Anda di halaman 1dari 17

Engaged Learning:

Kerjasama dan Komunitas


Kelompok 12
Inaz Zuhrinuha .S (J71217071)
Husnul Mardlotillah (J71217127)
Nisrina Sabilillah. A (J71217139)
Engaged Learning
Engaged Pembelajaran Terlibat
Learning

Sebuah proses dimana siswa secara aktif berpartisipasi dalam


pembelajaran yang ada. Siswa terlibat, mulai dari awal pembelajaran,
dalam pengambilan keputusan dari program pembelajaran atau
program studi mereka.
Siswa dengan penuh semangat meneliti, mendiskuskan apa yang
mereka pelajari. Siswa adalah peserta aktif dalam proses pembelajaran
dan guru berfungsi sebagai pelatih atau fasilitator yang membimbing
siswa ke tujuan yang diinginkan. (Kartika.2016:57-64)
Kelebihan Engaged Learning
1 2 3
Mendorong siswa untuk
Anak memperoleh berfikir dalam proses
Memiliki ingatan yang
kesempatan luas untuk membina pengetahuan
kuat terhadap proses
mengembangkan zona baru. Siswa berfikir
pembelajaran yang
perkembangan untuk menyelesaikan
telah dilakukan dan
potensinya melalui masalah, menemukan
pengalaman
belajar dan berkembang. ide dan membuat
keputusan.

4 Memiliki efikasi diri yang 5


tinggi, yakni memiliki
keyakinan bahwa dirinya Pembelajaran bersifat
dan orang lain yang terlibat menyenangkan, karena
dalam interaksi belajar akan siswa terlibat secara aktif
mampu mengatasi dan berkelajutan
permasalahan dalam
pembelajaran.
Kekurangan Engaged Learning

Terbatas pada perilaku yang


tampak
• proses-proses belajar yang kurang tampak
seperti pembentukan konsep, belajar dari
berbagai sumber belajar, pemecahan masalah
dan proses berfikir sukar diamati secara
langsung. (Husamah.2016:107)
Engaged Learning dalam Kerjasama

sekelompok orang dengan


keterampilan yang saling
melengkapi, yang berkomitmen
Kerjasama untuk tujuan yang sama dan saling
bertanggung jawab dalam
mencapai tujuan tersebut
(Constructing Excellence, 2004 ;
Dalam Sugiharti et al,2017:194).
Komponen Kerjasama
• Menurut Johnson dan Johnson (1991) dalam Wulandari (2015), karakteristik suatu
kelompok kerjasama terlihat dari adanya lima komponen yang melekat pada
program kerjasama tersebut, yakni:
adanya saling ketergantungan yang positif diantara individu-individu dalam
kelompok tersebut untuk mencapai tujuan

adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama
lain diantara anggota kelompok

adanya akuntabilitas dan tanggung jawab personal individu

adanya ketrampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil

adanya ketrampilan bekerja dalam kelompok


Tujuan Kerjasama
Hal yang dapat meningkatkan
Kerjasama
Kerjasama dalam keterlibatan
pembelajaran

• Dominguez (2010) dalam Pratiwi, et al (2018)


menjelaskan bahwa bekerja dengan oranglain mampu
meningkatkan keterlibatan belajar, berbagi ide-ide dan
menanggapi reaksi oranglain meningkatkan pemikiran
dan pemahaman mendalam.
• Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan
membentuk kelompok kecil yang anggotanya
heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
Engaged Learning dalam Komunitas

proses kerjasama dari bekerja dengan komunitas untuk


mengatasi kehidupan yang lebih baik, melintasi batas-batas
Pelibatan disiplin ilmu dan menggunakan beberapa pengetahuan
Komunitas dari dalam dan luar komunitas (Lommerse, 2011 dalam
Tiwari dkk, 2014) Pelibatan komunitas ini juga tentang
belajar dan pertukaran pengetahuan, identifikasi prioritas
dan kemungkinan, membuat keputusan, dan membuat
sesuatu terjadi.
terdapat 3 (tiga) indikator yang menjadi ukuran
keberhasilan dalam melakukan pelibatan masyarakat.
Membangun hubungan dengan
komunitas
Strategi membangung kepercayaan
Hal yang dapat membangun
kepercayaan
Membangun isu bersama dan aksi
kolekstif

Membangun Isu Bersama dan aksi Kolektif Teori tentang aksi


kolektif (collective action) pertama kali diformulasikan oleh
Mancur Olson (1971), khususnya saat mengupas masalah
kelompok-kelompok kepentingan (interest groups). Teori ini
sangat berguna untuk mengatasi masalah penunggang
bebas (free rider) dan mendesain jalan keluar bersama
(cooperative solution) bagi pengelolaan sumber daya
bersama (common resources) atau penyediaan barang
publik. Menurut Olson, determinan yang penting bagi
keberhasilan aksi kolektif adalah ukuran (size), homogenitas
(homogenity) dan tujuan kelompok (Yustika, 2013).
Membangun isu bersama dan aksi
kolekstif

Mengacu pada pendapat Olson tersebut, semakin besar ukuran


suatu komunitas maka semakin sulit untuk menegosiasikan
kepentingan diantara anggota komunitas tersebut. Semakin beragam
kepentingan anggota komunitas maka semakin sulit
memformulasikan kesepakatan karena masing-masing anggota
kelompok membawa kepentingannya sendirisendiri, demikian
sebaliknya. Tujuan kelompok /komunitas harus dibuat fokus dengan
mempertimbangkan kepentingan semua anggota kelompok (Yustika,
2013)
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa aksi kolektif
dibangun atas kesamaan kepentingan dan tujuan serta diinisiasi dari
kelompok-kelompok yang kecil. Isu-isu bersama harus dibangun agar
komunitas fokus pada tujuan pengembangan komunitas.
Remember…
Safety First!
(Enter your own creative tag line above)

Anda mungkin juga menyukai