Anda di halaman 1dari 99

SILABUS

ULUM AL-QUR’AN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN Sunan Gunung Djat
Bandung
2016
Pertemuan 1

A.Ulum Al-Qur’an dan


Perkembangannya
1. Pengertian Ulum Al-Qur’an
2. Ruang lingkup Pembahasan
3. Sejarah perkembangan ilmu Al-Qur’an
Pertemuan 2 dan 3

B. Pengertan, Sejarah Turun dan


Penulisan Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Hikmah diwahyukannya
3. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi
4. Penulisan Al-Qur’an Pada masa Khulafa Ar-rasyidun
5. Penyempurnaan pemeliharaan Al-Qur’an setelah masa
Khalifah
6. Rasm Al-Qur’an
a. Pengertian
b. Pendapat tentang Rasm Al-Qur’an
c. Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’at
Pertemuan 4

C. Asbab Al-Nuzul
1. Pengertian dan macam-macam Asbab al-
Nuzul
2. Ungkapan-ungkapan Asbab Al-Nuzul
3. Urgensi dan kegunaan Asbab Al-Nuzul
Pertemuan 5

D. Munasabah Al-Qur’an
1. Pengertian dan macam-macam
Munasabah
2. Metodologi penelitian Munasabah
Pertemuan 6 dan 7. dan Pertemuan ke – 8 UTS

E. Al-Makky dan Al-Madany


1. Pengertian
2. Klasifikasi ayat-ayat dan surah-surah Al-
Qur’an
3. Ciri-ciri khas ayat-ayat Makkiyyah dan
Madaniyyah
4. Kegunaan mempelajarinya
Pertemuan 9 dan 10

F. Al-Muhkam dan
Al-Mutasyabih
1. Pengertian
2. Sikap para ulama terhadap ayat-ayat
Muhkam dan Mutasyabih
3. Fawatih Suwar (pembuka surat)
4. Hikmah adanya ayat-ayat demikian
Pertemuan 11 dan 12

G. Qira’at Al-Qur’an
1. Pengertian
2. Latar belakang timbulnya perbedaan Qira’at
3. Urgensi mempelajari Qira’at dan
pengaruhnya dalam istinbath hukum
Pertemuan 13

H. I’jaz Al-Qur’an
1. Pengertian dan macam-macam Mujizat
2. Segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an
Pertemuan 14 dan 15

I. Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah


1. Pengertiannya
2. Perbedaannya
3. Klasifikasinya
4. Metodologi Penafsiran al-Quran
A. Ulum Al-Qur’an dan Perkembangannya

Pengertian Ulum Al-Qur’an


1. Ilmu yang mencakup pembahasan yang berkaitan dengan
Al-Qur’an dari sisi informasi tentang asbâb al-nuzûl
kodifikasi dan tertib penulisan Al-Qur’an, ayat-ayat yang
diturunkan di Mekkah dan Madinah dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan Al-Qur’an.(Manna Al-Qathan:tt, 27)
2. Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an
dari sisi turun, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca,
kemukjizatan, nâsikh dan mansûkh, penolakan hal-hal yang
menimbulkan keraguan terhadapnya,serta hal lainnya (Al-
Zaraqani: Manahil ‘Irfan: 27)
3. Sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang
berhubungan dengan Al-Qur’an, mulai dari proses turunnya,
urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran,
kemukjizatan, nâsikh dan mansûkh, muhkam dan
mutasyâbih, serta pembahasan lainnya. (Abu Syahbah:Al-
Madkhal li Dirasât Al-Qur’an al-Karim: 1992: 1820)
Ruang Lingkup Pembahasan Ulum AL-
QUR’AN

1. Nuzûl Al-qur’an :
a. Awqât wa mawâtin al-nuzûl
b. Asbâb al-Nuzûl
c. Târikh al-Nuzûl
2. (Persoalan Sanad) Rangkaian Para
Periwayat
a. Riwayat mutawâtir
b. Riwayat ahad
c. Riwayat syadz
d. Macam-macam Qira’at Nabi
e. Para perawi dan penghapal Al-Qur’an
f. Cara-cara penyebaran riwayat (tahammul
3. Persoalan Qiraat
a. Cara berhenti (waqaf)
b. Cara memulai (ibtida)
c. Imâlah
d. Bacaan yang dipanjangkan (Mad)
e. Bacaan Hamzah yang diringankan
f. Idghâm
4. Persoalan kata-kata dalam Al-Qur’an
a. Gharib al-Qur’an
b. Mu’rab
c. Murâdif
d. Musytarakzz
e. Isti’ ârah
f. Tasbih
5. Persoalan makna-makna yang berkaitan
dengan hukum
a. Makna ’Am yang tetap dalam keumumannya
b. Makna ‘Am yang dimaksudkan makna khusus
c. Makna ‘Am yang maknanya dikhususkan sunnah
d. Makna yang diperinci (Mufashal) dan Mujmal
e. Makna yang ditunjukkan oleh kontek (Mantuq)
f. Makna yang dapat dipahami dari kontek (Mafhum)
g. Muhkam dan Mutâsyabih
h. Nasikh dan Mansukh
i. Muqadam Mu’akhar
6. Persoalan makna Al-Qur’an yang
berpautan dengan kata-kata Al-Qur’an

a. Fashal dan washal


b. Ijâz, Ithnâb, dan Musâwah
c. Qashar
T.M. Hasbie Ash-Shiddieqy, Sejarah dan
pengantar IlmuAl-Qur’an (Jakarta:Bulan
Bintang, 1994), hal. 100-102
SEJARAH PERKEMBANGAN ULUM AL-
QUR’AN

Masa Nabi Saw belum dikenal


istilah Ulum Al-Qur’an sebagai ilmu
.yang berdiri sendiri dan ditulis
Tidak dibukukan karena ada tga faktor :

1. Kondisi tidak membutuhkan karena kemampuan


para sahabat untuk memahami Al-Qur’an
2. Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis.
3. Adanya larangan dari Rasul untuk menuliskan selain
Al-Qur’an
Masa Khalifah Utsman bin Affan

• Pada masa ini wilayah Islam bertambah luas sehingga


mengakibatkan pembauran antara penakluk Arab
dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa
Arab.
• Pada masa ini disalinlah Al-Qur’an dari tulisan-tulisan
aslinya yang diebut dengan Mushaf Imam. Dengan
demikian terlahirlah sebagai pondasi awal dalam
ulum al-Quran yang disebut Rasm al-Qur’an atau
‘Ilm al-Rasm al-Utsmani.
Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Dengan banyaknya pemeluk Islam dari non-


Arab maka atas prakarsa Ali r.a dengan
menyuruh Abu Aswad al-Duwali (w. 69 H)
untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab.
Tindakan Ali r.a ini dianggap sebagai perintis
lahirnya ilmu Nahwu dan I’rab al-Qur’an.
Masa Bani Umayah
• Masa ini disebut juga dengan ‘Asr qabla al-Tadwin (masa
sebelum kodifikasi)sebagai pemerakarsanya, yaitu : Ibn Abbas,
Ibn Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin
Zubair (kalangan sahabat)
• Mujahid, ‘Atha, ‘Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan al-Bashri, Sai’id
bin Jubair dan Zaid bin Aslam (dari kalangan tabi’in)
• Mereka adalah sebagai peletak batu pertama : ilmu Tafsir,
Ilmu asbab- al-Nuzul, Ilmu Nasikh dan Mansukh, ilmu gharib
al-Qur’an
Abad 2 Hijriah (‘Asr Tadwin)
• Para ulama memberikan prioritas perhatian kepada
ilmu tafsir karena fungsinya sebagai Umm al-ulum
al-Qur’an (induk ilmu-ilmu al-Qur’an. Diantara
mereka itu adalah :
• Syu’bah Ibn al-Hajjaj (w. 160 H)
• Sufyan Ibn Uyaynah (w. 198 H)
• Wali Ibn al-Jarrah (w. 197) mereka itulah yang
menghimpun pendapat-pendapat sahabat dan
tabi’in
Abad 3 Hijriah

• Tokoh tafsir pada abad ini, yaitu : Ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H). Beliau
membentangkan dan mentarjih berbagai pendapat ulama.
• Pada abad ini juga lahir istilah ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan
Mansukh, ilmu Makkiyah dan Madaniyyah
• Pada abad ini juga lahir ulama-ulama dalam bidang ulum al-Qur’an
diantaranya : Ali Ibn Al-Madani (w. 234H) gurunya Imam Syafi’i mengarang
buku asbab al-nuzul, Abu ‘Ubaid al-Qasim Ibn Salam (W.224) Nasikh dan
Mansukh, qira’at, Muhammad Ibn Ayyub al-Dharis (w.294 H) ayat-ayat
Makkiyah danMadaniyyah. Muhammad Ibn Khalaf ibn Mirzaban (w. 309
H) mengarang Al-Hawafi fi Ulum al-Qur’an
Abad 4 Hijriah

• Lahiar ilmu gharib al-Qur’an


• Tokoh-tokoh ulum al-Qur’an abad ini :
A. Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasin al-Anbari (w. 328 H) Ajaib Ulum al-
Qur’an.
B. Abu Hasan al-Asy’ari (w.324) Al-Mukhtazan fi Ulum al-Qur’an
C. Abu Bakar al-Sijistani (w. 330 H) Gharib al-Qur’an
D. Muhammad al-Qashshab Muhammad Ibn Ali al-Karkhi (w. 360) Nukat
al-Qur’an al-Dallah ‘ala al-Bayan anwa’ al-Ulum wa al-Ahkam al-
Munaihah ‘an Ikhtilaf al-Anam
E. Muhammad Ibn Ali al-Adfawi (w. 388 H) Al-Istighna fi Ulum al-Qur’an.
Abad 5 Hijriah
• Pada abad ini lahir ilmu Amtsal al-Qur’an dikarang
oleh AL-Mawardi (w. 450) selain itu, muncul juga
tokoh dalam ilmu qira’at diantaranya :
• Ali Ibn Ibrahim Sa’id al-Hufi (w.430 H) mengarang
Al-Burhan Fi Ulum al-Qur’an dan I’rab al-Qur’an
• Abu Amr al-Dani (w. 444 H) menulis kitab Al-Tafsir fi
al-Qiraat al-Zab’i dan Al-Muhkam fi al-Nuqath
Abad 6 Hijriah
• Pada abad ini lahir :
• Ilmu Mubhamat al-Qur’an karya Abu Qasim abd al-
Rahman al-Suhaili (w.581) ilmu ini menerangkan
lafal-lafal Al-Qur’an yang maksudnya apa dan siapa
tidak jelas
• Ibn al-Jauzi (w. 597 H) menulis kitab Funun al-Afnan
fi Ajaib al-Qur’am dan kitab Al-Mujtaba fi Ulum
Tata’alaq bi Al-Qur’an
Abad 7 Hijriah

• Ibn Abd al-Salam (Al-Izz w. 660) mengarang kitab


Majaz al-Qur’an.
• ‘Alam al-Din al-Sakhawi (w.643) – qiraat dan
Hidayah al-Murtab fi al-Mutasyabih terkenal
dengan nama Al-Sakhawiah
• Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn Ismail al-Maqdisi
(w.665 H) Al-Mursyid al-Wajiz fi ma Yata’alaq bi al-
Qur’an al-’Aziz.
Abad 8 Hijriah
• Pada abad ini ilmu-ilmu baru tentang ulum Al-Qur’an terus
bermunculan, diantaranya :
• Ibn Abi al-Ishba’ menulis Badai al-Qur’an. Ilmu ini
membahas macam-macam keindahan bahasa dalam al-
Qur’an.
• Ibn Qayyim (w.752 H) menulis tentang Aqsam al-Qur’an
• Najmuddin al-Thufi (w.716) menulis tentang Hujaj al-
Qur’an. Ilmu inimembahas tentang bukti-bukti yang
dipergunakan Al-Qur’an dalam menetapkan suatu hukum.
• Abu al-Hasan al-Mawardi menulis Ilmu Amtsal al-Qur’an
• Badruddin al-Zarkasyi (w.794) menyusun kitab Al-Burhan fi
Ulum al-Qur’an.
ABAD 9 HIJRIAH
• Abad ini muncul beberapa ulama yang meneruskan penggalian ulum al-
Qur’an diantaranya :
• Jalaluddin al-Bulqini (w. 824 H) menyusun kitab Mawaqi al-Ulum min
Mawaqi al-Nujum, menurut al-Suyuti, Al-bulqini dipandang sebagai
ulama yang memprakarsai penyususnan ulum al-Qur’an yang lengkap.
• Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji (w.879 H) al-Tafsir fi Qawaid al-
Tafsir.
• Jalaludin al-Suyuti (w.991 H)al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir, selesai pada
tahun 873 H, memuat 102 macam Ilmu-Ilmual-Qur’an, dianggap yang
paling lengkap. Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an dibahas 80 macam ilmu-ilmu
al-Qur’an. Setelah beliau wafat tulis menulis dalam bidang ulum al-
Qur’an mengalami stagnasi, diakibatkan kaum muslimin terjangkitnya
Virus taklid hal ini berlangsung sampai abad ke13 H.
Abad 13 Hijriah
• Abad ini disebut dengan abad kebangkitan atau disebut masa modern
di antara ulama yang melahirkan tentang ilmu-ilmu al-Qur’an pada abad
ini :
• Syaikh Thahir al-Jazairi bukunya Al-Tibyan li Ba’dh al-Mabahits al-
Muta’aliqah bi al-Qur’an
• Muhammad Jalaludin al-Qasimi (w.1332 H) menulis Mahasin al-Takwil
• Muhammad Abd al-’Azim al-Zarqani menyusun Manahil al-”irfan fi Ulum
al-Qur’am
• Muhammad Ali Salamah menulis Manhaj al-Furqan fi Ulum Al-Qur’an
• Syeikh Thanthawi Jauhari Mengarang Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an Al-
Karim
• Musthafa Shadiq al-Rafi’i menulis I’Jaz al-Qur’an
• Sayyid Qutbh menulis Al-Thashwir al-Fanni fi Al-Qur’an dan
Fi Zhilal al-Qur’an
• Malik Ibn Nabi menulis Al-Zawahir al-Qur’aniyyah
• Rasyid Ridha menulis Tasir al-Qur’an al-Karim (tafsri al-
manar)
• Syeikh Abd al-Aziz al-Khuli menulis al-Qur’an al-Karim :
Washfuh, atsaruhu, Hidayatuh, waijazuh.
• Muhammad al-Ghazali menulis Nazarat al-’Azim
• Muhammad Darraz menulis al-Naba al-’Adzim
B. Pengertian, Sejarah Turun dan
Penulisan Al-Qur’an

Definisi Al-Qur’an
Kitab yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw yang ditulis dalam mushhaf
disampaikan secara mutawatir dan membacanya
sabagai suatu ibadah
Asal Kata Al-Qur’an
• Imam Syafi’i (150-204 H), al-Qur’an ditulis dan
dibaca tanpa hamzah dan tidak diambil dari kata
lain ia nama khusus yang dipakai untuk kitab suci
yang diberikan kepada Nabi saw.
• Al-Farra (w. 207 H) seorang ahli bahasa dan
pengarang kitab Ma’an al-Qur’an lafadz al-Qur’an
tidak dipakai hamzah dan diambil dari kata
QARANA jama’ QARINAH
• Al-’Asy’ari (w. 324 H) kata al-Qur’an diambil dari
QARANA yang artinya menggabungkan. Hal ini
disebabkan surat-surat dan ayat-ayatnya dihimpun
dan digabungkan dalam satu mushaf.
Hikmah diturunkan Al-Qur’an secara
berangsur-angsur
1. Untuk meneguhkan hati nabi saw.
2. Untuk memudahkan Nabi menghafalnya
3. Untuk meneguhkan dan menghibur ummat
Islam yang hidup di masa Nabi saw
4. Untuk memberikan kesempatan kepada
orang Islam untuk meninggalkan tradisi Pra
Islam
Benarkah Al-Qur’an turun dalam 22
tahun 2 bulan 22 hari ?

Kalau dihitung mulai dari malam 17 Ramadhan


tahun 41 dari kelahiran Nabi s/d 9 Dzulhijjah,
tahun 63 kelahiran Nabi Saw
Menurut Subhi Ash-Shalih bahwa Al-Qur’an turun
kepada Nabi Saw melalui tiga tahapan

1. Al-QUR’AN Turun secara sekaligus dari allah ke lauh al-


mahfuzh (Q.S. AL-BURUJ : 21-22)‫بم م م م مملهو قم م ممرآنمم م م ميجد فم م م م لم م مموح مم م م ممفحوظ‬
2. AL-QUR’AN Diturunkan dari lauh al-mahfudz ke bait al-izzah
(Q.S :AL-DUKHON:3) ‫إ ننا أمنزلناه م فم م م م لم م ميجلة مم مباركة‬
3. AL-QUR’AN Diturunkan dari bait al-izzah ke dalam hati nabi
saw secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan (Q.S.
AL-SYUA’ARA: 193-195)‫نم ممزلبم م م م م م مه م ام م مملروح ا م م ملمممي عل ممىقم مملب ممكلم م ممتكونمم م م اممن م م ملمنذرينبم م م م مملسممان‬
‫ع ممربمممبي‬
Selain itu, menurut Manna al-Qathan, Hikmah
diturunkan secara berangsur-angsur

1. Memantapkan hati Nabi saw


2. Menentang dan melemahkan para penentang al-Qur’an
3. Memudahkan untuk dipahami dan dihafal
4. Mengikuti setiap kejadian dan melakukan penahapan dalam
penetapan aqidah yang benar, hukum-hukum syari’at dan
akhlak mulia
5. Membuktikan bahwa alqur’an turun dari allah swt yang
maha bijaksana
1. Mem-back up hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya
2. Mempersentasikan wahyu dengan cara yang terbaik dan paling sempurna

Alasan penulisan secara terpisah-pisah

1. Proses penurunan Al-Qur’an masih berlanjut sehingga ada kemungkinan


ayat yang turun belakngan menghapus redaksi dan ketentuan hukum ayat
yang sudah lebih dulu turun
2. Menertibkan ayat dan surat-surat tidak bertolak dari kronolgi turunnya,
tetapi bertolak dari antara satu ayat dan ayat lainnya, surat dengan surt
lainnya.
1. Banyak para hufadz Al-Qur’an syahid di petempuran yamamah pada
tahun 12 h.
2. Abu bakar menginstruksikan kepada zaid bin tsabit untuk
mengumpulkan tulisan-tulisan al-qur’an
3. Zaid bin tsabit memulai mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah ia
tulis dan dicocokkan dengan hafalan para sahabat
4. Al-qur’an selesai ditulis kurang lebih satu tahun yaitu pada tahun 13 H,
di bawah pengawasan abu bakar, umar dan para tokoh sahabat
lainnya.
Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan

• Pada masa ini wilayah Islam bertambah luas sehingga


mengakibatkan pembauran antara penakluk Arab
dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa
Arab.
• Pada masa ini disalinlah Al-Qur’an dari tulisan-tulisan
aslinya yang diebut dengan Mushaf Imam. Dengan
demikian terlahirlah sebagai pondasi awal dalam
ulum al-Quran yang disebut Rasm al-Qur’an atau
‘Ilm al-Rasm al-Utsmani.
C. Asbab Al-Nuzul
Pengertian:
Sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu
ayat atau beberapa ayat yang mengandung
sebab itu, atau memberi jawaban terhadap
sebab itu atau menerangkan hukumnya
pada masa terjadinya sebab tersebut.(Subhi
as-Shalih. Mabahits Fi Ulum Al-qur’an)
Ungkapan-ungkapan Asbab Al-Nuzul

1. Sebab nuzul diungkapkan dengan jelas (sababu


nuzul hadzil ayat kadza)
2. Sebab nuzul tidak ditunjukkan dengan lafal sebab,
tetapi dengan lafal (fa) yang masuk ke dalam ayat
dimaksud.
3. Sebab nuzul dipahami secara pasti dari konteksnya
4. Sebab nuzul tidak disebutkan dengan ungkapan
sebab secara jelas
Urgensi Mengetahui Asbab Al-Nuzul

1. Untuk mengetahui rahasia dan tujuan ALLAH SWT


dalam mensyariatlan agama-Nya melalui al-Qur’an
2. Membantu dalam memahami ayat dan
menghindari dari kesulitan dalam memahaminya
3. Dapat menolak dugaan adanya hasr (pembatasan)
dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung
hasr
4. Dapat mengkhusukan (takhsis) hukum pada suatu sebab
5. Dapat mengetahui sebab turun ayat tidak pernah keluar
dari hukum yang terkandung dalam ayat terebut sekalipun
datang men-takhsis-nya.
6. Dengan Asbab al-Nuzul, diketahui orang yang ayat tertentu
turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi
kesamaran bisa membawa kepada penuduhan orang yang
tidak bersalah.
7. Dapat mempermudah dalam menghafal ayat-ayat al-
Qur’an.
D. Munasabah
• Secara etimologi “berdekatan” (Muqarabah) “fulan
yunasib bi fulan”
• Munasabah adalah suatu hal yang dapat
dipahami, tatkala dihadapkan akal, pasti akal itu
menerimanya (Al-Zarkasyi)
• Munasabah adalah sisi keterkaitan antara
beberapa ungkapan di dalam satu ayat, atau
antara ayat pada beberapa ayat, atau antar surat
(Manna al-Qathan)
• Munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Alquran
sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan
yang mempunyai kesatuan makna dan
keteraturan redaksi. (Ibnu ‘Arabi)
• Secara etimologi “berdekatan” (Muqarabah) “fulan
yunasib bi fulan”
• Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami,
tatkala dihadapkan akal, pasti akal itu menerimanya
(Al-Zarkasyi)
• Munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa
ungkapan di dalam satu ayat, atau antara ayat pada
beberapa ayat, atau antar surat (Manna al-Qathan)
• Munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Alquran
sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang
mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi.
(Ibnu ‘Arabi)
Sejarah Perkembangan Ilmu Munasabah

• ABU BAKAR NAISABURI (w. 324 H) orang yang


pertama kali mengangkat persoalan
munasabah.digelari Bapak pelacak ilmu Munasabah
• AHMAD IBN IBRAHIM AL-ANDALUSI (w. 807 H) “Al-
Burhân fî Munâsabah Tartîb Al-Qur’ân”. Membahas
secara khusus tentang munasabah.
• BURHANUDIN AL-BIQA’I “Nazm al-Durar fî Tanâsubi
al-ayât wa al-suwar”
Macam-macam Munasabah

1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya.


al-Fatihah: 1 dengan al-Baqarah:152 dan 186
2. Munasabah antar nama surat dan tujuan
turunnya. al-Baqarah 67-71. menjelaskan
kekusaan Tuhan dan keimanan pada hari
kemudian
3. Munasabah antar bagian suatu ayat
4. Munasabah antar ayat yang letaknya
berdampingan
5. Munasabah antar suatu kelompok ayat dengan
kelompok ayat di sampingnya.(al-Baqarah: 1-2)
6. Munasabah antar fasilah (pemisah) dari Isi ayat (al-
Naml:80, al-Ahzab:25)
7. Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang
sama (al-Qashas:28)
8. Munasabah antar penutup suatu surat dengan awal
surat berikutnya.(al-Hadid:57 dengan al-Waqi’ah:96)
Metodologi penelitian Munasabah
1. Melihat tujuan yang akan dicapai oleh suatu surat
2. Memperhatikan hal-hal yang diperlukan untuk
mencapai tujuan suatu surat
3. Memperhatikan tingkatan tujuan dalam hal dekat
atau jauhnya tujuan dalam suatu surat yang
dimaksud
4. Memahami ungkapan al-Quran dengan melalui teks
(al-Ibarah), isyarat (al-Isyarah), kehalusan bahasa
(al-Lathaif), dan memahami hakikatnya (al-Haqaiq).
E. Makkiyah dan Madaniyah
1. Masa turun (zaman nuzul)
2. Tempat turun (makan nuzul)
3. Objek pembicaraan (mukhatab)
4. Tema pembicaraan (maudhu’)
Pengertan Makkiyah
Ayat yang diturunkan di sebelum Rasulullah hijrah
ke Madinah, kendatipun tidak turun di makkah.

Pengertian Madaniyah
Ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah
Hijrah ke Madinah kendatipun tidak turunkan di
Madinah
Surat-surat Makkiyah
(Ibnu Zahim dalam Al-Fihrits )

Al-alaq Al-Ashr Al-maun Abasa Al-humazah Alfurqon

Al-
Al-qalam Al-fajr Alqadar Almurasalat Fathir
Kafirun

Al-Muzammil Adh-dhuha Al-Fiil Athariq Albalad Maryam

Al-mudatsir Al-lail Al-ikhlas Atthin Arrahman Thaha

Al-lahab Al-’adiyat Alfalaq Alquraisy Aljin Waqi’ah


Asyu’ar
Al-takwir Al-kautsar An-nas Al-qari’ah Yasin
a
Al-
Al-insyriah At-takasur Annajm Al-a’raf An-naml
qiyamah
Al-Isra Al-mu’minun Az-zukhruf Al-An’am Alhaqqah Ankabut

Hud Saba Addukhan An-nahl Ma’arij muthafifin

Ar-Ra’d Al-Anbiya Aljatsiyah Nuh An-naba’ Al-qamar

Yunus Az-Zumar Al-ahqaf Ibrahim An-naziat At-thariq

Al-Hijr Al-Mu’min Dzariat Sajdah Infithar

Ash-
Fushilat Alghasiyah Ath-thur Insyiqaq
Shafat

Luqman Muhamad Al-kahfi Almulk Ar-rum

Selebihnya adalah surat Madaniyah.


Urgensi mengetahui ilmu makky dan
madany (Manna al-Qathan)

1. Membantu dalam menafsirkan Al-Quran


2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
3. Memberi informasi tentang sirah kenabian
F. Muhkam dan Mutasyabih

1. Pengertian
Muhkam secara bahasa berarti kekukuhan,
kesempurnaan, ketelitian, dan pencegahan.
Mutasyabih secara bahasa berarti keserupaan
atau kesamaan.
Muhkam menurut istilah adalah ayat yang jelas
maksudnya, lagi nyata yang tidak mengandung
kemungkinan nasakh, tidak memerlukan
keterangan lain. Sedangkan mutasyabih adalah
ayat yang tersembunyi maknanya, baik secara aqli
maupun naqli.
Pendapat ulama tentang ayat muhkam
dan mutasyabih

Muhkam para ulama sepakat untuk mengambil


makna yang tersurat.
Mutasyabih para ulama berbeda pendapat
mengenai pemaknaannya. Ulama salaf
mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih itu dan menyerahkan makna
hakikatnya kepada Allah. Sedangkan ulama
khalaf, memaknai ayat mutasyabih dengan jalan
dita’wil.
Hikmah Adanya Ayat-ayat Mutasyabih

1. Adanya upaya yang lebih banyak untuk


mengungkap maksud ayat sehingga akan
menambah pahala
2. Adanya khazanah penafsiran
3. Adanya khazanah keilmuan kebahasaan
4. Adanya pemikiran yang dalam untuk
memaknainya
G. Qira’at Qur’an
‫تعريف القراءة‬

‫القراءت‪ :‬جمع القراءة‪ ،‬وهي مصدر قرأ‪ ،‬وهي الجمع والضمم‪• ّ.‬‬
‫ويقال ‪ :‬ما قرأت الناقة جنينا أي لم تضمم رحمها على ولد‬
‫وفممي اصممطلحا القراءممة‪ :‬القراءممت وجوه مختلفممة فممي الدأاء مممن •‬
‫النواحي الصوتية‪ ،‬أو التصريفية‪ ،‬أو النحوية‬
‫وجوه الخاتلفا‬
‫‪ -1‬اخاتلفا اللفظ والمعنى واحد ‪ :‬الص راط )تقرأ بالصادأ والسين( عليهم‬
‫) بكسر الهاء وضمها(‬
‫‪ - 2‬اخاتلفا اللفممظ والمعنممى مممع جواز اجتماعهممما فممي شيممئ واحد‪) ّ.‬مالممك‬
‫– ملك( المرادأ ال ) كيف ننشزها – ننشرها( المرادأ العظم‬
‫‪ - 3‬اخاتلفهم مما ف ممي اللف ممظ والمعن ممى‪ ،‬وامتناع اجتماعهم مما ف ممي شي ممئ واح ممد‬
‫جوازا ) وهو ييطععم ول يطععم( بالبناء للمعلوم ثمم المجهول‬
‫أركان القراءة الصحيحة‬

‫‪ aّ.‬صحة السند إلى الرسول صلى ال عليه وسملم‬


‫‪ bّ.‬موافقة لرسم المصحف‬
‫‪ cّ.‬موافقة وجها من وجوه العربمية‬
‫حديث رسول ال صلى ال عليه وسملم‬

‫أن عمر لمببّ هشام بن حكيم لما سمعه يقرأ سورة الفرقان على حروفا‬
‫لم يقرئها الرسول لعمر‪ ،‬فقادأ إلى الرسول‪ ،‬فلمما سمع من هشام قال ‪:‬‬
‫)كذلك أنزلت ( ولما سمع من عمر‪ ،‬قال ‪ ) :‬كذلك أنزلت‪ ،‬إن هذا‬
‫سر منه ) صحيح البخاري‬‫القرآن أنزل على سبعة أحرفا‪ ،‬فاقرءوا ما تي م‬
‫ج ‪ 6‬ص ‪ 227‬ط الشعبية(‬
‫متى بدأ نزول القراءات‬
‫نزل القرآن الكريم بحروفا متعددأة‪ ،‬لذلك تسببّ إلى اخاتلفا •‬
‫القراءات كما هي المعروفا أن العرب له لغات القبائل‬
‫هجرة الرسول صملى ال عليه وسملم ودأخاول القبائل المختلفة في رحاب •‬
‫السلم‬
‫أين نزلت الحروفا فى مكة أو المدينة ؟‬
‫• قال بعض الباحثين ‪ :‬بمكة مع بداية نزول القران الكربم‪ ،‬لن معظم‬
‫سور القرآن مكي‬
‫• قال بعضهم ‪ :‬بالمدينة‪ ،‬دأخال في السلم قبائل شتى ذات لغات‬
‫مختلفة‪ّ.‬‬
‫حديث رسول ال صلى ال عليو وسملم‬
‫عن أبى كعبّ رصي ال عنه أن النبي صلى ال عليه وسملم كان عند )أضاة‬
‫بني غفار( فأتاه جبريل فقال‪ :‬إن ال يأمرك أن تقرئ أممتك القرآن على‬
‫على حرفا‪ ،‬فقال‪ :‬أسأل ال معافاته ومغفرته وأمن أمني لتطيق ذلك‪ ،‬ثمم‬
‫أتاه الثانية فقال‪ :‬إن ال يأمرك أن تقرئ أممتك على حرفين‪ ،‬قال ‪ :‬أسأل‬
‫ال معافاته ومغفرته وأمن أمني لتطيق ذلك‪،‬ثمم جاءه الثالثة فقال‪ :‬إن ال‬
‫يأمرك أن تقرئ أممتك على ثلثة أحرفا قال ‪ :‬أسأل ال معافاته ومغفرته‬
‫وأمن أمني لتطيق ذلك ثمم جاءه الرابعة فقال ‪ :‬إن ال يأمرك أن تقرئ‬
‫أممتك على سبعة أحرفا فأيما حرفا قرءوا عليه فقد أصابوا ) صحيح‬
‫مسلم ج ‪ 1‬ص ‪ 103‬ط عيسى الحلبى القاهرة‬
‫كتبّ القراءة المطبوعة‬
‫الطبعة‬ ‫سنة الوفاة‬ ‫المؤلف‬ ‫أسماء الكتبّ‬ ‫الرقم‬
‫دأار المأمون‬ ‫مكي بن طالبّ‬ ‫البانة عن معاني‬
‫‪ 437‬هم‬ ‫‪1‬‬
‫للتراث دأمشق‬ ‫القيسي‬ ‫القراءة‬
‫مركز البحث‬ ‫الدكتور عبد المجيد‬ ‫القناع في القراءت‬
‫العلمي جامعة‬ ‫‪2‬‬
‫قطامش‬ ‫لبن الباذش‬
‫ام القري‬
‫إبراز المعاني من حرز عبد الرحمن بن‬
‫‪ 665‬هم القاهرة‬ ‫‪3‬‬
‫إسماعيل المقدسى‬ ‫الماني شرحا علي‬
‫الشاطبية‬
‫مكتبة المشهد‬ ‫أحمدبن محمد‬ ‫إتحافا فضلء البشر‬
‫‪4‬‬
‫الطبعة‬ ‫سنة‬ ‫المؤلف‬ ‫أسماء الكتبّ‬ ‫الرقم‬
‫الوفاة‬
‫تحبير التيسير في القراءات العشر المام أحمد بن‬
‫‪ 832‬هم القاهرة‬ ‫‪5‬‬
‫محمد الجزيري‬ ‫من طريق الشاطبية والدورة‬

‫‪ 444‬هم استنبول ‪ 1930‬م‬ ‫المام أبي عمرو‬ ‫التيسير في القراءات السبع‬ ‫‪6‬‬
‫الداني‬
‫الحسين بن‬
‫‪ 370‬هم دأمشق‬ ‫الحجة في القراءات السبع‬ ‫‪7‬‬
‫أحمدبن خاالوية‬

‫الهيئة القومية للكتاب‬ ‫الحسن بن‬


‫‪ 377‬هم‬ ‫أحمد‪/‬أبو علي‬ ‫الحجة في علل القراءات السبع‬ ‫‪8‬‬
‫–صدر منه جزءان‬
‫الفارسي‬
‫جامعة بنغازي ‪1974‬‬ ‫‪−‬‬ ‫سعيد الفغاني‬ ‫حجة القراءات للمام أبي زرعة‬ ‫‪9‬‬
‫الطبعة‬ ‫سنة الوفاة‬ ‫المؤلف‬ ‫أسماء الكتبّ‬ ‫الرقم‬

‫القاهرة‬ ‫‪−‬‬ ‫المام ابن‬ ‫طيبة النشر في القراءات العشر‬ ‫‪11‬‬


‫الجزري‬
‫القاهرة على هامش سراج‬ ‫الشيخ علي‬
‫‪−‬‬ ‫النوري‬ ‫غيث النفع في القراءات السبع‬ ‫‪12‬‬
‫القارئ‬
‫الصفاقسي‬
‫دأار المعارفا ‪/‬تحقيق‬ ‫‪ 324‬هم‬ ‫كتاب السبعة لبن مجاهد‬ ‫‪13‬‬
‫شوقي ضيف‬
‫دأمشق ‪/‬تحقيق دأ‪ ّ.‬محي‬ ‫المام مكي بن‬ ‫الكشف عن وجوه القراءات السبع‬
‫‪437‬هم‬ ‫‪14‬‬
‫رمضان‬ ‫أبي القيسي‬ ‫وعللها‬

‫المام محمد بن‬


‫القاهرة‬ ‫‪ 656‬هم‬ ‫كنز المعاني في شرحا حرز الماني‬ ‫‪15‬‬
‫أحمد‪/‬شعلة‬
‫حرز الماني ووجه التهاني نظم في‬
‫القاهرة‬ ‫‪ 548‬هم‬ ‫‪16‬‬
‫القراءات السبع للمام الشاطبي‬
‫الطبعة‬ ‫سنة الوفاة‬ ‫المؤلف‬ ‫أسماء الكتبّ‬ ‫الرقم‬
‫المجلس العلى‬ ‫أبي الفتح ابن‬ ‫وجوه‬ ‫تبيين‬ ‫في‬ ‫المحتسبّ‬
‫للشؤون السلمية‬ ‫اءات‬‫ر‬ ‫شواذالق‬ ‫‪17‬‬
‫جني‬
‫‪ -‬القاهرة‬
‫المام ابن‬ ‫‪18‬‬
‫القاهرة‬ ‫‪−‬‬ ‫مختصر شواذ القراءات‬
‫خاالوية‬
‫القاهرة‬ ‫‪−‬‬ ‫المام ابن‬ ‫‪ 19‬النشر في القراءاتالعشر‬
‫الجزري‬
‫عبد الصبور‬
‫شاهين و‬ ‫لطائف الشارات لفنون‬
‫القاهرة‬ ‫‪−‬‬ ‫‪20‬‬
‫الشيخ عامر‬ ‫القراءات للقسطلني‬
‫السيد عثمان‬
‫الحكمة في تعددأ الحروفا والقراءات‬
‫‪1ّ.‬‬ ‫تيسير القراءة على القراء‬
‫‪2ّ.‬‬ ‫برهان عظيم على سموبلغة القرآن‬
‫‪3ّ.‬‬ ‫‪.‬سهولة الحفظ‪ ،‬وتيسير النقل‬
‫‪4ّ.‬‬ ‫في تعددأ القراءات آية بالغة وبرهان قاطع على صدق الرسول صلى‬
‫ال عليه وسلم‬
‫دأللة على عظمة هذه المة وشمرفها التي نقلت هذا القرآن بحروفا ‪5ّ.‬‬
‫مختلفة‬
‫‪ ّ.6‬في تعددأ القراءات سند لقواعد مختلفة نحوية وتصريفية‬
‫‪ ّ.7‬تأثير اخاتلفا القراءات في الحكام الفقهية‬
‫‪ ّ.8‬تقدم القراءات القرآن لدراسها سجل عن اللغات المنتشرة عند‬
‫العرب‪ ،‬واخاتلفاتها الصوتية وفي البنية والعراب‪ّ.‬‬
H. I’jazul Qur’an
1.Menurut bahasa, kata I’jaz adalah mashdar
dari kata kerja a’jaza yang berarti
melemahkan
2. Kata a’jaza ini termasuk fiil ruba’i mazid yang
berasal dari fiil tsulasi mujarrad a’jaza yang
berarti lemah, lawan kata dari qadara yang
berarti kuat atau mampu.
3.Pelakunya (yang melemahkan) dinamakan
mu’jiz pihak yang mampu melemahkan pihak
lain sehingga mampu membungkam lawan
dinamakan mukjizat.
Mu’jizat didefnisikan oleh para ‘ulama sebagai
suatu hal atau peristiwa yang luar biasa yang
terjadi melalui seorang nabi
sebagai bukti kenabian kepada orang-orang yang
ingkar dan ragu, untuk mendatangkan hal serupa
tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan
itu.
Unsur-unsur yang ada pada mu’jizat

1. Hal atau perisiwa yang luar biasa


2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang
Nabi
3. Mengandung tantangan terhadap
yang meragukan kenabian
4. Tantangan tersebut gagal atau tidak
mampu dilayani
I. Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah
Tafsir pada masa Rasulullah SAW.
.dan Sahabat RA
• Dr.M.Husain Adzahabi tidak sependapat
dengan imam ibnu kholdun yang
mengatakan “Bahwasannya al-Quran
turun dengan bahasa arab, dengan semua
metode balaghohnya, mereka (baca:
orang arab) semuanya faham dan
mengerti akan makna-makna dari setiap
susunan bahasa dan mufrodatnya
• Memang benar al-Quran memang turun dengan
bahasa arab,akan tetapi itu tidak bisa dijadikan
jaminan bahwasannya semua orang arab
memahami al-Quran itu sendiri,terbukti pada
dewasa ini banyak dijumpai kitab-kitab yang
berbeda bahasa antara satu dengan yang lainnya.
Karna suatu pemahaman tidak bisa dijadikan tolak
ukur untuk memahami al-Quran itu sendiri,
diperlukan kepiawaian untuk mengupas lebih jauh
tentang makna-makna setiap ayat yang dikandung
Tafsir pada masa Sahabat berpegang teguh
pada empat hal:

• Pertama, al-Quran,yang biasanya disebut


dengan tafsirulquran bil quran,seperti kisah
nabi Adam AS. dan iblis, disatu tempat
Allah menceritakannya dengan ringkas dan
ditempat yang lain Allah menerangkannya
secara gamblang (Mushaban ).
• Kedua, Nabi Muhammad
shallahualaihiwasallam. Salah satu dari
peran Nabi Muhammad SAW sendiri
adalah sebagai penjelas (‫ )ااالبيان‬atas
semua hukum-hukum Allah,
sebagaimana firman Allah yang
berbunyi:
• Ketiga Ijtihad. Adapun syaratsyarat ijtihad
fi- tafsir menurut Sahabat adalah;
mengetahui semua rahasia-rahasia bahasa
arab dan semua perangkat bahasanya,
mengetahui kebiasaan orang
Arab,mengetahui keadaan orang Arab yang
yahudi dan nasrani ketika turunnya al-
Quran,dan yang terakhir adalah kuatnya
kefahaman
• Keempat Ahli kitab (Yahudi dan Nasroni)
yang masuk Islam dan telah bagus
keislamannya, hal itu karma al-Quran
sendiri dalam beberapa hal sama dengan
taurat dan injil, misalnya tentang Qishoshul
anbiya’ dengan umatnya dimasa silam,
kisah tentang lahirnya Nabi ‘Isa Ibnu
Maryam AS.berikut mu’jizatnya
• Setelah Rasulullah SAW. wafat ,disitu para
Sahabat mulai berperan, akan tetapi untuk
masalah penafsiran al-Quran sendiri,para
Sahabat tidak ambil pusing, mereka hanya
tetap konsisten menyampaikan apa yang
mereka dengar secara langsung dari Nabi
Muhammad SAW.
• Adapun madaris atafsir pada masa Sahabat
sangatlah banyak,akan tetapi yang paling masyhur
diantaranya adalah:
1. Madrasah At-tafsir di makkah.pelopornya adalah
Abdullah ibnu Abbas RA .
2. Madrasah At-tafsair di madinah,pelopornya dalah
Ubay bin ka’ab RA
3. Madrasah At-tafsir di kufah,pelopornya adalah
Abdullah Ibnu Mas’ud RA.
4. Madrasah At-tafsir di Syam,pelopornya adalah Abi
Darda’ RA, ‘Uwaimir Ibnu
Perkembangan tafsir pada zaman Tabi’in.

• Tafsir pada zaman Tabi’in RA. tidak jauh


berbeda dengan masa Sahabat RA karena
para Tabi’in RA. mengambil tafsir dari mereka.
Dalam periode ini muncul beberapa
madrasah untuk kajian ilmu tafsir,
diantaranya
1. Madrasah Makkah atau Madrasah Ibnu Abbas yang
melahirkan mufassir terkenal seperti Mujahid bin jabar,
Said bin Jubair, Ikrimah Maula ibnu Abbas, Towus Ibnu
Kisan Al-Yamany dan Atho’ bin Abi Robah.
2. Madrasah Madinah atau Madrasah Ubay bin Ka’ab, yang
menghasilkan pakar tafsir seperti Zaid bin Aslam, Abul
‘Aliyah dan Muhammad bin Ka’ab Al-Qurodli
3. Madrasah Iraq atau Madrasah Ibnu Mas’ud, diantara
murid-muridnya yang terkenal adalah Al-Qomah bin Qois,
Hasan Al-Basry, Qotadah bin Di’amah As-Sadusy, ‘Amir
Asya’by, Al-aswad ibnu Yazid, Marroh Alhamdany,
Masruuq ibnu Al-ajza’.
• Keistimewaan tafsir pada masa
tab’iin,mulai diwarnai dengan munculnya
tafsir Isroiliyaat dan nashroniyat.Hal ini
disebabkan oleh semakin banyaknya para
ahlulkitab yang memeluk agama islam,
diantaranya; Abdullah ibnu Salam, Ka’bil
ahbar, Wahab ibnu Manbah, Abdul malik
ibnu Abdul aziz ibnu juroij.
Tafsir pada masa pembukuan.
• Tahapan pertama : tafsir sebelum dibukukan
tetap dilakukan dengan metode periwayatan,
artinya sahabat meriwayatkan hadist tentang
penafsiran al-Quran dari nabi Muhammad
SAW, kemudian merekan menurunkan kepada
murid-murid mereka (baca: tabi’in).
• Tahapan kedua pada akhir zaman Dinasti Umayyah dan
permulaan Dinasti Abbasiyah yang masih memasukkan
tafsir kedalam sub bagian dari hadist yang telah
dibukukan sebelumnya.
• yang ketiga pemisahan tafsir dari hadits kemudian
dibukukan secara terpisah menjadi satu ilmu tersendiri.
Dengan meletakkan setiap penafsiran ayat dibawah ayat
tersebut, seperti yang dilakukan oleh ulama diantaranya:
Ibnu Jarir At-Thobary (310H.), Abu Bakar An-
Naisabury(318H.), Ibnu Abi Hatim (327H), Ibnu majah
(373H) dalam tafsirannya, dengan mencantumkan sanad
masing-masing penafsiran sampai ke Rasulullah, sahabat
dan para tabi’in.
• Tahapan keempat pembukuan tafsir dengan
meringkas sanadnya dan menukil pendapat para
ulama’ tanpa menyebutkan orangnya. Hal ini
menyulitkan dalam membedakan antara sanad yang
shahih dan yang dhaif yang menyebabkan para
mufassir berikutnya mengambil tafsir ini tanpa
melihat kebenaran atau kesalahan dari tafsir
tersebut. Sampai terjadi ketika mentafsirkan ayat ‫ريغير‬
‫ اااالمغضوبعليهم ولاااالضااالين‬ada sepuluh pendapat, padahal
para ulama? tafsir sepakat bahwa maksud dari ayat
tersebut adalah orang-orang Yahudi dan Nasroni
• Tahapan keempat Pembukuan tafsir banyak diwarnai
dengan buku-buku terjamahan dari luar Islam. Sehingga
metode penafsiran bil aqly (dengan akal) lebih dominan
dibandingkan dengan metode bin naqly (dengan
periwayatan). Pada periode ini juga terjadi spesialisasi
tafsir menurut bidang keilmuan para mufassir. Pakar fiqih
menafsirkan ayat Al-Quran dari segi hukum seperti Al-
Qurtuby. Pakar sejarah melihatnya dari sudut sejarah
seperti ats-Tsa’laby dan Al-Khozin dan seterusnya, pakar
kalam menafsirkan Al-Quran dari segi nahwu dan I’robnya
seperti Al-Wahidi dalam tafsir Al-Bashith dan Abu Hayan
dalam tafsirnya Al-Bahru Al-Muhith
Stagnasi Islam.
• Ketika bangsa Tartar menyerang negeri-negeri Islam dan
melakukan tindakan-tindakan brutal di Ibu Kota Khilafah,
Baghdad’ dengan membakar semua kitab-kitab agung,
kumpulan ilmu yang telah dijaga berabad-abad lamanya. Hal
ini membuat umat islam kehilangan ilmu yang sangat berharga.
• Pada masa ini islam mengalami stagnasi, beribu-ribu kitab yang
di bakar atau yang dibuang ke laut, membuat ulama pada masa
ini tidak bisa melakukan perubahan yang signifikan. Terutama
pada Tafsir itu sendiri. Mereka lebih banyak mensyarahi kitab-
kitab terdahulu.
• Fanatisme madzhab yang muncul pada masa ini, membuat
tafsir menjadi salah satu kendaraan politik dan madzhab,
misalnya;
Madzhab Hanafiyah
• Abu Hasan At-Thobary wafat pada tahun 504H.
menafsiri hukum-hukum al-Quran, terdiri dari
beberapa jilid.
• Syihabuddin, Abul Abbas Ahmad ibnu Yusuf ibnu
Muhammad Al-Hlaby, wafat pada tahun 756 H.
Kitabnya Al-Qoul Al-Wajiz Fi Ahkamil Kitab Al-Aziz.
• Ali ibnu Abdullah Mahmud As-Syanfaki, salah satu
ulama pada abad 9 H.
• Jalaluddin As-Suyuthi, wafat pada tahun 911
H.Kitabnya Al-Iklil Fi Istinbath At-Tanzil.
Madzhab Malikiyyah
• Abu Bakar ibnu Al-Araby, Wafat pada tahun
543 H.Kitabnya Ahkamul Quran,terdiri dari dua
jilid besar.
• Abu Abdillah Al-Qurthuby, Wafat pada tahun
671 H.Kitabnya Al-Jami’ Li Ahkamil Quran
Tafsir dan Realita.
• Pada akhir abad ke 13, dimana pada masa itu para
ulama’ mulai bangkit, karma islam pada masa itu
eksistensinya mulai dipertanyakan. Barat sudah
sukses denga semua penemuannya, islam mulai di
pertanyakan, apakah mampu bersaing dengan barat?
Dan masih relevankah Al-Quran dengan realita?
• Tafsir pada masa ini mulai beragam, diantaranya
terdapat tafsir dengan corak keilmuwan,atheistik
(ilhady), kesusatraan dan sosial
• Tafsir dengan corak keilmuan, dalam tafsirnya :
• ,‫ فيما يتعلق بلجأرام السماوية‬,‫كشف اللسرارالنورانية‬
‫ والجأواهر المعدنية‬,‫والنباتات‬,‫والحيوانات‬,‫والرضية‬.
Karya Muhammad Ibnu Ahmad Al-Iskandary salah satu ulama
pada abad ke 13, juga tafsir
‫تفسير القران الكريم الجأواهر في‬
karya Asyekh Thonthowi Jauhari Tafsir dengan corak sosiologi
karya Muhammad Abduh, santri Alumni Al-Azhar ini
mempunyai banyak kitab yang mengusung tema sosial dan
kemasyarakata, diantara karya-karya beliau adalah; Risalah At-
Attauhid, Syarh Nahjul Balaghoh, Al-Islam Wa An-
Nashroniyah,Syarh Maqoomaat Badi’uzzaman Al-Hamdany dan
Ar-Rod ‘Ala Hanoto
Metodologi Tafsir
1. Tafsir Tahlily
2. Tafsir Ijmaly
3. Tafsir Muqaran
4. Tafsir Mawdhu’i
Corak Kitab Tafsir
1. Tafsir Adab Ijtima’i
2. Tafsir Sufi
3. Tafsir Ilmi
4. Tafsir Lughawi
5. Tafsir Fiqhi
6. Tafsir Falsafi

Anda mungkin juga menyukai