Analisis Pangan Protein
Analisis Pangan Protein
2
“ Protein merupakan zat
makanan yang penting bagi
tubuh karena berfungsi
sebagai bahan bakar, zat
pembangun dan pengatur
3
KANDUNGAN PROTEIN PADA PANGAN
3. Label Nutrisi
5
Analisis Kadar Protein
Kjeldahl UV-Vis
Pengikat
Biuret Lowry Zat warna
6
1
Metode Kjeldahl
7
Prinsip: Protein dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis.
Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali melalui destilasi. Destilat
ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk dititrasi
dengan menggunakan larutan HCl.
Reaksi:
Senyawa N + H2SO4 Campuran Se CO2 + H2O + SO2 + (NH4)2SO4
(NH4)2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + NH4OH
1. Destruksi
Senyawa N organik didestruksi oleh H2SO4 pekat dengan katalis campuran selen
menghasilkan amonium sulfat.
+H2O
Dihomogenkan
Didinginkan
9
Sampai larutan jernih
Cara Kerja:
2. Destilasi
Amonium sulfat pada tahap destruksi ditambah larutan NaOH dan didestilasi menghasilkan
amoniak yang ditampung dengan larutan asam (antara lain asam borat) yang mengandung
campuran indikator MM dan BCG
3. Titrasi
Amoniak dititar langsung dengan asam (HCl) yang sudah diketahui kenormalannya.
Dilakukan titrasi Blanko
Sampai larutan
berwarna hijau
11
Perhitungan:
Kelemahan :
Mengukur semua /total N organik ( bukan hanya dr protein)
Butuh waktu relatif lama ( minimal 2 jam)
Ketelitian lebih rendah dr metode Biuret
Reagent korosif
13
2
Metode Biuret
14
Prinsip: dalam suasana basa, ion cupri (Cu2+) dapat membentuk kompleks yang berwarna ungu
jika berinteraksi dengan ikatan peptida dari suatu protein.
Reagen yang direaksikan pada protein ini disebut reagen biuret.
Reaksi:
15
Cara Kerja:
+Sampel
+ Lar. Biuret
Diamkan 15 menit
540 nm
16
Keuntungan :
•Lebih murah daripada metode Kjeldahl
•Cepat ( dapat selesai < 30 menit)
•Metode paling sederhana utk analisis protein
•Sangat sedikit senyawa pengganggu yg dpt bereaksi dg biuret
•Tidak mendeteksi nitrogen dr senyawa non peptida atau non protein
Kelemahan:
•Tidak sangat sensitif dibandingkan metode Lowry
•( Kandungan protein minimal 2 – 4 mg protein dlm contoh)
•Absorbansi dpt dipengaruhi /diperoleh dari pigmen bile jika ada .
•Warna bervariasi dari protein yg berbeda ; gelatin (ungu merah jambu).
•Bukan metode absolut; warna harus distandarkan dengan protein yg sdh diketahui
(BSA) atau metode Kjeldahl
17
3
Metode Lowry
18
Prinsip: kombinasi reaksi Biuret dg reduksi reagent Folin – Ciocalteau phenol (asam
fosfomolibdat – fosfotungstat) oleh residu tirosin dan triptofan dalam protein.
Terbentuknya warna kebiruan diukur pd 750 nm ( sensitivitas tinggi utk kons protein
rendah) atau 500 nm ( sensititvitas rendah utk konsentrasi protein tinggi)
Reaksi:
19
Cara Kerja:
20
Keuntungan :
•Sangat sensitif : 50 -100 x lebih sensitif dr metode Biuret
10 – 20 x lebih sensitif dr abs uv 280 nm
bbrp kali lebih sensitif dr metode ninhidrin
•Kurang dipengaruhi oleh kekeruhan sampel
•Lebih spesifik dr hampir semua metode
•Relatif sederhana ( 1 – 1,5 jam)
Kelemahan:
•Warna bervariasi tgt dr sumber protein ( > Biuret)
•Warna tdk proporsional tajam dg kandungan protein
•Reaksi diganggu oleh adanya sukrosa, lipid bufer fosfat, monosakarida dan hexoamina
•Konsentrasi yg tinggi dr gula reduksi, amonium sulfat dan senyawa sulfidril akan
mengganggu reaksi
21
4
Metode Pengikat
Zat Warna
22
Prinsip: kemampuan gugus polar protein yang bermuatan ion berlawanan mengikat zat warna
dan membentuk kompleks tidak larut lalu dipisahkan dengan sentrifus. Semakin rendah
intensitas warna pada larutan maka semakin banyak zat warna yang terikat oleh
protein,semakin tinggi pula kandungan protein dalam contoh.
Cara Kerja :
+Sampel
+ Orange G, Orange
12, Amido Black
23
Penetapan Kadar N non Protein
Prinsip: Protein dalam sampel diekstrak dengan air dan diendapkan dengan tembaga asetat.
Komponen nitrogen (N)-non protein tinggal dalam larutan. Setelah penyaringan , N dalam
filtrat ditetapkan dengan metode kjeldahl.
Penetapan TVBN
Prinsip: Senyawa TVBN (total volatil base nitrogen) merupakan senyawa nitrogen volatil yang
dihasilkan dari dekomposisi bahan yang kaya protein oleh mikroba. Sampel diekstraksi
dengan TCA 5% (tri chloro acetic acid) sehingga protein mengendap dan komponen N
volatil larut dalam TCA. Ekstrak TCA didestilasi dan komponen N ditangkap HCl. Destilat
dititrasi dengan NaOH sehingga TVBN diketahui.
24
Penetapan Jenis Asam Amino
Prinsip: Protein di hidrolisis dengan asam kuat (HCL 6N) sehingga asam – asam amino
penyusunnya dapat saling terpisah dan melalui kolom penukar kation pada HPLC
sehingga menghasilkan kromatogram. Kromatogram dibandingkan dengan kromatogram
asam – asam amino standar. Untuk mengetahui jenis asam amino, dapat
membandingkan waktu retensinya. Untuk mengetahui jumlah asam amino, dapat
membandingkan luas kurvanya.
25
Penetapan Alfa Amino
TNBS Ninhidrin
26
1
Metode TNBS
27
Prinsip: Gugus alfa amino dari suatu protein dapat direaksikan dengan trinitro benzen sulfonat
pada ph tertentu dan membentuk senyawa berwarna yang dapat diukur absorbannya
pada panjang gelombang 340 nm.
Cara Kerja :
Cara Kerja :
31