Trauma Kepala
Trauma Kepala
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak
langsung mengenai kepala sehingga mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak serta mengakibatkan gangguan
neurologis (Syahrir H, 2012).
Cedera kepala merupakan permasalahan kesehatan global sebagai penyebab mortalitas dan
morbiditas baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Tahun 2013 di Amerika terjadi ± 2,8 juta kasus cedera kepala dan terjadi kematian sekitar
56.000. Di Indonesia prevalensi cedera kepala adalah 8,2% dengan prevalensi tertinggi
ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Jawa Timur
menduduki nomor 4 untuk kasus cedera kepala terbanyak (0,7%) (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemenkes, 2013).
LATAR BELAKANG
Berdasarkan Advenced Trauma Life Support (ATLS) tahun 2004, klasifikasi berdasarkan
mekanismenya, cedera kepala dibagi menjadi:
1. Cedera kepala tumpul, biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh
ataupun terkena pukulan benda tumpul.
2. Cedera kepala tembus, biasanya disebabkan oleh luka tusukan, atau luka
tembak.(American College Of Surgeon Commite on Trauma, 2014)
Banyak faktor yang menyebabkan cedera kepala antara lain: kecelakaan berkendara,
kecelakaam olahraga, cedera akibat kekerasan, benda tumpul, benda tajam (Rosjid, 2007).
Cedera Kepala bisa mengakibatkan nyeri akibat benturan, disorientasi, amnesia pasca
trauma, hematoma kulit kepala dan lain sebagainya.
TUJUAN
(Anthony, 2014)
PEMBAHASAN
Di Indonesia, proporsi angka rata-rata nasional kejadian cedera kepala adalah 0,4% dan
meningkat sesuai kelompok umur (Li, 2016).
Cedera kepala diklasifikan menjadi cedera primer dan cedera sekunder.
Cedera primer yang merupakan cedera kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda
paksa, dapat berupa benturan langsung ataupun proses akselerasi-deselerasi gerakan
kepala. Pada cedera primer dapat diakibatkan oleh adanya peristiwa coup dan countrecoup.
Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologik yang
timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer berupa perdarahan, edema otak,
kerusakan neuron yang berkelanjutan, iskemia. dan perubahan neurokimiawi. Pada cedera
sekunder terjadi gangguan proses metabolisme dan homeostatis ion-ion sel otak,
hemodinamika intracranial, dan kompartemen cairan serebrospinalis (CSS) yang dimulai
setelah terjadinya trauma namun tidak tampak secara klinis segera setelah trauma.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astrid tahun 2016 terdapat beberapa etiologi yang
menyebabkan terjadinya cedera otak sebagai berikut:
No Etiologi Keterangan
1 Kekerasan Tumpul Kecelakaan, Pembunuhan, Bunuh diri
Terkena batang besi, kayu runcing, pecahan kaca
2 Kekerasan Tajam
benda-benda lain yang tajam
Dilihat dari kerusakan yang ditimbulkan, kaliber
3 Tembakan peluru dan jenis peluru yang digunakan, jarak
tembak, dan deformitas
Percepatan atau perputaran e.g. Rem mendadak,
4 Gerakan Mendadak
roller coaster
(Sumber : Awaloei, Astrid. 2016)
PEMBAHASAN
Pada Cedera kepala yang ditemukan pada kasus di RSUP Prof Dr. R. Kandou periode Juni-
Juli 2015, kecelakaan menyebabkan fraktur basis krani, cedera otak difus, hematoma
intraserebral, dan hematoma subdural.
Prevalensi tertinggi didapatkan pada jenis kelamin laki-laki, usia 20-40 tahun, diagnosis sebab
kematian fraktur basis krani, dengan etiologi kekerasan tumpul.
Fraktur basis krani merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah-daerah dasar
tulang tengkorak; transmisi energi yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula
atau efek "remote" dari benturan kepala (gelombang tekanan yang dipropagasi dari titik
benturan) atau perubahan bentuk tengkorak.
PEMBAHASAN
Cedera otak tidak hanya berkaitan dengan kelainan fisik, nyatanya terdapat hubungan amnesia post
trauma kepala dengan gangguan neurobehavior, dimana presentasi gejala yang banyak dialami oleh
penderita amnesia post trauma kepala pada penelitian ini, meliputi factor kognisi yaitu tidak perhatian
(6,9%), defisit memori (6,6%) dan cepat lelah (6,6%) dan faktor gejala somatik yaitu gejala fisik (6,6%).
Untuk pasien dengan cedera kepala berat dapat menyebabkan kematian dan cacat. Disisi lain terdapat
hubungan cedera kepala dengan vertigo. Berdasarkan Indian Journal of Neurotrauma tahun 2007,
vertigo post cedera kepala merupakan suatu gejala yang muncul setelah cedera kepala ringan,
merupakan bagian dari post-concussion syndrome (Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes,
2013).
Post-concussion syndrome merupakan kumpulan gejala yang terdiri atas nyeri kepala, pusing
(dizziness), iritabilitas, mudah lelah, anxiety, gangguan memori yang merupakan sequele setelah cedera
kepala ringan tertutup (Putri, 2016).
PEMBAHASAN
Menurut Ashis, Naresh, Khandelwal, Mathuriya dalam jurnal Indian Journal of Neurotrauma tahun 2007,
vertigo muncul akibat fraktur tulang temporal, commotio labirin, dan contussio cerebri.
Cedera kepala tumpul adalah penyebab utama vertigo pasca cedera yang mengakibatkan dislokasi
rantai tulang pendengaran pada fraktur longitudinal dan merusak meatus acusticus eksternus yang
mengakibatkan kerusakan nervus VII dan nervus VIII pada fraktur transversal.
Commotio cerebri mengakibatkan munculnya gangguan auditori dan vestibuler yang terjadi setelah
cedera kepala tumpul tanpa fraktur. Gangguan vestibuler dan auditori terjadi akibat perdarahan
mikroskopis koklea dan labirin.
Kerusakan saraf kranial termasuk nervus VIII pada contussio cerebri akibat gerakan deformasi otak
pada waktu gerakan kepala yang cepat dan tiba–tiba.
Cedera kepala atau traumatic brain injury didefinisikan sebagai cedera kepala secara umum diartikan
sebagai cedera yang melibatkan scalp atau kulit kepala, tulang tengkorak, dan tulang-tulang yang
membentuk wajah atau otak
PRESPEKTIF FORENSIK
Pada prespektif forensik, Terdapat dua tujuan yaitu utama dari investigasi untuk mendapatkan probabilitas
cedara kepala sebagai penyebab kematian korban, dan mendapatkan probabilitas sebab kematian akibat
selain cedara kepala
Cedera Kepala menurut mekanisme dibagi menjadi 2 yaitu: cedera kepala tumpul dan tembus
Klasifikasi Cedera Kepala dibagi menjadi 2 yaitu: cedera primer dan cedera sekunder
Terdapat hubungan cedera kepala dengan vertigo
Terdapat hubungan amnesia post trauma kepala dengan gangguan neurobehavior
Prespektif forensik terdiri dari energi impak, gerak kinetik, dan perhitungan biomekanika trauma pada
kepala
Saran:
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat memberikan informasi mengenai penanganan post trauma
kepala
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menjelaskan tingkat prognosis pada pasien trauma kepala
.
TERIMAKASIH
SAVE THE BRAIN