Anda di halaman 1dari 34

KEBIJAKAN REKAM

MEDIS DAN
PENGGUNAAN ICD-10

Subdit KMKF, Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik


Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
DASAR HUKUM
 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
 PP No. 32 th 1996 tentang Tenaga Kesehatan
 Permenkes No. 1144/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan
 SK MenPAN No. 135 th 2002, tentang Jabatan Fungsional
Perekam Medis dan angka kreditnya
 Kepmenkes No. 50/Menkes/SK/I/1998 tentang Pemberlakuan
Klasifikasi Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi
Kesepuluh
 Kepmenkes No. 844/Menkes/X/2006 tentang penetapan standar
kode data bidang kesehatan
 Kepmenkes No. 377/Menkes/XII/2007 tentang standar Profesi
Perekam Medis dan informasi Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis
PERMENKES No.1144/2010
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN KESEHATAN
KEMENKES

DITJEND BINA UPAYA


KESEHATAN

SESDITJEN

DIT.BINA YAN DIT.BINA YAN DIT. BINA KES.


DIT.BINA UPAYA DIT.BINA UPAYA
KEPERAWATAN PENUNJANG MEDIK JIWA
KES DASAR KES RUJUKAN & KETEKNISIAN & SARKES
MEDIK

TU

SUBDDIT BINA SUBDDIT BINA YAN SUBDDIT BINA SUBDIT BINA SUBDIT BINA YAN
YAN KEPERAWATAN DI YAN YAN KETEKNISIAN
KEPERAWATAN RS UMUM KEPERAWATAN DI MEDIK&KETERAPIAN FISIK
KEBIDANAN
DASAR RS KHUSUS (KMKF)
4
PP NO.32/1996
TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 2

(1) Tenaga kesehatan (g) Tenaga keteknisian medis meliputi ;


terdiri dari: radiografer, radioterapis, teknisi
a. tenaga medis; gigi, teknisi elektromedis, analis
b. tenaga keperawatan; kesehatan, refraksionis optisien,
c. tenaga kefarmasian; ortotik prostetik, teknisi transfusi
d. Tenaga kesehatan darah dan perekam medis. (+ Teknisi
masyarakat; Kardiovaskular /Kep- menkes RI
e. tenaga gizi; No.640/2003 dan Fisikawan Medis
f. tenaga keterapian fisik; / Kepmenkes RI No. 48/2007)
g. tenaga keteknisian
medik.
SK MENPAN NO. 135 TAHUN 2002
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEREKAM MEDIS DAN
ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL
 Dalam rangka pembinaan karier

 Peningkatan kualitas profesionalisme

 Menjalankan tugas pelayanan rekam medis yang


optimal
 Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan
produktivitas kerja PNS
 Bentuk penghargaan pemerintah (tunjangan jabatan
fungsional yang sesuai beban kerja dan tanggung
jawab pekerjaan)
Kepmen Nomor 135 tahun 2002
Pasal 21 : Syarat Pengangkatan dalam Jabatan
1. PNS yang memenuhi syarat :

 D III sesuai kualifikasi yg ditentukan


 Pangkat Pengatur / II C
 Telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan fungsional RM dan ada
sertifikat
 DP 3 baik dalam tahun terakhir
2. Penetapan seperti butir (1) :
- Berdasarkan jumlah angka kredit yang diperoleh dari unsur utama
dan penunjang
3. Kualifikasi pendidikan untuk jabatan Perekam Medis sesuai
ayat (1) ditetapkan oleh Menkes
Perubahan Per/14/M.Pan/3/2006
Pasal 21
1. PNS yang memenuhi syarat :
D III Rekam Medis
 Pangkat Pengatur / II C
 DP 3 baik dalam tahun terakhir
2. Penetapan spt butir (1) :
- Berdasarkan jumlah angka kredit yg diperoleh dari
unsur Utama dan penunjang
- Ditetapkan oleh pejabat yg berwenang
3. Pengangkatan pertama  utk mengisi lowongan
formasi jabatan Perekam Medis  CPNS
Pasal 28 Kepmen 135/2002
 PNS 
- inpassing dalam jabatan Perekam Medis
(tidak berlaku ses. Per 14/2006)
- Inpassing yg sudah diusulkan berjalan
 Angka kredit kumulatif  tetap
 Maksimal pangkat III d, bila dapat mengusulkan
DUPAK sesuai ketentuan.
Per.Pres No. 54 tahun 2007

 Tunjangan Jabatan Fungsional Perekam Medis


(sama dg profesi yg setingkat  D3)

Jabatan :
- Perekam Medis Pelaksana
- Perekam Medis Pelaksana Lanjutan
- Perekam Medis Penyelia
Kepmenkes No. 377/Menkes/XII/2007 tentang standar Profesi Perekam
Medis dan informasi Kesehatan

Tanggung jawab Perekam Medis

secara umum adalah menjamin


terselenggaranya
manajemen informasi kesehatan
yang dimulai dari dibuatnya
rekam medis secara baik dan
benar kemudian dikelola secara
terencana melalui teknologi
informasi dan komunikasi yang
berkelanjutan
Peran dan fungsi Perekam Medis

secara umum Penyelenggaraan MIK


untuk mencapai tujuan Pemerintah
dalam program pelayanan
informasi kesehatan yang cepat,
tepat dan akurat serta terintegrasi
dalam jaringan bersama di dalam
dan/atau diluar rumah sakit.
Ruang Lingkup Perekam Medis (1)

1. Mengumpulkan, mengintegrasikan,
menganalisis data pelayanan kesehatan
primer dan sekunder, menyajikan dan
mendesiminasikan informasi, menata sumber
informasi bagi kepentingan riset perencanaan
monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan.
Ruang Lingkup Perekam Medis (2)

2. Membuat standar dan pedoman manajemen


informasi kesehatan meliputi aspek legal dengan unsur
keamanan (safety), kerahasiaan (confidential),
sekuritas, privasi serta integritas data;

3. Manajemen operasional unit kerja manajemen


informasi kesehatan dibagi berdasarkan kemampuan
sarana pelayanan kesehatan dalam menjalankan
manajemen informasi kesehatannya.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
PEREKAM MEDIS

TUGAS POKOK

Melaksanakan pelayanan rekam


medis dan informasi kesehatan
dengan mengelola
butiran informasi berbasis komputer
(computer-based environment)

hingga mampulaksana dalam penyelenggaraan e-Health


dalam Rekam Kesehatan Elektronik ( RKE / EHR).
FUNGSI

1. Manajer MIK

2. Spesialis Data Klinik (SDK)

3. Koordinator Informasi Pasien (KIP)

4. Manajer Kualitas Data

5. Administrator Sumber Data

6. Analisis pengambilan keputusan/peneliti

7. Petugas Pengaman Data


Peraturan Menteri Kesehatan RI no.
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I, Pasal 1

(1). Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan


dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien

(4) Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan


yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung kepada pasien selain dokter dan dokter gigi.
BAB2, Pasal 2

(1). Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap


dan jelas atau secara elektronik

(2) Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan


teknologi informasi elektronik diatur lebih lanjut
dengan peraturan tersendiri
BAB 7.

Pasal 16
(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan organisasi profesi
terkait melakukan pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimanan dimaksud


pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
Pedoman REKAM MEDIS

 Berdasarkan Permenkes No. 269/2008, tentang Rekam


Medis telah disusun;
-Pedoman Pelayanan Rekam Medis di RS.
-Pedoman Pelayana Rekam Medis di Puskesmas
Sebagai acuan dan panduan teknis dalam
mengembangkan dan mengelola rekam medis baik
manual maupun elektronik agar tercapai pelayanan
yang efektif, aman dan informatif di sarana pelayanan
kesehatan
(pedoman tsb dalam proses legalisasi)
UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 22
(1) Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum.

Pasal 23
(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan wajib memiliki izin dari Pemerintah.

(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 24
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.

Pasal 34
(2) Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang
mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan
izin untuk melakukan pekerjaan profesi.
UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Pasal 12
(2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib
memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus


bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah
Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.
Pasal 52:

(1)Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan


dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit.
Pasal 53
(1)Rumah Sakit wajib menyelenggarakan
penyimpanan terhadap pencatatan dan
pelaporan yang dilakukan untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(2) Pemusnahan atau penghapusan terhadap


berkas pencatatan dan pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kepmenkes No. 50/Menkes/SK/I/1998 tentang Pemberlakuan
Klasifikasi Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi
Kesepuluh

 Badan Kesehatan Sedunia telah menetapkan ICD-10 sebagai


Klasifikasi Statistik Internasional mengenai Penyakit revisi
terbaru yang akan digunakan oleh seluruh negara anggota
WHO.

 Indonesia telah menyusun sub klasifikasi berdasarkan


klasifikasi revisi kesepuluh, yang akan dijadikan dasar untuk
membuat laporan data penyakit
 Untuk keseragaman klasifikasi penyakit di
Indonesia secara internasional

 Memberlakukan Klasifikasi Internasional Mengenai


Penyakit Revisi Kesepuluh (ICD-10) secara nasional
di Indonesia
Dasar Hukum yang digunakan dalam Kepmenkes No.
50/Menkes/SK/I/1998 tentang Pemberlakuan Klasifikasi Statistik
Internasional Mengenai Penyakit Revisi Kesepuluh

 UU RI No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan


di revisi  UU RI No. 36 tahun 2009, tentang Kesehatan

 Permenkes RI No. 558/Menkes/SK/84 tentang Organisasi dan


Tatakerja Departemen Kesehatan;
di revisi  Permenkes No. 1144/Menkes/PER/VIII/2010, tentang
Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan;

 Kepmemkes RI No. 691A/Menkes/SK/XII/84 tentang Sistem


Pelaporan Rumah sakit di Indonesia revisi Ketiga
di revisi  Kepmenkes No. 1410 tahun 2003
di revisi  Permenkes 1171/Menkes/PER/VI/2011, tentang SIRS
Revisi kelima
Kepmenkes No. 844/Menkes/X/2006 tentang
penetapan standar kode data bidang kesehatan

Dalam rangka pengembangan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi guna


memperoleh data dan informasi yang lengkap, menyeluruh, cepat, dan tepat melalui sitem
informasi manajemen berbasis komputer, proses pengelolaan database elektronik
membutuhkan kode data

Agar interrelasi database pada proses integrasinya dapat dilakukan dengan mudah, cepat,
dan tepat, maka kode data dimaksud harus dibuat sama (standar)

Untuk mengoptimalkan penggunaan standar kode data bidang kesehatan di jajaran


kesehatan di pusat dan didaerah

Standar kode data bidang kesehatan digunakan sebagai acuan bagi Departemen
Kesehatan serta pedoman bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penggunaan kode
data
Standar Kode Data Bidang Kesehatan

Standar Kode data ini mengacu kepada kode yang telah ada/digunakan di Badan Pusat
Statistik Depkes dan Depkeu.
Standar Kode data Bidang kesehatan ini terdiri dari;
1. Kode Wilayah
2. Kode Puskesmas
3. Kode Rumah Sakit
4. Kode Apotek
5. Kode Obat
6. Kode Unit Tempat Kerja
7. Kode Pendidikan
8. Kode Pelatihan SDM Kesehatan
9. Kode Peralatan/Barang Inventory
10. Kode Penyakit
Acuan Standar Kode data

1. Kode Wilayah mengacu pada Kodefikasi Badan Pusat Statistik

2. Kode Puskesmas mengacu pada Kodefikasi yang disusun oleh Pusat data dan
informasi berdasarkan data puskesmas dari Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat

3. Kode Rumah Sakit mengacu pada Kodefikasi yang disusun oleh Ditjen Bina
Pelayanan Medik

4. Kode Apotek mengacu pada Kodefikasi yang disusun oleh Pusat data dan
informasi berdasarkan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

5. Kode Obat mengacu pada Kodefikasi yang disusun oleh Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
6. Kode tempat kerja mengacu pada Kodefikasi yang disusun oleh Biro Kepegawaian
berdasarkan Struktur Organisasi Depkes

7. Kode Pendidikan mengacu pada Kode Pendidikan yang digunakan oleh Biro
Kepegawaian Depkes RI berdasarkan kodefikasi pendidikan dari BKN

8. Kode Pelatihan SDM Kesehatan mengacu pada Kode yang digunakan oleh Pusdiklat
SDM Kesehatan

9. Kode Peralatan/barang Inventory mengacu Kepmenkeu tentang Standar dan


Pengkodean Barang Milik Negara dan Kepmenkes tentang Klasifikasi dan Pengkodean
Barang Milik/Kekayaan Negara di lingkungan Kemenkes. Khusus untuk Puskesmas
mengacu pada kodefikasi yang disusun oleh Ditjen Bina Kesmas

10. Kode Penyakit mengacu kepada International Classification of Diseases – X (ICD-X)


PENGEMBANGAN PELAYANAN REKAM MEDIS &
INFORMASI KESEHATAN

1. Penyelenggaraan rekam medis secara


tradisional/manual berbasis kertas

2. Penyelenggaraan rekam medis dengan


sistem komputerisasi terbatas
(komputerisasi hanya registrasi)

3. Penyelenggaraan rekam medis dengan sistem komputerisasi hanya


pada unit kerja

4. Penyelenggaraan rekam medis dengan SIM-RS terintegrasi (Local


Area Networking atau LAN)

5. Penyelenggaraan rekam medis berbasis elektronik (Electronik Medical


Record atau EMR) dengan Rekam Kesehatan Elektronik/elektronik
kesehatan (e-Health) (Work Area Networking atau WAN)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai