P A R T N E R S H I P F O R S U S T A I
Disampaikan pada Rapat dengan Direktorat Bina
Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi
Kementrian PUPR PT Krakatau Steel (Perse
KANTOR PUSAT
Jl. Industri No. 5 P.O. Box 14 Cilegon, Banten 42435
Telepon : (+62 254) 392159, 392003 (Hunting)
Faksimili : (+62 254) 372246
KANTOR JAKARTA
Gedung Krakatau Steel, Lantai 4
Jakarta, 19 Desember 2018 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 54 Jakarta Selatan 12950
Telepon : (+62 21) 5221255 (Hunting)
Faksimili : (+62 21) 5200876, 5204208, 5200793
PABRIK
Cilegon – Cigading Plant Site, Banten 42435
Website : www.krakatausteel.com
Confidential, Property of PT Krakatau Steel
DAFTAR ISI 1. Latar Belakang
2. Jalur Proses Produksi Baja
3. Aspek Teknologi
4. Aspek Kualitas
5. SNI Baja Tulangan
6. Rekomendasi
2
1. Latar Belakang
Pada 26 Januari 2018 AISC ( ASEAN Iron & Steel Council ) dan SEAISI yang merupakan asosiasi
industri besi dan baja di kawasan Asia Tenggara mengeluarkan surat mengenai keprihatinanya
(Voice of Concern) atas perkembangan industri besi dan baja di ASEAN, dimana maraknya
pabrik induction furnace yang merupakan relokasi dari fasiilitas di China ke wilayah ASEAN.
Menururt AISC dan SEAISI fasilitas-fasilitas ini menghasilkan produk baja karbon dengan
kualitas dibawah standar karena pada induction furnace memiliki kemampuan yang terbatas
dalam melakukan proses permurnian (refining).
Selain itu teknologi IF tidak memiliki fasilitas untuk melakukan homogenisasi komposisi
sehingga mengakibatkan kualitas produk baja yang diproduksi tidak konsisten (inconsistent
quality). Hal Ini berbahaya bagi keamanan karena produk baja ini digunakan dalam konstruksi
bangunan dan infrastruktur.
Pada Standar SNI-07-2052 Tahun 2002 (yang berlaku saat ini) persyaratan kualitas produk
yang ditetapkan adalah sifat tampak, bentuk dan sifat mekanik. Sedangkan persyaratan
komposisi kimia dan kebersihan baja belum ditetapkan.
Baja tulangan beton ex. IF dapat memenuhi standar SNI-07-2052 Tahun 2002 sehingga
dipakai pada berbagai proyek infrastruktur. Namun demikian, potensi bahaya tetap
tersembunyi dikarenakan tidak ada jaminan kualitas dari segi kebersihan baja dan komposisi
kimia.
3
2. Jalur Proses Produksi Baja
Proses Pengolahan Besi Baja
Pengerolan
Cold
rolling mill
Plate mill
Secondary Metallurgy
Pengecoran
984.08 juta ton 4.51 juta ton 62.95 juta ton 347.77 juta ton
(70.3%) (0.3%) (4.5%) (24.9%)
Industri peleburan yang umumnya menggunakan induction furnace untuk memproduksi berbagai macam casting
product, produksi ferroalloys dengan specific properties, untuk meleburkan ferrochrome, ferronickel, dan paduan
lainnya di induction furnace.
Source :
Z.Zulhan, 2012, Worldstel.org
3. Aspek Teknologi
Perbandingan Teknologi IF vs BOF/EAF
Pabrik peleburan baja yang menggunakan teknologi tungku induksi (Induction Furnace), praktiknya tidak sesuai dengan kaidah
dalam pembuatan baja berkualitas. Sistem pada teknologi ini hanya mengolah bahan baku yang berasal dari scrap atau besi tua
menjadi besi cair, lalu dicetak/casting dan di-rolling menjadi besi tulangan. Investasi yang dibutuhkan dalam induction furnace
relatif rendah sehingga menjamur pembangunan fasilitas ini dengan kapasitas yang kecil.
1. Pada Induction Furnace tidak ada proses
Induction Furnace Steelmaking
refining. Untuk menurunkan kandungan Phospor
dan Sulfur. Dan juga homogenisasi komposisi.
2. Induction Furnace mengkonsumsi energi listrik
yang lebih banyak daripada Electric Arc Furnace
(EAF)
3. Induction Furnace tidak menerapkan inert gas
Induction protection untuk mencegah reoksidasi pada
Ladle Casting
Furnace proses casting.
6
3. Aspek Teknologi
Perbandingan Teknologi IF vs BOF/EAF
Metoda Penuangan (Tapping)
EAF
Eccentric bottom tapping/Canal
Penuangan cukup membuka lubang di dasar EAF
sehingga tidak ada slag yang masuk ke ladle (slag free
tapping)
IF
Pada induction furnace, proses penuangan baja cair
dilakukan secara konvensional dengan cara
memiringkan posisi mulut furnace sehingga ada potensi
sisa slag yang belum terbuang ikut masuk ke ladle.
7
3. Aspek Teknologi
Perbandingan Teknologi IF vs BOF/EAF
Metoda Pengecoran (Casting)
CCM
Atmospheric Insulation
Argon protection Gafity
Inclusion removal
Casting
Segregation Control
Induction Gravity
Furnace Casting
8
3. Aspek Teknologi
Perbandingan Teknologi IF vs BOF/EAF
Kadar Pospor
Pada proses Steelmaking dengan Induction Furnace tidak ada proses refining (pemurnian) sehingga
kandungan Phosfor dan Sulfur yang dihasilkan lebih tinggi.
Sumber : Koblenzer Harald & Vucinic Bojan, Induction Furnace versus Electri Arc Furnace in Steelmaking Process, Advantages &
Disadvantages S.I. Rudyuk dkk, Effect of Sulfur and Phosporous on the properties of Steel 18B.
11
Kualitas Produk Baja Produksi
Induction Furnace vs. Electric Arc Furnace
Kadar Pospor
Efek buruk Phosfor dalam baja :
12
4. Aspek Kualitas
Perbandingan Kualitas Produk ex IF vs BOF/EAF
Sumber:
Frank Hayford, Cleanliness
Assessment of Steel Bars
Produced From a High Frequency
Induction Furnace,
Royal Institute of Technology,
Stockholm, 2011
Inklusi di dalam baja berdampak buruk terhadap sifat mekanik serta ketahanan baja terhadap korosi.
Inklusi dapat menjadi inisiasi kegagalan baja
13
4. Aspek Kualitas
Perbandingan Kualitas Produk ex IF vs BOF/EAF
Sumber:
Frank Hayford, Cleanliness
Assessment of Steel Bars
Produced From a High Frequency
Induction Furnace,
Royal Institute of Technology,
Stockholm, 2011
Inklusi di dalam baja berdampak buruk terhadap sifat mekanik serta ketahanan baja terhadap korosi.
Inklusi dapat menjadi inisiasi kegagalan baja
14
4. Aspek Kualitas
Perbandingan Kualitas Produk ex IF vs BOF/EAF
Trace Element
Dikarenakan pada proses steelmaking dengan Induction Furnace tidak ada proses refining, maka komposisi
kimia produk sangat bergantung pada komposisi dan kualitas scrap.
Jika komposisi scrap memiliki kandungan impurities atau trace element yang tinggi, maka pada Induction
Furnace tidak dapat diturunkan.
Sumber : Koblenzer Harald & Vucinic Bojan, Induction Furnace versus Electri Arc Furnace in Steelmaking Process, Advantages &
Disadvantages S.I. Rudyuk dkk, Effect of Sulfur and Phosporous on the properties of Steel 18B.
15
4. Aspek Kualitas
Perbandingan Kualitas Produk ex IF vs BOF/EAF
Pada Standar SNI-07-2052 Tahun 2002, komposisi kimia baja tidak dipersyaratkan sehingga komposisi kimia baja
tulangan beton bervariasi tergantung dari bahan baku nya.
EAF IF
0.700 1.200
0.600 1.000
0.500 P.8 P.8
0.800
P.10 P.10
0.400
P.12 0.600 P.12
%
%
0.300 S.10 S.10
0.400
0.200
0.100 0.200
0.000 0.000
C Si Mn P S Cu Cr C Si Mn P S Cu Cr
Berdasarkan grafik di atas, kandungan trace element pada baja ex. IF lebih tinggi khususnya Cu dan Cr.
Hal ini disebabkan oleh penggunaan 100% scrap sehingga kandungan trace element sangat dipengaruhi oleh
komposisi kimia scrap.
16
4. Aspek Kualitas
Perbandingan Kualitas Produk ex IF vs BOF/EAF
17
4. Aspek Kualitas
Perbandingan Kualitas Produk ex IF vs BOF/EAF
Sampel wire ex IF diameter 4,65 mm Sampel Wire Rod Produksi PTKS SWRM 12 diameter 5,5 mm
Spot Sampling
Sample Baja Ex. IF
Foto makro Inklusi MnS klas [0,4] Inklusi Oksida klas [5,6]
Berdasarkan hasil pemeriksaan metalografi, baja dikategorikan kotor dikarenakan terdapat inklusi Oksida klas [5,6].
19
4. Aspek Kualitas
Perbandingan Kualitas Produk ex IF vs BOF/EAF
Sample Baja Ex. EAF Spot Sampling
Struktur mikro ½ Ø
Fasa Ferrite – Pearlite
Berdasarkan hasil pemeriksaan metalografi, pada sampel baja tidak ditemukan inklusi MnS. Sedangkan Inklusi Oksida
klas [2,3] sehingga baja dikategorikan bersih.
20
5. SNI Baja Tulangan
Bahan baku Induction Furnace - CCM EAF / BOF - Ladle Furnace – CCM
22
Confidential, property of PT Krakatau Steel
5. SNI Baja Tulangan
Permasalahan di Baja Tulangan Nasional
Isu-isu yang berkembang di Baja Tulangan Nasional
Perbandingan Kapasitas antara Pabrik SNI
(BF/EAF based) vs Pabrik Non SNI (IF based)
1 UNFEARNESS BUSINESS
NON SNI, SNI, Ex EAF/BF • Perusahaan IF cenderung tidak mengeluarkan faktur pajak pembelian dan
Ex IF
56% penjualan,
44% • Perusahaan IF memperkerjakan ‘karyawan tetap’ sedikit dan sementara,
4.52 mt • Perusahaan IF menghindari jaminan kesejahteraan yang mahal seperti
5.73 mt
yang ditanggung oleh Perusahaan Baja yang sah.
• Perusahaan IF mulai menggerus segmen pasar baja tulangan SNI (secara
jumlah perusahaan jauh lebih banyak, ada 48 pabrikan lebih).
Total Kapasitas keseluruhan : 10.2 mt
2 QUALITY ISSUES
Supply Demand Baja Tulangan SNI (BF/EAF based) • Proses Induction Furnace tidak memungkinkan kontrol yang efektif atas
vs Baja tulangan Non SNI (IF based) komposisi dan kualitas baja yang dihasilkan.
• Kualitas berpotensi menimbulkan bahaya tersembunyi ketika diloloskan
sebagai baja berkualitas.
24
Confidential, property of PT Krakatau Steel