Anda di halaman 1dari 14

OLEH : NENY HARDHINI ASMODIASIH

PEMBIMBING : dr. MERVIN JAKARIMILENA, Sp. OT

SMF ILMU BEDAH RSUD JAYAPURA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
ABSTRAK
 LATAR BELAKANG
Tuberkulosis tulang belakang terjadi sekitar 1% dari semua kasus
tuberkulosis. TB tulang→mematikan karena dapat mengenai
sistem neurologis. Diagnosa dini dan pengelolaan yang tepat
→mencegah komplikasi serius.

 METODE
Dilakukan di RSU Sanglah, dari Januari 2014 hingga Desember
2015. Semua pasien didiagnosa dengan teknik pencitraan, diobati
dengan OAT selama 2 minggu dilanjtkann dengan penilaian
fungsioanal MMT, ASIA dan JOA.
 HASIL
10 pasien (8 laki-laki dan 2 perempuan) dengan lokali TB tulang 4
di torakal, 4 di lumbal dan 2 di cervicotorakal. Semua pasien
neurologis membaik dan tidak ada komplikasi.

 KESIMPULAN
Manajemen bedah TB tulang belakang, terbukti efektif dalam
memperbaiki kyphosis. Manajemen awal yang tepat untuk
memastikan prognosis yang lebih baik.

 KATA KUNCI
Spinal tuberculosis, management, pitfalls.
PENDAHULUAN
 Tahun 2009 → 1,2 juta kasus TB baru dengan HIV
dimana 90% di Afrika dan AsiaTenggara.
 TB tulang belakang → TB ekstraparu.
 Tulang yang sering terkena → tulang belakang,
pinggul dan lutut.
BAHAN DAN METODE
 Tempat : RSU Sanglah
 Waktu : Januari 2014- Desember 2015
 Diagnosis : X-ray, CT Scan, MRI
 Semua pasien diberi OAT minimal selama 2 minggu
 MMT digunakan untuk mengevaluasi kekuatan otot pasien
 Semua pasien menggunakan penjepit tubuh min 2 bulan dan
dilanjutkan terapi fisik selama 2 bulan.
 X-ray : post op hari ke-3 dan 2 bulan setelahnya.
 CT Scan : post op minggu ke-8 dan 2 bulan setelahnya.
 ASIA Scale : utnutk mengukur kondisi neurogical
 JOA : Evaluasi Myelopathy
HASIL
 Terdapat 10 pasien (8 laki-laki
dan 2 perempuan).
 Didignosa menggunakan X-ray.
 Pasien menjalani pendekatan tahap
posterior tunggal Laminektomi
stabilisasi dekompresi fusi.
 MMT:
pada usia 42, dan pada usia kisaran 16-64 Semua pasien
memiliki rentang paraparesis dari skala 2/5 ke 4/5 di
skala 5.

 ASIA:
berkisar dari B ke D sebagai berikut: 2 pasien (pts) ke
ASIA B, 4 Poin dengan ASIA. C dan 4 Poin ke ASIA D.

 JOA :
Pra operasi dari 4 sampai 10. rata skor JOA presurgical
adalah 10,5 dan skor pasca-bedah adalah 14,5.
DISKUSI
 TB tulang belakang→OAT (baik untuk recovery)
 OAT dosis awal yang tepat dapat mencegah komplikasi
serius.
 TB tulang belakang →melibatkan dua atau lebih vertebrae
atau melibatkan daerah tulag belakang berbeda.
 Indikasi untuk operasi : defisit neurologis, paravertebral
abses, ketidakstabilan tulang belakang, resistensi anti TB, dan
untuk mencegah komplikasi dari paraplegia di masa depan.
Teknik yang digunakan untuk mengelola deformitas
tulang belakang:
 Smith-Peterson osteotomy (SPO) atau pedicel
pengurangan osteotomy (PSO), jika sudut Konstam
lebih dari 90°, dikombinasikan reseksi tulang
belakang melalui pendekatan anterior-posterior
satu tahap.
 Multilevel tubuh vertebral reseksi modified melalui
pendekatan posterior, untuk pengelolaan deformitas
kyphotic. Mereka melaporkan hasil yang baik melalui reseksi
bertingkat kolom vertebral posterior parah Pott dengan
sudut Konstam lebih dari 90 °.
 Pendekatan posterior tunggal dan operasi hati-hati dengan
osteotomi bertingkat dapat memberikan hasil yang sama
namun resiko yang lebih rendah untuk keselamatan dan
kenyamanan pasien.
KESIMPULAN
 Indikasi bedah: presence defisit neurologis, ketidakstabilan
deformitas terutama pada tulang belakang, abses atau jika
pasien terbukti resisten terhadap obat anti-TB.
 Teknik multilevel SPO dengan instalasi instrumentasi
tulang belakang yang tidak hanya berpusat pada tingkat
toraks tetapi juga involving servikal untuk segmen lumbar
adalah metode yang effective untuk mengelola deformitas
kyphosis.
 Manajemen awal pada TB tulang belakang yang cepat baik
untuk prognosis dan proses pemulihan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai