkan garis konstruksi
Gambar 1. Bouwplank
e. Prosedur melaksanakan pemasangan bouwplank sesuai
dengan gambar kerja dan metode kerja
1) Ukur bagian yang akan dikerjakan dengan teliti.
2) Tancapkan kayu pertama dengan menggunakan palu
dengan teliti.
3) Pasang kayu penahan kayu utama dengan menggunakan
paku dengan teliti.
4) Ukur ketinggian batas bouwplank menggunakan meteran
dengan cermat dan teliti.
5) Pasang kayu pada bagian pojok-pojok bidang yang akan
dikerjakaan dengan menggunakan unting-unting supaya
tegak dengan teliti.
6) Pasang tali pada batas bouwplank tadi sampai kayu
berikutnya dengan cermat dan teliti.
7) Sambungkan tali-tali tadi sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan dengan teliti.
8) Periksa kembali ketinggian tali-tali tadi dengan teliti agar pas
dengan batas , perbaikan atas kesalahan pengukuran
mengakibatkan pembengkakan biaya yang tidak sedikit dan
membutuhkan waktu yang lama untuk memperbakinya
2. Pekerjaan galian tanah
Pekerjaan persiapan dalam pekerjaan galian tanah adalah
mempelajari situasi lapangan dan melengkapi persyaratan
yang sudah ditentukan dalam bestek ;
a. Pertama pemasangan plang proyek
b. Memulai pengukuran pada lokasi pekerjaan, yaitu berupa
situasi, potongan memanjang, potongan melintang, yang
dituangkan dalam gambar, termasuk gambar konstruksi,
yang disesuaikan dengan lapangan, dan disertai dengan
foto dokumentasi 0%, juga gambar-gambar kerja (shop
Drawing ).
c. Pada bagian - bagian konstruksi yang kurang jelas harus
diperjelas dengan membuat gambar detailnya, serta
menghitung kebutuhan material / bahan yang diperlukan
untuk penyelesaian pekerjaan tersebut
d. Bersamaan dengan ini mobilisasi dilaksanakan, dan tak kalah
pentingnya adalah membuat MC 0 ( Mutual Chek Nol ) sehingga
penempatan dana dapat dikontrol dengan baik dan terukur.
e. Terakhir apabila pekerjaan ini sudah selesai secara keseluruhan
kita lakukan demobilisasi dan yang lebih penting lagi harus
dibuat gambar aktualnya dan foto dokumentasi 100% yang
diikuti dengan final quantity. Pembuatan foto dokumentasi
f. Ukuran dan satuan
1) Peil (0,00) ditetapkan pada waktu peninjauan dilapangan.
2) Semua ukuran dalam gambar dan bestek dinyatakan dalam
M (Meter), CM (Centi Meter), MM (MiliMeter). Ukuran diatas
dinyatakan dengan tanda + (Plus) dan bawah dinyatakan
dengan tanda – (Min).
3) Jika dalam gambar dan bestek terdapat perbedaan ukuran
tidak jelas atau kurang, dapat ditanyakan kepada pengawas.
4) Dalam pelaksanaan pekerjaan semua ukuran harus dibuat
seteliti mungkin.
MELAKSANAKAN PEKERJAAN STRUKTUR

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah selesai mengikuti pelatuhan ini diharapkan peserta memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan struktur, dalam rangka
menunjang pelaksana lapangan pekerjaan gedung

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mempelajari materi pelatihan ini peserta akan
mampu :
1. Melaksanakan pekerjaan struktur beton
2. Melaksanakan pekerjaan struktur kayu
3. Melaksanakan struktur baja
PENDAHULUAN

Dalam sebuah pelaksanaan pembangunan konstruksi dibutuhkan


pelaksana pembangunan agar dapat diselesaikan dengan baik, tugas
pelaksana pembangunan adalah Memahami gambar, design dan
spesifikasi teknis, metode kerja sebagai sebagai pedoman dan dalam
melksanakan pekerjaan di lapangan Pelaksana bangunan perlu
mempunyai keahlian dalam bidang bangunan agar mengetahui
bagaiman mengatur jalannya setiap item pekerjaan,
sehinggamenghasilkan kualitas bangunan yang bagus dalam waktu
yang cepat, pada pelaksanaan skala besar seperti gedung bangunan
bertingkat tinggi, keberadaan pelaksana dikelompokkan lebih rinci lagi
sehingga terdapat pelaksana spesialis yang ahli dalam bidangnya
masing-masing, diantaranya adalah : pelaksana besi, pelaksana beton
cor, pelaksana bekisting, pelaksana finishing, pelaksana mekanikal
elektronik, dan setiap bagian tersebut mempunyai tanggung jawab
dalam spesifikasinya masing-masing , misalnya pelaksana bekisting
perlu mempelajari bagaimana membuat sebuah acuan/cetakan beton
yang tidak mengalami kebocoran, serta mampu menghasilkan hasil
pengecoran beton yang halus tanpa keropos.
MELAKSANAKAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON

Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan
mudah bahkan oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali
tentang beton teknologi, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini
sering menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi jelek dari
beton sebagai material bangunan.
Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur
masing-masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan
semen, yaitu pasta semen, mortar dan beton
Semen
Pasta
Semen
Air Beton
+
Pasir Baja
Tulangan
Agregat

=
Kerikil Beton
Bertulang
Ketiga sistem tersebut dapat pula dipandang sebagai model komposit
dengan 2 fase, yaitu fase matriks dan fase terurai. Kadang kata beton
masih ditambah lagi dengan bahan kimia pembantu (admixture) untuk
mengubah sifat-sifatnya ketika masih berupa beton segar (fresh concrete)
atau beton keras
Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tarik kecil. Oleh
karena itu untuk struktur bangunan , beton selalu dikombinasikan dengan
tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah
dengan tulangan baja menjadi beton bertulang ( reinforced concrete) dan
jika ditambah lagi dengan baja prategang akan menjadi beton pratekan
(prestressed concrete)

Lingkup pekerjaan pekerjaan pembuatan struktur beton bertulang


meliputi ;
 Melakukan pemasangan perancah
 Pembuatan dan perakitan Acuan/cetakan
 Melakukan perakitan dan pemasangan tulangan beton
 Pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
MELAKUKAN PEMASANGAN PERANCAH

A. Jenis dan fungsi perancah


Perancah mempunyai 2 jenis :
a) Perancah terbuat dari pipa atau tabung logam
b) Perancah terbuat dari bambu, dolken, dan kayu(kaso 5/7)

Gambar 1. Perancah terbuat dari bambu dan


pipa
MELAKUKAN PEMASANGAN PERANCAH

Perancah mempunyai fungsi sebagai berikut :


a) Perancah ( scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang
digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi
atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya
b) Sebagai konstruksi penyanggah atau pendukung cetakan/acuan terdiri
dari tiang-tiang penyanggah dan balok-balok silang
c) Sebagai tempat untuk bekerja yang aman bagi tukang / pekerja
sehingga keselamatan kerja terjamin.
d) Sebagai pelindung bagi pekerja yang lain, seperti pekerja di bawah
harus terlindung dari jatuhnya bahan atau alat.
B. Pelaksanaan cara mengerjakan perancah
Gambar 2. Tahap pelaksanaan
Perancah
1) Memasang perancah hingga peil pada U Head

a) Tempat perletakan perancah ( scaffolding) dipersiapkan, tempat harus


rata dan cukup kuat menyanggah perancah
b) Perancah dan perlengkapannya dipasang menurut urutan rencana
dan sesuai dengan kode, standar, peraturan dan persyaratan yang
relevan dari pabrik pembuat
c) Pemasangan perancah dari tingkat pertama ini bisa diterapkan untuk
tingkatan selanjutnya yang ada di atasnya. Bila pemasangan lebih
tinggi lagi, disarankan cara pemasangan scaffolding ini tidak dilakukan
sendiri.
d) Pemasangan frame (scaffolding) beberapa tingkat ke atas sebaiknya
dilakukan oleh 2-3 orang dengan menggunakan tali tambang sebagai
pembantu menaikkan frame (scaffolding) ke tingkat atas. Utamakan
keselamatan pada saat pemasangan scaffolding.
e) Pemasangan scaffolding yang benar untuk beberapa tingkatan ke atas
adalah dengan menggunakan pipa penunjang scaffolding itu sendiri.
Dan menggunakan pipa penunjang juga untuk mengikat scaffolding ke
bangunan itu sendiri
2) Menentukan peil U Head (ketinggian perancah), dengan cara :
Peil lantai – tebal pelat – plywood – balok kayu memanjang – balok kayu
melintang
3) Crossing brace dipasang dengan menghubungkan batang main frame
dan mengencangkan baut pada ujung batang

Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan, yang tidak bisa


dijamin keamanannya, bila dikerjakan secara aman pada suatu
ketinggian dan / atau setiap ketinggian pekerjaan yang melebihi 2
meter harus menggunakan perancah yang memenuhi standar.
a) Papan untuk perancah harus tahan retak atau pecah.
b) Paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup.
c) Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan.
d) Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah harus
disimpan dengan baik dan jauh dari material yang berbahaya.
e) Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman (safety factor)
sebesar 4 kali beban maksimal
f) Perancah harus diberi tangga pengaman untuk tempat berjalan dan
lain-lain fasilitas yang aman.
g) Perancah harus cukup diberi penguat (Brace).
h) Semua kerangka berdirinya perancah bangunan harus berdasarkan
standard konstruksi; mempunyai pondasi yang kuat dan cukup
tertanam dan diberi penguat untuk kesetabilan.
i) Batu bata, pipa yang rusak, bahan pembuat cerobong asap dan
bahan-bahan lain yang tidak semestinya dipakai untuk penahan
perancah, tidak boleh dipakai.
j) Paku-paku harus ditanam penuh, tidak boleh separuh dan kemudian
dibengkokkan.
k) Paku tidak boleh menerima gaya tegangan langsung.
l) Tali baja yang digunakan untuk perancah, tidak boleh terkena asam
atau bahan kimia, yang memudahkan keadaan korosi (karat) dan
bahan ini tidak boleh digunakan, untuk tali perancah kayu yang terbuat
dari serat tidak dapat digunakan atau yang dapat mengundang
bahaya.
m) Bila terpaksa menggunakan perancah kayu karena ketiadaan
perancah yang terbuat dari besi/pipa, maka pemilihan bahan harus
berurat lurus, padat, tidak ada mata kayu yang besarbesar, kering
tidak membusuk, tidak ada lubang ulat dan lainlainya yakni tidak ada
kerusakan yang dapat membahayakan runtuhnya susunan perancah.
n) Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri atas gelagar
memanjang dan melintang yang dihubungkan dengan kuat pada tiang
penyanggah, ke atas atau ke samping, bergantung pada
pemakaiannya untuk menjamin kesetabilan sampai perancah dapat
dilepas.
o) Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang.
p) Setiap bentuk dan komposisi perancah harus diperiksa sebelumnya
oleh petugas K3L untuk meyakinkan:
dalam kondisi yang stabil
bahan yang dipakai tidak rusak
cukup baik untuk digunakan, dan
sudah diberi pengaman
q) Pemeriksaan perancah harus dilaksanakan oleh petugas K3L dan
didokumentasikan:
Sedkitnya seminggu sekali
sesudah cuaca buruk, atau gangguan dalam masa pembangunan
yang agak lama
r) Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur sehingga tidak
ada yang rusak atau membahayakan waktu dipakai.
s) Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka, kecuali
kalau hal itu tetap menjamin keselamatan.
t) Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan ke bangunan dengan
sistem jepit (rigid connections) yang kuat dengan jarak tertentu.
u) Perancah yang tidak boleh terlalu tinggi di atas angker yang tertinggi,
karena dapat membahayakan kesetabilan dan kekuatannya.
v) Pada waktu mengangkat perlengkapan yang digunakan pada
perancah:
Bagian-bagian dari perancah harus diperiksa dengan cermat dan
kalau perlu diperkuat.
Setiap penggeseran dan penyanggah ( putlog ) harus dicegah.
Tiang penyanggah harus dihubungkan erat pada bagian bangunan
yang kuat, di tempat alat pengangkat dipasang.
w) Dalam melakukan kegiatan pemasangan perancah dan
pembongkaran perancah hanya boleh dilakukan oleh petugas yang
telah memiliki keahlian dalam pekerjaan perancah dan wewenang
dalam melakukan kegiatan tersebut.
x) Setiap tahapan pekerjaan perancah harus mengikuti urutan sesuai
ketentuan teknis yang telah ditentukan oleh petugas yang mempunyai
wewenang
y) Tahapan atau urutan yang dibuat oleh tenaga teknis berkeahlian
pekerjaan perancah harus di dokumentasikan.Tenaga ahli perancah
yang mempunyai sertifikat perancah dan /atau Petugas K3L khusus
perancah/petugas K3L konstruksi
PERHITUNGAN WAKTU PEMBONGKARAN BEKISTING

Berdasarkan pengalaman, kami merencanakan untuk membongkar bekisting


baik untuk lantai dan balok pada umur beton 21 hari dengan dasar

perhitungan seperti dibawah ini :

A. DATA TEKNIK

1. Tebal Plat Beton : 12 cm

2. Berat Jenis Beton : 2400 kg / m³

3. Berdasarkan pada PBI 1971 hal 34 tentang perbandingan kekuatan


beton pada beberapa umur beton setelah pengecoran

Umur Beton 3 7 14 21 28
% Kekuatan Beton 0,4 0,65 0,88 0,95 1,00
B. LATAR BELAKANG PERHITUNGAN.

1. Struktur Beton telah didesain berdasarkan beban rencana dan mutu


betonnya

2. Jumlah luasan besi didalam penampang beton tergantung pada rencana


mutu beton

3. Jika mutu beton naik , semakin tinggi pula kekuatan tariknya (sehinnga
mengurangi kebutuhan tarik dari besi )

4. Ada hubungan yang hampir linier antara umur beton dengan


kekuatan beton sebelum umur 28 hari ( lihat tabel diatas )

5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembongkaran bekisting tidak


ditentukan oleh kandungan besinya tetapi ditentukan oleh
perbandingan beban kerja dan beban rencana dari umur beton
PENYELESAIAN MASALAH

1. Beban rencana tanpa faktor keamanan ( kondisi terburuk )


Berat dari beton plat ( 1 x 1 x 0,12 x 2400 ) : 288 kg/m’
Berat dari pasang keramik : 100 kg/m ²

Total beban Mati : 388 kg/m ²


Total beban hidup : 250 kg/m ²

Total beban Rencana : 638 kg/m ²

2. Beban Kerja.
Beban ini muncul karena berat dari tenaga kerja yang berada diatas plat
beton yang bekerja untuk lantai berikutnya .
Bila diasumsikan berat dari Pekerja tersebut rata – rata 150 kg/m ² maka
jumlah dari beban kerja dan berat plat beton tersebut menjadi :
Berat dari beton plat ( 1 x 1 x 0,12 x 2400 ) : 288 kg/m’
Berat dari tenaga kerja rata – rata : 150 kg/m ²

Total beban Kerja : 438 kg/m ²


3. Perbandingan antara beban kerja dan beban rencana sebagaimana
diperoleh dari perhitungan diatas
% perbandingan : ( 438 / 638 ) x 100 % = 68,7 %

4. Jika pembongkaran bekisting dilaksanakan pada umur beton 14 hari dan


21 hari, maka kita mendapatkan kekuatan beton sekitar 88% terhadap
beban rencana terhadap beban rencana untuk umur beton 14 hari dan 95
% untuk umur beton 21 hari sehingga

Safety Faktormenjadi :
- untuk umur ( 14 hari ) : 88 % = 1,28
68,7 %

- untuk umur ( 21 hari )


95 % = 1,38
68,7 %
5. Walaupun demikian untuk menjaga keretakan beton akibat beban
mendadak , beton plat dan balok perlu disupport sampai umur 28 hari
PEMBUATAN DAN PERAKITAN ACUAN/CETAKAN

Gambar 3. Cetakan/acuan balok

Fungsi dan persyaratan acuan/cetakan balok, kolom, tangga dan


pelat lantai
1) Fungsi
Sebagai konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan
untuk mencetak/membuat beton yang akan di cor, sesuai dengan
ukuran yang diharapkan.
2) Persyaratan
a) Kualitas : acuan/cetakan harus memiliki kekuatan, kestabilan, dan
kestabilan, tidak mengalami deformasi, kedap air, tahan terhadap
getaran vibrator, memiliki keakurasian bentuk, ukuran dan posisi.
b) Keselamatan : keselamatan pekerja harus terjamin, bekisting
harus didirikan dengan kekuatan yang cukup sehingga bisa
menahan beban hidup dan beban mati tanpa mengalami
keruntuhan.
c) Praktis, mudah dipasang dan dibongkar tanpa terganggu
ukurannya, dan dapat digunakan berkali-kali

Alat dan bahan untuk pengerjaan acuan/cetakan beton


1) Alat
a) Palu
b) Obeng
c) Paku, baut dan klem besi
d) Cat meni, paselin, dan stempet agar cetakan/acuan tidak melekat
2) Alat
a) Kayu ( papan, triplex, multiplex )
b) Besi
c) Fiber glass ( terutama untuk bentuk-bentuk khusus )
Pelaksanaan mengerjakan acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan
pelat lantai beton
1) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk balok dan pelat lantai
a) Harus ada shop drawing sebelum pekerjaan bekisting balok/pelat
lantai dimulai.
b) Material panel-panel bekisting yang telah difabrikasi diperiksa dan
dipasang sesuai dengan kode-kode yang ada di dalam shop
drawing.
c) Material dari bekisting balok/pelat harus dilapisi oli bekas
(nonexpose) atau mold-oil & form-oil (expose). Untuk bekisting
bekas harus telah di treatment (dirawat) secara memadai hingga
layak dipakai kembali.
d) Jarak scaffolding, jarak horibeam, stood-stood harus sesuai
dengan shop drawing.
e) Periksa jarak formties dan bracing pada balok yang cukup tinggi
(tergantung dimensi).
f) Periksa posisi sparing kebutuhan M&E sesuai dengan shop
drawing.
g) Pastikan ukuran dimensi bekisting balok dengan meteran.
h) Periksa elevasi pelat lantai dan balok dengan alat ukur, apakah
telah sesuai dengan gambar kerja dan apakah ada perbedaan
elevasi antara pelat satu dengan lainnya.
i) Periksa ketegakan sisinya dengan siku logam/unting-unting
j) Periksa kelurusan bekisting dengan tarikan benang pada balok,
terutama pada balok tepi, sisi bekisting harus sejajar tarikan
benang.
k) Pada balok dan pelat, periksa kerapatan sambungan/pertemuan
ditutup dengan sealtape/busa atau sejenisnya.

Gambar 4. Cetakan/acuan balok dan pelat


2) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk struktur kolom
a) Pada kolom, pekerjaan cetakan/acuan dilakukan setelah
pekerjaan penulangan selesai. Papan plywood yang telah
dipotong sesuai ukurannya disatukan dengan kayu 5/7
membentuk persegi panjang dengan ukuran sesuai yang
ditentukan.
b) Kemudian dijepit dengan sabuk kolom dan dipasang pipa support
dengan cara menopang pada sabuk cetakan/acuan di keempat
sisi cetakan/acuan yang sekaligus berfungsi untuk mengatur
posisi cetakan/acuan
c) Setelah itu dipasang batas kolom sebagai batas stop pengecoran
d) Sebelum pengecoran dilakukan, terlebih dahulu pengecekan oleh
pengawas, mengenai baut skrup yang terpasang pada kekuatan
struktur perancah dan kerapatan dari cetakan/acuan.
e) Setelah dicek , sudah tidak ada kekurangan atau kesalahan,
maka pekerjaan penulangan dapat dimulai
3) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk tangga
Sebelum tangga dicor, perlu dibuat acuan, biasanya acuan terdiri dari
papan yang dirangkai atau lapisan tipis yang dipres dan dibentuk
sesuai dengan rencana. Contoh di bawah ini ditunjukkan acuan
tangga beton dengan bentuk sederhana

Gambar 6. Cetakan/acuan
tangga
Gambar 6. Cetakan/acuan
tangga
Pelaksanaan membuat dan merakit acuan/cetakan balok, kolom,
tangga, dan pelat lantai beton
1) Pekerjaan perancah dilakukan dengan cermat dan teliti
2) Pekerjaan membuat cetakan/acuan dilakuakan dengan cermat dan
teliti
3) Pengecekkan pekerjaan membuat cetakan/acuan dilakukan dengan
cermat dan teliti

MELAKUKAN PERAKITAN DAN PEMASANGAN TULANGAN


BETON
a. Jenis tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
Ada dua jenis tulangan yaitu Besi dengan bentuk yang polos dan Besi
Ulir, pada besi polos bentuk penampangnya tidak bersirip dengan
permukaan yang licin serta bundar sementara Besi ulir memiliki
bentuk bersirip memanjang dengan pola tertentu sesuai dengan
pilihan pada proses pembuatannya. Besi beton pada umumnya
dipakai bermutu U- 24. (SI.1). ukuran dan diameter besi beton yang
terpasang harus sesuai dengan gambar kerja dan syarat-syarat
(RKS).
b. Cara merakit tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
1) Penganyaman tulangan atas
2) Penganyaman tulangan bawah
3) Kedua tulangan diikatkan pada tulangan sengkang dengan kawat baja
lunak
c. Pelaksanaan mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai
beton
Dilakukan pengukuran jarak sumbu ke sumbu. Jarak-jarak ini ditandai
dengan kapur/pensil pada permukaan bekisting
1) Untuk pembesian pelat lantai dan tangga
a) Pembesian pelat lantai terlebih dahulu pengayaman dilakukan
pada bagian bawah yang posisinya saling bersilangan sesuai
dengan jarak yang ditentukan
b) Persilangan besi tersebut diikat kuat dengan menggunakan kawat
baja lunak.
c) Setelah penganyaman tulangan pada bagian bawah selesai maka
dilanjutkan dengan penganyaman besi tulangan bagian atas,
pelaksanaannya sama dengan penganyaman pada bagian bawah
d) Pada penulangan/pembasian pelat dibutuhkan pengganjal atau
yang lebih dikenal dengan cakar ayam
e) Cakar ayam berfungsi untuk menempatkan tulangan atas pada
pelat sehingga tebal selimut beton tercapai. Cakar ayam
ditempatkan secara menyebar dengan ketentuan tiap 1 m2 = 3
buah
Gambar 7. Pembesian
pelat
Gambar 7. Pembesian pelat
Gambar 7. Pembesian pelat
2) Untuk pembesian pada balok
a) Pengerjaan dilakukan pada tulangan bawah terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan dengan tulangan atas, keduanya
diikatkan pada tulangan sengakang dengan kawat baja lunak
agar tidak bergeser pada saat pengecoran
b) Tulangan balok masuk ke dalam kolom sekitar -- arah
panjang agar tumpuan balok cukup kuat, dan diikat kuat
dengan kawat baja lunak

Gambar 8. Pembesian balok


3) Untuk pembesian pada kolom
a) Penganyaman tulangan dilakukan dari bawah (ditempat yang
disediakan), kemudian dibawa ke atas dengan tower crane
untuk proses penyambungan stek kolom
b) Penyambungan dengan stek kolom dilakukan dengan cara
sengkang pada tulangan beton yang akan dipasang
dimasukkan ke dalam stek kolom yang sudah tersedia
c) Pada saat penyambungan, stek kolom dilonggarkan terlebih
dahulu dengan menurunkan sengkang yang ada pada stek
kolom
d) Tulangan utama pada kolom yang baru, diikatkan dengan
sengkang yang sudah dimasukkan sebelumnya
menggunakan kawat baja lunak agar tidak terjadi pergeseran
e) Tulangan sengkang yang tadi dilonggarkan dikencangkan
kembali
Gambar 9.
Pembesian balok
dan kolom
Gambar 9. Pembesian balok dan
kolom
4) Pada penulangan pelat, balok, kolom dibutuhkan beton
decking/tahu beton, fungsinya untuk membentuk selimut beton.
Pemasangan beton decking ditempatkan menyebar dengan
ketentuan 1m2 = 3 buah

b. Prosedur mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai


beton
1) Penganyaman tulangan atas dengan cermat dan teliti
2) Penganyaman tulangan bawah dengan cermat dan teliti
3) Kedua tulangan diikatkan pada tulangan sengkang dengan kawat
baja lunak dengan cermat dan teliti
4) Rakitan tulangan diganjal dengan tulangan decking/tahu beton
dengan cermat
PENGECORAN BALOK, KOLOM, TANGGA DAN PELAT
LANTAI BETON
a. Alat dan bahan yang digunakan
1) Alat
a) Concrete pump
b) Kompresor
2) Bahan
a) Beton basah (ready mix)
 Cara manual (Pembuatan adukan beton di tempat)
 Membuat kotak takaran untuk perbandingan material
yaitu dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember
sebagai ukuran perbandingan
 Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran
yang dibuat dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran
tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm
dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3
mm x 60 cm x 100 cm.
 Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk
pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta air dan
juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.
 Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer)
dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume
semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune
split serta air secukupnya
 Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung
dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua semen
portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering
dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya
 Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna
kurang lebih selama 4-10 menit, maka material tersebut
berubah dalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta
tabung mollen (mixer) dibalikan dan tuangkan kedalam
kotak spesi
 Cara pembuatan adukan beton dapat dilakukan di pabrik
(readymix)
 Beton merupakan persenyawaan yang terdiri dari
agregat,air, semen dan zat tambahan jika diperlukan
syarat khusus maka kendali proporsi material beton
harus direncanakan.
 Menurut aturan yang berlaku di Indonesia SNI 03-2834-
2000 dan secara teoritis perencanaan campuran beton
bukanlah hal yang mudah, diperlukan laboratorium untuk
menganalisa material yang akan digunakan dan juga
diperlukan laboraturium untuk menguji hasil
perencanaan campuran beton
 Sebelum adukan beton dibuat, terlebih dahulu membuat
benda uji, dengan komposisi material beton yang
direncanakan, Komposisi yang berbeda-beda di antara
bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang
dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur
dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume
juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan pada
konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.
Tabel 1. Komposisi berat semen, pasir dan kerikil serta volume air
yang dibutuhkan untuk membuat 1m3 beton mutu tertentu

Mutu Beton Semen Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
(kg)
7,4 Mpa (K 100) 247 869 999 215 0,87

9,8 Mpa (K 125) 276 828 1012 215 0,78

12,2 Mpa (K 150) 299 799 1017 215 0,72

14,5 Mpa (K 175) 326 760 1029 215 0,66

16,9 Mpa (K 200) 352 731 1031 215 0,61

19,3 Mpa (K 225) 371 698 1047 215 0,58

21,7 Mpa (K250) 384 692 1039 215 0,56

24,0 Mpa ( K 275) 406 684 1026 215 0,53

26,4 Mpa (K 300) 413 681 1021 215 0,52

28,8 Mpa (K 325) 439 670 1006 215 0,49

31,2 Mpa (K 350) 448 667 1000 215 0,48


Referensi Tabel : SNI DT-91-0008-2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton,
oleh Departemen Pekerjaan Umum
 Proses pembuatan beton ready mix pada dry mix
batching plant adalah sebagai berikut:
 Penyediaan material yang diperlukan untuk membuat
beton ready mix diantaranya agregat kasar, agregat
halus, semen, fly ash (additive) bila diperlukan, air,
dan bahan admixture.
 Pengambilan dan pengangkutan material untuk
agregat kasar dan agregat halus dengan
menggunakan wheel loader. Material yang berupa
 pasir dan kerikil yang berada pada tempat
penumpukan material diambil dengan bucket dan
diangkut dengan menggunakan wheel loader,
kemudian dimasukan ke bin.
 Penimbangan material pada Batching Plant dibagi
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
• timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen
dan fly ash bila diperlukan, dan timbangan untuk
air. Jumlah masing-masing material yang
ditimbang sesuai dengan jumlah kebutuhan sesuai
kapasitas concrete mixer truck. Dan ditambahkan
bahan admixture sesuai takaran.
• Mengalirkan material pada mobil ready mix,
setelah semua material sudah ditimbang sesuai
dengan kebutuhan, selanjutnya kerikil, pasir,
semen, fly ash dan bahan admixture dimasukan
satu-persatu ke dalam concrete mixer truck.
Kemudian air ditambahkan ke dalam concrete
mixer truck sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.
• Pencampuran semua material, setelah kerikil,
pasir, semen, bahan admixture, dan air masuk ke
dalam drum concrete mixer truck, tahap
selanjutnya adalah pencampuran (mixing) yang
dilakukan di dalam drum concrete mixer truck.
Faktor yang menentukan untuk mendapatkan
adukan beton yang baik adalah prosedur
pengisian, ukuran batch, cara penambahan air,
kecepatan mixer dan jumlah putaran
b) Tulangan Besi
Ada dua jenis tulangan besi yaitu besi dengan bentuk yang
polos dan besi ulir, pada besi polos bentuk penampangnya
tidak bersirip dengan permukaan yang licin serta bundar
sementara besi ulir memiliki bentuk bersirip memanjang
dengan pola tertentu sesuai dengan pilihan pada proses
pembuatannya.
b. Persyaratan pelaksanaan pengecoran
1) Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan
pembuat beton dan perbandingannya
2) Semua pekerjaan konstruksi beton pada bangunan dikerjakan
dengan mutu beton ≥ K -175. Semua pekerjaan konstruksi beton
harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2834-2000
3) Adukan beton harus benar-benar rata dan matang dengan
menggunakan Ready Mix.
4) Untuk beton konstruksi bermutu K-175 dapat dilakukan dengan
cara manual.
5) Pengecoran beton dapat dilakukan setelah cara pemasangan
pembesian disetujui oleh Direksi Pelaksanaan secara tertulis dan
tersedian cukup bahan, perlatan serta tenaga
c. Pelaksanaan mengerjakan pengecoran
Pelaksanaan pengecoran dimulai setelah dilakukan hasil uji
kekentalan (slump test ) dan pengambilan benda uji silinder untuk
pengujian kuat tekan beton
1) Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat
kasar, agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium
untuk memeriksa kualitasnya.
2) Harus memenuh angka slum test yang telah ditentukan sehingga
tercapai mutu beton yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis
3) Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui
workability adukan beton yang ada, Slump adukan beton untuk
pelat, balok dan kolom tidak boleh terlalu rendah , nilai slumpnya
sekitar 12 cm ± 2cm
a) Untuk melakukan pengujian slump test ini digunakan
beberapa peralatan sebagai berikut ;
 Cetakan yang berbentuk kerucut dengan diameter atas
bagian dalam 10 cm, diameter bagian dalam bawah
20cm dan tinggi 30 cm
 Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm dan panjang
60 cm dengan ujung bulat terbuat dari bahan baja tahan
karat
 Pelat besi dengan permukaan rata dan kedap air untuk
alas cetakan kerucut
 Cetakan yang berbentuk kerucut dengan diameter atas
bagian dalam 10 cm, diameter bagian dalam bawah
20cm dan tinggi 30 cm
 Sendok semen dan meteran kecil
 Cara pekerjaan Slump test sebagai berikut ;
 Ambil kerucut, besi penumbuk, pelat besi, lori, meteran
kecil, dan sendok aduk dekat dengan truck mixer
 Ambil adukan beton dari mesin pengaduk ( beton molen)
dalam lori ( gerobak besi ) secukupnya
 Aduk beton dalam lori itu terus agar tidak mengendap
 Masukkan adukan beton pada kerucut kira-kira 1/3
bagian lalu tumbuk pelan-pelan 25 kali, sebelumnya olesi
minyak didalamnya
 Masukkan lagi beton untuk lapisan yang kedua kira-kira
2/3 bagian, sebelum memasukkan jangan lupa tetap
diaduk dengan sendok dan tumbuk 25 kali
 Setelah itu masukkan lagi beton sampai penuh dan
ratakan permukaannya, buang sedikit kelebihannya agar
benarbenar rata lubang kerucut
 Diamkan selama 30 detik, setelah itu kerucut baja
diangkat pelan-pelan
 Letakkan kerucut di sebelah beton tadi dalam keadaan
terbalik dan taruhlah besi penumbuk itu di muka kerucut
atas hingga lewat sedikit dari beton
 Beton akan merosot, turun permukaannya dan ukurlah
jarak merosot itu dengan meteran, penurunan beton dari
kerucut itulah yang disebut slump

Gambar 10. Slump test


Slump test dilakukan di lapangan untuk mengetahui konsistensi dari kekentalan (viskositas) beton,
tahanan terhadap gesekan atau tenaga yang diperlukan untuk pengaliran awal. Karakteristik dari
kekentalan ini harus menyesuaikan cara pengaliran, cara pemadatan, tipe konstruksi dan kerapatan
tulangan.
Semakin tinggi nilai slump berarti semakin encer beton dan semakin mudah dikerjakan, tetapi tidak
dianjurkan menambah air semen untuk meninggikan nilai slump karena akan menurunkan kualitas
beton tetapi dapat menggunakan penambahan additive. Nilai Slump diatur seperti dalam tabel
dibawah ini :
Tipe Konstruksi Nilai Slump
Maximum Minimum
Fondasi plat, pile cap 12.5 5.0
dan fondasi telapak
Caisson dan fondasi 9.0 2.5
dibawah tanah
Plat, balok, kolom dan 15.0 7.5
dinding
Pelapisan jalan 7.5 5.0
Slump test
Pengecoran masif 7.5 2.5

Sumber : Tabel 4.4.1 PBI 1971


NI-2
Slump test dilaksanakan dengan menggunakan kerucut Abrams berupa kerucut terpancung
dengan diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm, tinggi 30 cm dan tongkat besi yang
bagian ujungnya dibulatkan dengan diameter 16 mm panjang 60 cm. Test dilakukan diatas area
yang rata dan tidak menyerap air.
Metode kerja :
1. Kerucut diisi dengan beton 3 3. Ratakan bagian atas kerucut 5. Kemudian tarik vertikal
lapis dimana tiap lapis dan biarkan selama 30 detik kerucut perlahan-lahan
mempunyai tebal yang sama

6. Penurunan antara puncak


2. Tiap lapis dipukul-pukul 25 4. Bersihkan ceceran mortar kerucut beton dan tinggi
kali dengan tongkat besi disekeliling kerucut awal diukur. Penurunan itu
adalah nilai slump
b) Pengujian kubus : test kubus dengan compressive strength
testbiasanya dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan
28 hari.Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang
dihasilkan.
c) Untuk mendapatkan uji kekuatan tekan betonUji kuat tekan
beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekanbeton
karakteristik yang digunakan apakah telah sesuai
denganpersyaratan. Setiap satu truck mixer dibuatkan 3 buah
benda uji. Satu truck mixer bisa mengangkut 5-7 m3 beton,
beton ready mix yang akan diambil sampelnya sebagai benda
uji
 Pertama-tama siapkan cetakan silinder baja yang
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Ambil adukan beton
dari truck mixer yang telah sampai di lokasi proyek dan
tempatkan dalam ember
 Masukkan 1/3 bagian lapisan pertama adukan beton ke
dalam cetakan silinder dan ditusuk 25 kali dengan
menggunakan tongkat pemadat. Hal ini dilakukan
sebanyak tiga lapis hingga cetakan penuh dan massif.
 Ratakan permukaannya dan beri tanda pada beton yang
akan diuji. Beton ini dibuat sebanyak 3 buah yaitu untuk 7
hari, 14 hari dan 28 hari
 Setelah beton mengeras sekurang-kurangnya 24 jam,
lepaskan beton dari cetakannya, kemudian kita rawat
dengan cara meredamnya dalam air selama 7 hari
 Pertama-tama siapkan cetakan silinder baja yang
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Ambil adukan beton
dari truck mixer yang telah sampai di lokasi proyek dan
tempatkan dalam ember
 Setelah itu, benda uji diangin anginkan di tempat yang
teduh hingga sesuai dengan umur pengujian. Benda uji
pertamai dibawa menuju pengujian laboratorium setelah
berumur 7 hari untuk dilakukan pengujian dengan
menggunakan compression testing machine
 Benda uji kedua dibawa menuju pengujian laboratorium
setelah berumur 14 dan benda uji selanjutnya dibawa
setelah berumur 28 hari untuk dilakukan pengujian
dengan menggunakan compression testing machine
 Pengujian dengan menggunakan compression testing
machine dilakukan hingga benda uji tersebut pecah dan
mesin dimatikan, dan hasilnya kemudian dibaca pada
manometer
4) Adukan beton yang dicorkan harus dapat mengisi semua ruang
cetakan dengan padat dan dapat membungkus semua baja
tulangan
5) Pelaksanaan pengecoran
a) Sebelum dicor cetakan/acuan supaya disiram dengan air
bersih dan sesudahnya, disiram dengan pasta semen ( air +
semen PC) agar siar-siar sambungan papan cetakan dapat
rapat
b) Sejak pekerjaan pengecoran dimulai harus dilanjutkan tanpa
berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang telah
ditetapkan
c) Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan
sarang-sarang krikil maka adukan beton harus dipadatkan
selama pekerjaan pengecoran
d) Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menusuk-nusuk
(menumbuk memukul – mukul dinding cetakan dengan palu
kayu, tetapi dianjurkan untuk senantiasa menggunakan alat-
alat pemadat mekanis (alat penggetar)
e) Dengan digunakannya alat penggetar, maka angka slum test
dari adukan beton harus menyesuaikan dan pada umumnya
angka slum test tidak boleh melebihi dari 12,5 cm
f) Pemadatan baik dengan cara penumbukan atau dengan cara
mekanis( alat penggetar) harus dihentikan apabila pada
permukaan adukan beton yang telah dipadatkan kelihatan
adanya air
g) Apabila dalam pengecoran timbul buih-buih supaya
dihilangkan sebelum beton menjadi kaku (mengeras), sebab
buih-buih dapat menyebabkan terjadinya lubang-lubang kecil
dalam beton yang telah menjadi keras hingga mutu beton
akan menjadi berkurang
h) Alat pemadat yang paling baik adalah alat penggetar
makanis (vibrator) tetapi pemadatan dengan alat ini harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;
 Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan
beton kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan yang
khusus boleh miring sampai 450
 Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan
horizontal, karena hal ini dapat menyebabkan pemisahan
bahan-bahan beton
 Selama penggetaran, jarum tidak boleh menyentuh baja
tulangan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras.
Jika tulangan tersentuh oleh jarum maka ikatan antara
tulangan dengan beton dapat lepas, demikian pula
getaran-getaran pada tulangan dapat merambat
kebagian-bagian lain dimana betonnya sudah mengeras
 Tebal lapisan adukan beton yang dipadatkan tidak boleh
lebih dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh
lebih dari tebal 30 – 50 cm. Berhubung dengan itu maka
pekerjaan pengecoran pada bagian konstruksi yang
sangat tebal, harus dilakukanngan baik
 Jarum penggetar harus ditarik ke atas apabila
permukaan adukan beton disekitar jarum kelihatan ada
airnya, ini menunjukkan bahwa air semen mulai
memisahkan diri dari bahan tambahan pasir atau kerikil
 Pencabutan jarum ke atas tidak boleh dilakukan terlalu
cepat agar rongga-rongga bekas jarum dapat terisi penuh
kembali dengan adukan beton

6) Perawatan pekerjaan beton


a) Selama beton dalam proses pengikatan dan pengerasan
maka beton tidak boleh diganggu dan harus mendapat
perawatan yang baik, agar mutu beton dapat mencapai tingkat
mutu yang maksimal sesuai yang diharapkan
b) Selama 24 jam sesudah pekerjaan pengecoran selesai, beton
harus dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat, pengaliran air,
getaran-getaran dan sebagainya yang dapat mengganggu
proses pengikatan bahan-bahan beton ( ditutup dengan
papan-papan atau seng atau kertas zak semen atau
plastik/geotekstile)
c) Selama 2 minggu sesudah dicor, beton harus dilindungi
terhadap pengaruh sinar matahari secara langsung dengan
jalan membasahi secara terus menerus misalnya dengan
menutupi karung-karung basah pada permukaan beton
d) Apabila karung telah menjadi kering maka harus dibasahi lagi
dengan disiram air, demikianlah seterusnya pekerjaan ini
diulangulang sampai selama 2 minggu
e) Pada pelat-pelat beton, cara membasahi terus menerus dapat
dilakukan dengan menggenangi air
7) Pekerjaan pembongkaran cetakan/acuan
a) Cetakan/acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian
konstruksi yang dicor telah mencapai kekuatan yang cukup
kokoh untuk memikul beras sendiri dan beban-beban
pelaksanaan yang bekerja padanya
b) Apabila dalam menentukan saat-saat pembongkaran
cetakan/acuan tanpa dibuat benda-benda uji, maka jika tidak
ditentukan lain, cetakan/acuan boleh dibongkar setelah
berumur 3 minggu
c) Apabila ada jaminan bahwa setelah cetakan/acuan dibongkar,
beban yang bekerja pada bagian struktur itu tidak akan
melampaui 50% dari jumlah beban rencana, maka
pembongkaran cetakan/acuan dapat dilakukan setelah beton
berumur 2 minggu
d) Jika tidak ditentukan lain, cetakan/acuan samping dari balok,
kolom (tiang ) dan dinding boleh dibongkar setelah beton
berumur 3 hari
e) Cetakan balok lantai boleh dibongkar jika semua kolom
sebagai pendukungnya telah dibongkar, cetakan hasil
pembetonannya harus baik, tidak berongga dan tidak terjadi
sarang-sarang kerikil
b) Pada bagian konstruksi yang telah dibongkar cetakannya dan
ternyata terdapat rongga-rongga atau sarang-sarang kerikil,
maka cacat-cacat tersebut harus diperbaiki hingga beton yang
utuh dengan mutu yang tidak berubah sedikitpun
c) Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalan
system beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan
yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit
ditingkatkan serta bahanbahan dasar cetakan dari kayu dan
triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.
d) Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu
menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada
dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di
tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke
lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh
(ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang
terjamin, produksi cepat dan missal, pembangunan yang
cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk
yang baik
d. Prosedur melaksanakan pengecoran
1) Sebelum dicor cetakan/acuan supaya disiram dengan air bersih
dan sesudahnya, disiram dengan pasta semen ( air + semen PC )
dengan cermat dan hati-hati agar siar-siar sambungan papan
cetakan dapat rapat
2) Pekerjaan pengecoran harus dilanjutkan dengan cermat dan teliti
tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang telah
ditetapkan.
3) Selama pekerjaan pengecoran, adukan beton harus dipadatkan
dengan cermat dan teliti, untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga kosong dan sarang-sarang krikil
4) Perawatan peerjaan beton dilakukan dengan cermat dan teliti
5) Pekerjaan pembongkaran cetakan/acuan dilakukan dengan
cermat dan teliti
PENGENDALIAN MUTU

UNTUK MENCEGAH KETIDAK SESUAIAN PEKERJAAN DISETIAP TAHAP


PT. ADHI KARYA MELAKUKAN PENGENDALIAN MUTU SEPERTI BERIKUT :
Incoming Inspection: Inprocess Inspection
Pengendalian Pada Setiap Pengendalian Pada setiap Final Inspection
Permulaan Kerja dan keda- Proses Pekerjaan Pengendalian Pada Akhir
Tangan bahan Proses Pekerjaan
PENGENDALIAN
MUTU
FLOW CHART PEMERIKSAAN BESI BALOK
MULAI
LAPANGAN

CHECK BESI BALOK

TIDAK SESUAI
JUMLAH BESI

OK
TAMBAH BESI

TIDAK SESUAI
CHECK DIAMETER
BESI

GANTI SESUAI SHOP DRAWING OK

CHECK JARAK TIDAK SESUAI


JARAK ANTAR BESI

OK DI PERBAIKI

TIDAK SESUAI CHECK POSISI


TULANGAN

DI PERBAIKI OK

SELESAI
PENGENDALIAN
MULAI
MUTU
FLOW CHART PENGENDALIAN MUTU BESI
BESI SAMPAI
DI SITE

TIDAK MASUK
CHECK MILL SHEET

MASUK

GUDANG

TIDAK MASUK
TEST BESI TOLAK

MASUK

TOLAK DIKEMBALIKAN
DIPRODUKSI
KE PABRIK

SELESAI
PENGENDALIAN
MUTU
FLOW CHART PENGECHECKAN BESI KOLOM MULAI

CHECK BESI KOLOM

TIDAK SESUAI
CHECK JUMLAH

SESUAI DITAMBAH

TIDAK SESUAI
CHECK DIAMETER

SESUAI
DIGANTI

TIDAK SESUAI
CHECK TERHADAP
POSISI

DI PERBAIKI
SESUAI

SELESAI
PENGENDALIAN
MUTU

FLOW CHART CHECK PEMBESIAN BESI PLAT MULAI

CHECK BESI PLAT

TIDAK SESUAI
CHECK JARAK

SESUAI DI PERBAIKI

TIDAK SESUAI
CHECK DIAMETER

SESUAI
DIGANTI

TIDAK SESUAI
CHECK TERHADAP
OVERLAP

DI PERBAIKI

SELESAI
PENGENDALIAN
MUTU
FLOW CHART PEMERIKSAAN BEKISTING
MULAI

BEKISTING BALOK,KOLOM,
PLAT

TIDAK SESUAI
CHECK TERHADAP
POSISI

SESUAI DI PERBAIKI

TIDAK SESUAI
CHECK DIMENSI

SESUAI
PERBAIKI

TIDAK SESUAI
CHECK TERHADAP
ELEVASI

DI PERBAIKI
SESUAI

SELESAI
PENGENDALIAN
MUTU MULAI
FLOW CHART PENGENDALIAN MUTU BETON

BETON READY MIX


DI SITE

TIDAK MASUK
CHECK SLUMP BETON

MASUK

BENDA UJI

TOLAK

RENDAM COR BETON

TEST SESUAI
UMUR
SELESAI
PENGENDALIAN
MUTU
MULA
I
FLOW UNTUK MENCEGAH BOBOK BONGKAR
BETON BUAT SHOP DRAWINGS
STRUKTUR,ARSITEK DAN
ME

TIDAK

DIMINTAKAN
PERSETUJUAN
DIREKSI

OK

DILAKSANAKAN
DILAPANGAN

CHECK LIST BY
PELAKSANA
ME,STR,ARS

SESUAI

TTD CHECK LIST


BERSAMA

SELESAI
PENGENDALIAN FLOW CHART PEMELIHARAAN BETON
MUTU

MULAI MULAI

BETON KOLOM BETON PLAT


HASIL COR HASIL COR

BUNGKUS KOLOM BUAT TANGGUL


DENGAN KARUNG KELILING TEPI PLAT

SIRAM KOLOM DENGAN RENDAM DENGAN


AIR MIN 3X SEHARI AIR PBI. 14 HARI

SELESAI SELESAI

Anda mungkin juga menyukai