Anda di halaman 1dari 17

Entomotoksikologi, Pengaturan

Eksperimental dan Interpretasi


untuk Ahli Toksikologi Forensik
Matthias Gosselin, Sarah M.R. Wille,
Maria del Mar Ramı ́rez Fernandez , V.
Di Fazio, Nele Samyn, Gert De Boeck,
Benoit Bourel.
Pendahuluan

1980
Ahli entomologi mulai mendeteksi obat pada serangga,
berharap akan menjadi alat yang berguna dalam
penyelidikan forensik.

Tujuannya
Sebagai penentu adanya penyalahgunaan obat sebelum
kematian, terutama pada kerangka yang tidak ada
jaringan atau cairan yang tersisa dan sisa yang
mengalami dekomposisi lanjut
Entomotoksikologi
• Spesies nekrofagus digunakan sebagai bahan untuk deteksi obat
secara kualitatif.
• Banyak senyawa (obat-obatan, logam dan pestisida) telah terdeteksi
di jaringan serangga dalam konteks forensik

Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memberikan gambaran umum


tentang pengetahuan terkini di bidang entomotoksikologi. Selain itu,
akan dibahas beberapa kesulitan yang tidak memungkinkan
interpretasi dalam investigasi forensik.
2. Interpretasi keterbatasan saat ini: pengetahuan dan keterbatasan saat ini

2.1 Serangga

Sifat Hidup dan Farmakokinetik Kondisi Ekstrinsik dan Pengambilan Sampel Serangga
Obat Pengaruhnya Terhadap Serangga

•Spesies nekrofagus biasanya •Oviposisi dan perkembangan •Pengambilan sampel serangga


sangat umum dan banyak serangga dapat dipengaruhi (larva atau puparia) dapat
ditemukan di TKP. oleh faktor bioklimatik seperti dilakukan, di sekitar atau di
•Biologi dan perkembangan durasi penyinaran dan suhu bawah tubuh atau lokasi
mereka sudah dikenali dengan •Cahaya yang konstan penemuan tubuh.
baik, karena mereka sudah meningkatkan variasi waktu • Lokasi pengambilan sampel
digunakan dalam entomologi bagi serangga untuk menjadi terbaik: organ internal-hepar,
forensik untuk memperkirakan dewasa dan secara signifikan area kepala atau otot pada
Post-Mortem Interval. menunda perkembangan kasus dimana tidak ada
dibandingkan dengan serangga organ internal yang tersisa.
yang dipelihara dengan cyclic
NEKROFAG photoperiods.
US •Tidak hanya perkembangan
serangga dapat diubah karena
faktor iklim, tetapi juga
motilitas usus dan dengan
demikian penyerapan dan
ekskresi obat tergantung pada
suhu sekitar.
•Stabilitas obat dalam jaringan
Coleoptera Diptera juga dapat dipengaruhi oleh
suhu, kelembaban dan radiasi
UV. Akibatnya, faktor
lingkungan dapat memiliki
Yang pertama pengaruh pada konsentrasi
berkolonisasi akhir obat yang ada dalam
pada mayat jaringan serangga yang
dianalisis.
INSTAR III
● Pada tahap larva ketiga, terdapat tiga kegiatan utama yang diamati: makan,

pencernaan dan mencari makanan


● Setelah ukuran maksimum larva diperoleh, mereka berhenti makan, berjalan

menjauh dari sumber makanan, mencari tempat untuk menjadi pupa.


● Perbedaan konsentrasi obat diamati pada larva dengan aktivitas makan yang

berbeda

● Konsentrasi obat pada puparia lebih rendah daripada di larva, tetapi tampaknya lebih mudah
direproduksi.
● Puparia dari serangga generasi pertama yang berkolonisasi bisa menjadi 'pengukur
konsentrasi obat' yang lebih baik daripada larva generasi kedua.

● Dalam memberi makan larva, obat-obatan dapat diserap melintasi midgut dan
didistribusikan ke dalam larva.
● Obat-obatan dapat diekskresikan secara langsung melalui tubulus malpighian setelah
metabolisme.
Prosedur Analitik

• Membutuhkan hasil yang valid, dapat direproduksi dan


sebanding untuk menarik kesimpulan yang benar secara
ilmiah dari eksperimen mereka → interpretasi laporan
kasus.
• Diperlukan perjanjian internasional mengenai metode
pembunuhan serangga yang tepat, penyimpanan,
penanganan, dan analisis sampel
Spesimen
• (larva/dewasa)  dibekuan atau Spesimen akan dimaserasi dan
direbus.  disimpan dalam alkohol dihomogenisasi menggunakan
(70%) atau pada 20 C. asam kuat, basa atau enzim atau
• Pupa: kondisi kering pada 2-6 C  dihancurkan dengan digiling 
penyimpanan dalam kondisi kering ekstraksi
(20 C

Spesimen serangga harus dicuci


menggunakan air deionisasi,
larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau analisis
menggunakan metanol.
• Ahli entomotoksikologi masih menggunakan teknik ekstraksi klasik: presipitasi
protein, liquid-liquid extraction (LLE) atau solid phase extraction (SPE).
• Metode MS atau MS/MS, dengan validasi dengan benar, dapat mengarah pada
deteksi obat yang lebih selektif dan spesifik yang mengarah pada hasil yang lebih
terpercaya.

• Untuk metode yang menggunakan LC-MS, evaluasi efek bahan diwajibkan:


senyawa co-eluting dapat mempengaruhi ionisasi senyawa yang diminati,
mempengaruhi sensitivitas, dan kuantifikasi analisis target.
Pengaturan Eksperimen

• Kelemahan utama entomotoksikologi  kurangnya interpretasi


konsentrasi obat yang terdeteksi.
• Interpretasi percobaan ini tidak hanya diperumit oleh perbedaan
spesies serangga, tahap perkembangan, aktivitas dan masalah analisis
 kondisi eksperimen yang berbeda.
• Bahan makanan buatan / organ hewan yang disuntikkan post-mortem
banyak digunakan karena mudah disiapkan & berbiaya rendah.
• Kelemahan: obat yang disuntikkan tidak dimetabolisme oleh sistem
kehidupan.
• Parameter ini harus dipantau selama percobaan, dan substrat dengan
kecenderungan kehilangan air tidak boleh dibekukan sebelum
digunakan  disimpan pada suhu 4 C
• Tabel 2:
Perbandingan persiapan
sampel dan prosedur
analitik untuk setiap
zat beracun.
Cara mengatasi kelemahan utama dari substrat yang disuntikkan post-
mortem: penggunaan model hewan hidup, di mana obat-obatan
diberikan ante-mortem per-oral / injeksi. Penggunaan hewan hidup
memberikan pandangan yang realistis karena obat di metabolisme.

Namun, tidak mudah untuk mengatur tes yang valid secara statistik.
Selain itu, eksperimen harus disetujui oleh komite etika hewan dan
proses penerimaan bisa sangat lama. Hewan tersebut sebagian besar
dikorbankan 30 menit setelah pemberian obat. Satu organ (sebagian
besar hati) atau otot kemudian diberikan kepada larva serangga
dalam laboratorium.

Jika hewan secara utuh digunakan untuk membesarkan larva,


prosesnya lebih realistis, tetapi interpretasi percobaan lebih
kompleks karena pergerakan larva pada mayat. Karena larva
menjelajahi tubuh mayat dan lokasi makan yang akurat tidak
diketahui, hubungan antara konsentrasi obat di tempat makan
yang sebenarnya dan serangga tidak memungkinkan.
Redistribusi larva post-mortem: >>masalah
interpretasi. Pilihan spesies hewan juga akan
memiliki keterkaitan pada tingkat informasi
yang diperoleh dari percobaan antemortem.

Sebagian besar hewan yang digunakan: kelinci,


tikus. Jika mungkin, dengan berat dan jenis
kelamin yang sama untuk menghindari
variabilitas dari parameter ini.

Model hewan tidak pernah menjamin


simulasi overdosis obat manusia karena
perbedaan farmakokinetik.
Sebelum hasil eksperimen
entomo(toksiko)logi dapat digunakan untuk
interpretasi laporan kasus.

Kemungkinan perbedaan dalam protokol seperti


metode overdosis injeksi/oral, waktu sebelum
analisis (redistribusi post-mortem), stabilitas
obat, metabolisme bakteri harus dipelajari untuk
memahami pengaruhnya terhadap hasil yang
diperoleh
Interpretasi dalam Kasus Forensik

Kesepakatan umum komunitas toksikologi forensik:


konsentrasi obat pada serangga tidak dapat ditafsirkan

Ahli entomotoksikologi mencoba menemukan


hubungan antara konsentrasi obat dalam substrat dan
serangga
Kekurangan Entomotoksikologi

1. Sulit & memakan waktu (Tracqui et al. menganalisis 29


necropsies dalam 15 tahun)
2. Beberapa peneliti menggunakan jaringan manusia (otot,
hati) untuk membesarkan larva secara eksperimental 
secara etis dipertanyakan.
3. Penentuan konsentrasi obat dalam jaringan yang
membusuk tidak jelas & bahkan tidak mungkin pada sisa
kerangka.
4. Meskipun konsentrasi obat ditentukan, redistribusi obat
post-mortem & stabilitas obat tidak selalu dikenali, dan
mempersulit interpretasi
Kesimpulan
Meskipun kemajuan terbaru dalam ilmu ini, interpretasi
hasil entomotoksikologi dari kasus manusia belum
ditetapkan atau diharapkan. Keterbatasannya adalah
kurangnya pengetahuan tentang pengembangan dan
aktivitas serangga, penggunaan dan validasi prosedur
analisis yang tepat dan kurangnya konsensus umum
mengenai pengaturan eksperimental dan pengambilan
sampel. Meskipun belum dapat digunakan untuk
interpretasi toksikologis dalam banyak kasus, ketika hanya
kerangka yang tersisa, puparia dapat menjadi satu-
satunya harapan bagi ahli toksikologi untuk memiliki
beberapa informasi mengenai penggunaan obat-obatan
sebelum kematian.

Anda mungkin juga menyukai