“evolusi” perang (peperangan). William Lind (Generation of warfare) mengamatinya dari segi semakin menonjolnya “indirect strategy”; Thomas Hammond (Hybrid War) lebih menjelaskan dari sisi asimetrisiti. Toffler (The Third Wave) mengaitkan perubahan itu dengan struktur teknologi (agrikultur, industri, informasi).
faktor dominan yang menyebabkan
perubahan. Bisa teknologi (William Owens); atau “bukan teknologi” (Stephen Biddle). MacGregor Knox dan William Murray, Dinamika Revolusi Militer, 1300-2050 (Cambridge, 2001) 3
Kejelasan konseptual : konsep “revolusi militer”
(MR) dan “revolusi masalah-masalah kemiliteran” (RMA); cases tahun 1300-2050
Muncul setelah perdebatan tentang esensi “revolusi
teknis militer” (Nikolai Ogarkov) dan “revolusi dalam urusan militer” (a.l. Andrew Marshall. Alvin and Heidi Toffler)
10 tahun setelah Perang Teluk I (di tengah
antusiasme Amerika mengembangkan teknologi modern, Andrew Marshall’s Office of Net Assessment) Revolusi atau evolusi 4
Revolusi militer didorong faktor
administratif, teknologikal, dan Kontekstualisasi ideologis (determinisme politik). pada asupan sosial, Perubahan terjadi secara kultural, ekonomi, evolusioner. Salah satu faktor politik dan bagaimana mereka saja tak mungkin menimbulkan mempengaruhi perubahan menyeluruh. organisasi angkatan bersenjata, Revolusi masalah-masalah pelaksanaan perang, kemiliteran terbatas pada rantai komando dll teknologi (determinisme teknologi), khususnya pada tataran taktis. Tinjauan Knox Murray 5 Perang Industri 6
Senjata (teknologi militer) dan
perdagangan (teknologi sipil) Mata rantai over produksi, keharusan Merupakan akumulasi untuk memperoleh pasar, keamanan dari berbagai perubahan distribusi dan jaminan pasar; Keharusan yang terjadi, mulai dari bagi negara untuk membentuk tentara susutnya feodaisme profesional (bukan merceneries) Eropa, Perdamaian Teknologi senjata mengubah rantai Westphalia, Naopeloninc komando, melahirkan disiplin militer War dan Revolusi Industri (seragam, kepangkatan etc), dan rantai komando Sasaran perang adalah penghancuran kakuatan utama lawan di palagan. Konsep perang total dan mass destrcution masih kelihatan dalam Perang Dunia I, II dan Perang Dingin Post-industrial (post-modern) war 7
Perang Teluk I merupakan transisi dari perang industrial ke
post-industrial, dengan karakter ganda: perang industrial (penggunaan rudal dari submarine), dengan tujuan mass destruction (tingginya kerusakan jaminan) perang post-industrial (penggunaan presisi, informasi waktu sesungguhnya, target akuisisi dll) terhadap rantai komando dan beragam sasaran strategis lainnya
Perang post-industrial akan mengutamakan penghancuran
perintah dan kontrol, ditentukan oleh menuver daripada gesekan peperangan. Bisa membawa konsekuensi lebih luas pada pengorganisasian satuan tempur (berbasis non- platform), rantai komando (perintah lebih terdesentralisasi) dll. The Limits of Technology 8
Teknologi memiliki sifat ganda. Khususnya teknologi
berkemampuan ganda (teknologi ganda) memiliki kemampuan ofensif dan defenseif Di samping kekuatannya, teknologi juga mengandung kerawanan (kerawanan) baik karena ketergantungannya pada faktor lain maupunkarena menjadi sasaran utama lawan Teknologi juga tidak mandiri, terkait dengan bindang lain (ekonomi) dan pengambilan keputusan di luar bidang kemiliteran. Adopsi teknologi perang kerap kali memerlukan waktu lama. Bagaimana teknologi mewarnai 9 karakter peperangan
Teknologi apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku
perang (Andreii Krepenevich, Knox and Murray dll) Jangkauan, volume dan kecermatan Peningkatan jangkauan dan dispersi (palagan perang) Waktu yang diperlukan sebelum terintegrasi ke dalam sistem (inovasi-adopsi) Pengaruh pada susunan platform (menjadi lebih effect based) Meningkatnya transparansi medan tempur.(mengurangi kabut dlm perang) Dimensi manusia (korban) Catatan akhir 10
Semua teori tentang perubahan perang,
evolusioner maupun revolusioner, melihat hanya pada perang konvensional. Tidak cukup literatur tentang bagaimana perubahan karakter perang itu dalam peperangan non- konvensioal (insurjensi-lawan insurjensi) Perang adalah fenomena interaktif. Strategi tidak selalu bisa diputuskan sepihak. Baloance of force memainkan peranan. Melihat modernisasi persenjataan di Asia Tenggara, haruskan dan kapan Indonesia perlu mengokomodasi berbgaai hal terkait perang post-modern?
Dreamweaver Mx langkah mudah memulainyak degn sederhana
cara menjalankan dremevver mix di terangkan dengan mudah dan secara sederhana dimana memiliki langkah-langkah yang begitu mudah dan sederhana yang dimua di buku ini
Dreamweaver Mx langkah mudah memulainyak degn sederhana
cara menjalankan dremevver mix di terangkan dengan mudah dan secara sederhana dimana memiliki langkah-langkah yang begitu mudah dan sederhana yang dimua di buku ini