Industri 4.0
2
3
Revolusi Industri
PLC pertama kali
dimanfaatkan pada 1969
Revolusi 4.0:
Penggunaan
Lintas perakitan teknologi komputer
pertama 1870 Revolusi 3.0: dan telekomunikasi
Pemanfaatan maju (internet)
Revolusi 2.0: elektronik dan untuk membentuk
Mesin tenun mekanik sistem produksi
Penggunaan konsep teknologi informasi
tahun 1784 cyber-physical; yaitu
produksi masal untuk melakukan
Revolusi 1.0: melalui lintas otomasi proses penyatuan dunia
Pemanfaatan tenaga produksi yang produksi termasuk nyata dengan dunia
uap untuk didukung oleh manajemen (ERP) maya (virtual)
melakukan pemanfaatan energi
mekanisasi pada listrik
proses produksi
Akhir abad 18 Awal abad 20 Awal tahun 1970 Sekarang
4
Revolusi generasi 1.0 melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan
digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap
pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik
perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri
terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita Negara-negara di dunia menjadi
enam kali lipat.
Sejarah telah mencatat bahwa Revolusi Industri ini telah banyak menelan
korban dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa.
Lebih dari itu, pada era industri generasi 4.0 ini, ukuran besar perusahaan
tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci
keberhasilan meraih kemenangan dengan cepat. Hal ini ditunjukkan oleh
Uber yang mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi atau
juga Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama pada industri jasa
pariwisata. Ini membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa yang
lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil.
7
Apakah CPS ?
Sensor
Bagian Bagian
Fisik INTER- Cyber
(Physical FACE (Cyber Part)
Part)
Actua-
NETWORK
tor
9
Praktik di industri:
RFID (Radio Frequency Identification)
Track
RFID Tag
Pergerakan
RFID dipasang pada pallet
Track lokasi
Kecerdasan buatan
15
Dari data sekitar 600.000 atau 700.000 insinyur aktif yang dari
Indonesia ternyata hanya 9.000 yang bekerja sesuai
profesinya,” - Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Pada tahun 2015 lalu, Indonesia merupakan negara yang menduduki peringkat 4
besar jumlah penduduk di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 253 juta jiwa.
Berdasarkan komposisi demografi penduduknya, dari jumlah 253 juta jiwa
tersebut 27,3 % merupakan penduduk berusia 0 – 14 tahun, 67.3 % merupakan
penduduk usia 15 – 64 tahun dan 5.4 % merupakan penduduk usia 65 tahun ke
atas. Angka tersebut mengindikasikan bahwa prosentase jumlah penduduk usia
produktif (15 – 64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan prosentase jumlah
penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65 + tahun) dengan komposisi 67.3
% berbanding 32.7 %. Hal ini berarti tingkat ketergantungan usia non produktif
terhadap usia produktif relative kecil yakni 32.7 % / 67.3%. Angka ketergantungan
ini diproyeksikan akan terus menyusut dan akan mencapai puncaknya pada tahun
2020, dimana presentase jumlah penduduk usia produktif sebesar 70 %
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif sebesar 30 %. Kondisi
demografi semacam ini disebut sebagai bonus demografi (demographic dividend),
dimana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia non produktif. (sumber : proyeksi penduduk Indonesia
2010-2035: Bapenas, BPS, United Nation Population Fund, 2013).
28
Xièxiè