Anda di halaman 1dari 31

MODEL PRAKTIK KEPENATAAN

ANESTESI DI RUMAH SAKIT


DAN BENTUK PRAKTIK
KEPENATAAN PROFESIONAL
ANESTESI
HARMONIS
Spesialis Penata
Anestesi Anestesi

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit

Undang-undang No. 36 Tahun 2009


DASAR HUKUM

tentang Kesehatan

Undang-undang No. 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran

Undang-undang No. 36 Tahun 2014


tentang Tenaga Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 519/MENKES/PER/ III/2011 Tentang


Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di
Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2016 Tentang Izin dan


Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi
STANDAR ASSESSMENT OF PATIENT (AOP) 4 :
KOLABORASI ANTAR TIM KESEHATAN

Kolaborasi antar tim kesehatan merupakan


suatu bentuk kerjasama harmonis dengan
profesi lain (dokter, penata, penata anestesi,
terapis, farmasi, dietisien, radiographer,
analis dll) sebagai mitra kerja untuk tujuan
yang sama yaitu memberikan pelayanan
kesehatan pada pasien dan masyarakat yang
optimal

DOKTER SPESIALIS ANESTESI - PENATA ANESTESI


TUJUAN DARI KOLABORASI
 Meningkatkan percepatan, efektivitas, dan
efisiensi upaya kesehatan
 Meningkatkan saling pengertian antar
profesi
 Meningkatkan hubungan saling percaya
 Meningkatkan daya, kemampuan dan
kekuatan
 Meningkatkan rasa saling menghargai
 Meningkatkan hubungan saling memerlukan
dan memberikan pelayanan
KOLABORASI
ANTARA DOKTER SPESIALIS ANESTESI DAN PENATA ANESTESI

Penata
Anestesi

Dokter
Anestesi
TINDAKAN ANESTESI

Tindakan medis yang dilakukan oleh dokter


spesialis anestesi dibantu oleh penata
anestesi di kamar operasi pada pasien yang
akan menjalani pembedahan
STANDAR PRAKTIK
PENATA ANESTESI
© International Federation of Nurse Anesthetists, 2012
TUJUAN PENETAPAN STANDAR PRAKTIK
PENATA ANESTESI
 Menetapkan dasar umum bagi para penata
Anestesi dalam asuhan kepenataan anestesi
 Membantu profesi dalam melakukan penilaian
kualitas penataan dan pelayanan yang diberikan
oleh praktisi
 Membantu masyarakat untuk memahami apa yang
diharapkan daripara penata Anestesi
STANDAR I
Pasien semestinya menjalani penilaian preanestesi yang lengkap dan
menyeluruh
Interpretasi:
 penata Anestesi akan melakukan dan atau berpartisipasi dalam tindakan
penilaian fisiologi dan psikologi pada preanestesi.
 Penilaian meliputi riwayat kesehatan pasien dan masalah-masalah
kesehatan yang sedang dialami dan kondisi fisik sebagai dasar untuk
menentukan kebutuhan penataan selama periode pembedahan.
 Bagi penata Anestesi, fungsi ini dilakukan pada masa sebelum, selama, dan
sesudah pemberian anestesi. Kecuali dalam keadaan luar biasa atau gawat
darurat
 penata Anestesi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pemeriksaan
yang relevan telah lengkap dan penilaian dilakukan secara seksama
STANDAR II
Rencana penataan anestesi yang akan diterapkan semestinya
didasarkan pada ilmu pengetahuan penataan, konsep dan
prinsip penataan
Interpretasi :
• Rencana penataan dibuat secara sistimatik berdasarkan
informasi dari riwayat psikologis pasien, riwayat sosial dan
riwayat medis dari pasien, pemeriksaan fisik, laboratorium,
radiologis dan data diagnosis yang lain
• Rencana penataan juga didasarkan pada antisipasi dalam
prosedur, penggunaan alat-alat dan dikoordinasikan dengan
petugas kesehatan lain yang tepat.
• Catatan medis dari pasien semestinya merefleksikan bahwa
“informed consent” telah didapat
STANDAR III
Penatalaksanaan anestesi meliputi kehadiran penata Anestesi secara kontinyu
dalam memberikan atau berpartisipasi dalam pemberian anestesi umum atau
anestesi regional dan obat-obat tambahan kepada pasien semua umur dan
kategori dalam berbagai prosedur pembedahan dan prosedur medis terkait.
Interpretasi:
 penata Anestesi semestinya menggunakan berbagai macam tehnik, obat-
obat anestesi, obat-obat tambahan dan berbagai macam peralatan dalam
tindakan penataan pasien, serta pengelolaan efek samping dalam
penataan anestesi
 penata anestesi diwajibkan memahami efek samping obat dan
menggunakan peralatan dengan cara yang bertanggung jawab kompeten.
STANDAR IV
penata Anestesi semestinya memonitor respon fisiologis dan psikologis,
menaksir dan menggunakan data yang didapat dari alat-alat monitoring
invasive maupun noninvasive guna memelihara dan menstabilkan kondisi
pasien, dan melakukan penataan resusitasi. Kewaspadaan semestinya dijaga
terhadap terjadinya reaksi yang teridentifikasi dan tindakan korektif
dilakukan kapanpun diperlukan.
Interpretasi:
 penata anestesi memantau tanda-tanda vital dan siap untuk menghindari
efek samping
 penata Anestesi semestinya melakukan pengamatan, mencatat dan
melaporkan gejala dan tanda-tanda fisologis dan psikologis dari pasien
dan memberikan tindakan resusitasi
 Tindakan resusitasi selama anestesi meliputi terapi cairan, terapi obat,
meningkatkan stabilitas kardiovaskular dan pemeliharaan saluran napas
dan pemberian bantuan ventilasi atau ventilator.
STANDAR V
penata Anestesi bertanggung-jawab atas pencatatan
tindakan dan respon pasien secara cermat dan akurat
dalam lembar pencatatan pasien.
Interpretasi:
Pencatatan yang akurat akan memudahkan penataan
pasien secara komprehensif, tersedianya informasi
untuk data peninjauan ulang dan riset serta
menyiapkan pencatatan medis yang legal
STANDAR VI
penata Anestesi semestinya mengakhiri atau ikut serta dalam pengakhiran
anestesi, menentukan kondisi fisiologis dan psikologis yang cukup baik dan
melaporkan data yang berhubungan dengan pasien itu kepada petugas
yang tepat.
Interpretasi:
penata Anestesi mengakhiri atau ikut serta dalam pengakhiran anestesi,
mengidentifikasi masalah-masalah pasien dan mengambil tindakan yang
tepat pada periode awal pasca bedah. penata Anestesi melaporkan secara
tepat tentang kondisi pasien kepada petugas yang tepat yang memerlukan
informasi sejenis itu dan tetap berada didekat pasien sampai kondisi cukup
aman untuk memindahkan tanggungjawab penataan kepada petugas yang
tepat.
STANDAR VII
Pasien semestinya mendapatkan penataan langsung pasca-anestesi oleh
petugas yang tepat.
Interpretasi:
penata Anestesi semestinya tetap berada disamping pasen selama
dibutuhkan guna menstabilkan kondisi pasien dan melaporkan semua data
yang penting dalam penataan peri-operative kepada personil yang bertugas
untuk penataan lebih lanjut.
STANDAR VIII
Tindakan pencegahan keselamatan yang tepat harus diambil untuk menjamin
pemberian obat yang aman dari penataan anestesi.
Interpretasi:
Tindakan pencegahan dan kontrol, sebagaimana ditetapkan dalam lembaga,
harus benar-benar dipatuhi, sehingga untuk meminimalkan bahaya bahaya dari
listrik, api, dan ledakan ditempat pelayanan anestesi. Peralatan anestesi harus
diperiksa dan diuji sesuai dengan prosedur operasi standar oleh penata anestesi
sebelum digunakan. penata anestesi memeriksa kesiapan, ketersediaan,
kebersihan, dan kondisi kerja dari semua peralatan dan harus mengidentifikasi
dan mengambil tindakan yang tepat terkait dengan masalah peralatan anestesi.
Dokumentasi semestinya dibuat dalam catatan medis pasen mengenai mesin
anestesi dan peralatan yang dicek. Kebijakan pengecekan secara rutin untuk
menjaga keamanan dari peralatan anestesi dan monitor semestinya
dikembangkan oleh orang-orang yang kompeten maupun oleh departemen
dalam institusi. Kebijaksanaan tertulis tentang pengendalian infeksi semestinya
dikembangkan dan diikuti agar supaya memperkecil resiko terjadinya penyakit
infeksi pada pasien maupun petugas kesehatan dan kebijakan lain untuk
melindungi pasien dari bahaya dan komplikasi yang tak diharapkan.
STANDAR IX
penata anestesi harus berusaha untuk mencegah infeksi yang terkait melalui
praktek-praktek seperti melakukan kebersihan tangan yang benar dan
pembersihan atau sterilisasi peralatan.
Interpretasi:
penata Anestesi semestinya ikut serta dalam peninjauan ulang dan evaluasi
secara periodik pada kualitas dan kelayakan dari pelayanan anestesi.
Peninjauan ulang dan evaluasi semestinya dilakukan sejalan dengan program
jaminan kualitas institusi. Sebagai seorang profesional dengan keahlian
dalam anestesi, penata anestesi mencegah infeksi nosokomial dan penyakit
menular
STANDAR X
Dalam praktek dokter anestesi, penata harus ditinjau dan dievaluasi untuk
menjamin penataan yang berkualitas.
Interpretasi:
penata anestesi harus berpartisipasi dalam tinjauan periodik dan evaluasi
kualitas serta kesesuaian penataan anestesi. Penelaahan dan evaluasi harus
dilakukan sesuai dengan program jaminan kualitas lembaga.
penata Anestesi semestinya memelihara praktiknya dengan menerapkan
tehnik dan pengetahuan yang mutakhir yang didapat melalui suatu
pendidikan berkelanjutan. penata Anestesi semestinya dilibatkan dalam riset
sebagai peneliti, pemberi pelayanan pada pokok penelitian, atau pengguna
dari riset demi perkembangan profesi. penata Anestesi melindungi hak pasien
atau binatang percobaan yang dilibatkan dalam penelitian dan bergabung
dalam riset sesuai dengan etika riset dan standar pelaporan.
STANDAR XI
penata anestesi harus memelihara praktek anestesi berdasarkan proses yang
berkesinambungan dari awal dengan praktik berbasis bukti,pedoman, dan
standar yang diterima secara internasional.
Interpretasi:
Kinerja klinis penata anestesi ini menggabungkan teknik bukti berdasarkan
dan pengetahuan serta pedoman dan standar internasional. penata anestesi
dapat terlibat dalam penelitian sebagai penyidik, penyedia layanan untuk
penelitian mata pelajaran, atau pengguna hasil penelitian untuk kemajuan
profesi. penata anestesi melindungi hak-hak pasien atau hewan yang terlibat
dalam proyek-proyek penelitian dan melakukan proyek menurut penelitian
dan pelaporan etika standar.
STANDAR XII
penata anestesi mendukung dan mempertahankan hak-hak
dasar pasien untuk privasi dengan melindungi informasi yang
bersifat rahasia dari mereka yang tidak memerlukan informasi
tersebut untuk penataan pasien. Selain itu, penata anestesi
mendukung hak-hak pasien untuk kemerdekaan berekspresi,
keputusan, dan tindakan.
Interpretasi:
Sebagai seorang profesional yang mahir dalam anestesi, maka
penata Anestesi itu mendidik orang lain. penata anestesi
menghormati kerahasiaan informasi tentang pasien, dalam
hubungan klinis dan menghormati secara keseluruhan dan
mempertahankan hak-hak dasar pasien menunjukkan kepedulian
terhadap martabat pribadi dan hubungan manusia.
STANDAR XIII
penata anestesi berpartisipasi dalam pendidikan
kesehatan kepada pasien, anggota lain dari tim
kesehatan dan anggota masyarakat sebelum,
selama dan setelah masa operasi. penata anestesi
adalah narasumber serta bagian dari tim dalam
resusitasi cardiopulmonari dan juga terlibat dalam
manajemen nyeri.
Interpretasi :
Sebagai seorang profesional dengan keahlian dalam
anestesi, penata anestesi mendidik orang lain.
STANDAR XIV
penata anestesi memberikan penataan yang aman
dan berpusat pada pasien berdasarkan bukti yang
tersedia. penata anestesi mengakui tanggung jawab
praktek profesional dan mempertahankan tingkat
kualitas yang tinggi dalam pengetahuan, penilaian,
keterampilan teknologi, dan nilai-nilai profesional
prasyarat untuk memberikan penataan pasien
berpusat
Interpretasi:
penata anestesi menerima tanggung jawab dan akuntabilitas untuk praktek,
terlibat dalam kegiatan pendidikan profesional seumur hidup dan
berpartisipasi dalam mekanisme jaminan kualitas sebagai dasar untuk menilai
kualitas pelayanan dan praktek.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NO. 18 TAHUN 2016 TENTANG
IZIN DAN PENYELENGGARAAN
PRAKTIK PENATA ANESTESI
PERMENKES NO. 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

Bahwa Penata Anestesi merupakan salah satu dari


jenis tenaga kesehatan yang memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berupa asuhan kepenataan anestesi
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Penata Anestesi dalam menjalankan praktik


keprofesiannya berwenang untuk melakukan
pelayanan asuhan kepenataan anestesi pada:
praanestesi, intraanestesi, dan pascaanestesi.
PERMENKES NO. 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PASAL 11
Praanestesi Intraanestesi Pascaanestesi

• Persiapan • Pemantauan • Merencanakan


administrasi pasien peralatan dan tindakan
• Pemeriksaan obat-obatan ssi kepenataan pasca
tanda-tanda vital perencanaan tindakan anestesia
• Pemeriksaan lain teknik anestesia • Penatalaksanaan
yang diperlukan • Pemantauan dlm manajemen
• Pemeriksaan dan keadaan umum nyeri
penilaian status pasien • Pemantauan
fisik pasien • Pendokumentasian kondisi pasien
• dst semua tindakan pasca
pemasangan
kateter apidural
• dst
PERMENKES NO. 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

Pelimpahan
wewenang

Bila tidak terdapat dokter


spesialis anestesiologi
disuatu daerah

Penugasan dari pemerintah


sesuai kebutuhan

Hanya dapat dilakukan di


fasilitas yankes milik
pemerintah atau daerah
PERMENKES NO. 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PASAL 13
Pelimpahan wewenang secara mandat dari Dokter Spesialis Anestesiologi
atau dokter lain dalam rangka membantu pelayanan anestesi meliputi :
1. Pelaksanaan anestesia sesuai dengan instruksi dokter spesialis anestesiologi
2. Pemasangan alat monitoring non invasif
3. Melakukan pemasangan alat monitoring invasif
4. Pemberian obat anestesi
5. Mengatasi penyulit yang timbul
6. Pemeliharaan jalan nafas
7. Pemasangan ventilasi mekanik
8. Pemasangan alat nebulasi
9. Pengakhiran tindakan anestesia dan
10. Pendokumentasian pada rekam medik
PERMENKES NO. 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI
PASAL 14
1. Pelimpahan wewenang berdasarkan penugasan pemerintah (pada
pasal 12b) dalam hal tidak terdapat dokter spesialis anestesiologi di
suatu daerah
2. Hanya dapat dilakukan oleh Penata Anestesi yang telah mendapat
pelatihan
3. Pelayanan pelimpahan kewenangan meliputi pelayanan anestesi
sesuai dengan kompetensi tambahan yang diperoleh melalui pelatihan
4. Pelatihan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah provinsi
/kabupaten bekerja sama dengan organisasi terkait
5. Pelatihan harus terakreditasi sesuai ketentuan
6. Pelimpahanan wewenang hanya dapat dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan milik Pemerintah/Pemda
PERMENKES NO. 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI
PASAL 16
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa,
penata anestesi dapat melakukan tindakan
pelayanan anestesi diluar wewenangnya dalam
rangka pertolongan pertama
2. Pertolongan pertama ditujukan untuk mengurangi
rasa sakit dan menstabilkan kondisi pasien
3. Penata anestesi wajib merujuk pasien kepada tenaga
kesehatan yang berkompeten setelah pertolongan
pertama selesai dilakukan
PERMENKES NO. 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PASAL 17
1. Penata anestesi dalam melaksanakan praktik keprofesiannya wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan yang diberikan oleh dokter
spesialis anestesiologi
3. Pendidikan dan pelatihan dapat bekerjasama dengan organisasi
profesi
KESIMPULAN
UNTUK DISEPAKATI SESUAI ATURAN

Tindakan anestesi wajib dilakukan


oleh DOKTER SPESIALIS ANESTESI
Pelimpahan wewenang kepada
Penata Anestesi
Bila tidak ada Spesialis Anestesi
Kebutuhan Daerah  tanggung jawab
PEMDA
Keadaan Darurat

Anda mungkin juga menyukai