Anda di halaman 1dari 20

OCULAR COMPLICATIONS DUE TO

INTRAORAL LOCAL ANESTHESIA: A


CASE REPORT

OLEH:
H I L M I YA H YA
J530165037
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
PENDAHULUAN

Anestesi lokal diberikan pada rongga mulut dapat


menimbukan resiko secara sistemik maupun lokal.
Komplikasi yang dapat terjadi:
1. Jarum patah,
2. Hiperestesia atau sensasi terbakar selama injeksi
anestesi,
3. Paresthesia persisten,
4. Pembentukan hematoma,
5. Gangguan pada mata (0,4-1% dari semua
komplikasi)
 Komplikasi yang dapat terjadi pada mata:
Diplopia penglihatan ganda ( paling sering)
Strabismus mata juling
Amaurosis  penglihatan hilang sementara
Ptosis turunnya kelopak mata
Mydriais pelebaran pupil
Ophthalmoplegia kelumpuhan 0tot mata
Enophthalmos mata cekung ke dalam
LAPORAN KASUS

Seorang pasien wanita berusia 67 datang ke dokter gigi


untuk dilakukan ekstraksi gigi molar kedua rahang atas.
Pasien telah diberitahu tentang kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi. Anestesi lokal intraoral diinjeksikan di
sebelah kiri nervus alveolar superior posterior (1,8 ml 2%
lignokain dengan dilusi 1: 80000 adrenalin) untuk
ekstraksi gigi molar kedua maksila kiri. Setelah 10 menit,
Pasien mengeluhkan penglihatan kabur ganda
karena kelumpuhan otot rectus lateral kiri. Ekstraksi
dilakukan sekitar 2 jam dan gejala pada mata mulai hilang.
Pasien dirujuk ke dokter mata dan tidak mendeteksi
adanya kelainan patologis pada mata.
PEMBAHASAN

Manifestasi neuro-ophthalmological akibat anestesi oral disebabkan


karena mekanisme berikut:
a) Difusi sederhana dari fossa pterygopalatine ke rongga orbital akibat
cacat pada tulang atau melalui pembuluh darah jaringan limfatik dan
vena yang terhubung.
b) Injeksi yang tidak disengaja ke orbit melalui fisura orbital inferior.
c) Injeksi intra-arterial yang tidak disengaja ke arteri alveolar superior
dengan aliran retrograde ke arteri maksila internal dan kemudian ke
arteri meningeal tengah.
d) Injeksi vena yang tidak disengaja ke dalam plexus vena pterygoid.
Pleksus ini berhubugan dengan vena oftalmik inferior melalui fissura
orbital inferior.
e) goresan yang tidak disengaja pada arteri
 Teknik anestesi yang sering menimbulkan
komplikasi pada mata:
1. Blok N. Alveolaris Superior Posterior
2. Blok N. Alveolaris Inferior

Dalam kasus ini, diplopia akibat kelumpuhan otot


rektus lateral terjadi 10 menit setelah injeksi
anestesi lokal intraoral nervus alveolaris superior
posterior hilang setelah 2 jam. Diduga disebabkan
over insersi jarum anestesi.
Jurnal pendukung 1

 You (2015) “Diplopia after inferior alveolar nerve


block: case report and related physiology”:
Seorang pasien wanita berusia 29 tahun datang ke
dokter gigi untuk mencabutkan gigi molar ketiga
bawah dan perawatan karies gigi. Pasien tidak
memiliki riwayat medis yang spesifik. Pasien
didiagnosis mengalami perikoronitis kronis di area
gigi molar ketiga kanan bawah dari karies gigi molar
kanan bawah.
TP/ ekstraksi dengan anestesi blok alveolaris
inferior.
 Bahan: Dua ampul 1,8 lidokain hidroklorida 2% dengan 1: 100 000
epinefrin
 Alat : jarum 27-gauge 30 mm
 Aspirasi : Negatif
 Gejala yang muncul : pusing, penglihatan kabur, diplopia, dan
ketidaknyamanan di kelopak matanya, wajah pucat di beberapa bagian.
Vital sign normal. Gejala hilang setelah 20 menit
 Diagnosis : Diplopia sementara
 Penyebab komplikasi:larutan anestesi yang masuk hingga
mempengaruhi saraf mata. Larutan anestesi dapat terbawa oleh arteri
ataupun vena yang menuju ke mata. Larutan anestesi juga dapat
berdifusi ke fosa infratemporal, pterygomaxillary fosa, fisura orbital
inferior, atau rongga orbital yang kemudian mempengaruhi saraf
ekstraokuler
JURNAL PENDUKUNG 2

Barodiya et al (2017) “Temporary Blindness after Inferior


Alveolar Nerve Block”
Seorang pasien berusia 30 tahun datang ke dokter gigi
dengan keluhan utama sakit dan bengkak di daerah gigi
belakang bawah kanan. Pasien itu didiagnosis mengalami
pericoronitis dengan kaitannya dengan molar ketiga kanan
bawah. Rencana perawatannya ekstraksi gigi molar ketiga
kanan bawah dengan anestesi blok alveolaris inferior.
Tanda vital pasien berada dalam batas normal. Tidak ada
riwayat penyakit sistemik.
 Bahan: 1,8 ml lidokain 2% dengan adrenalin
 Alat : jarum 27-gauge 30 mm
 Aspirasi : Negatif
 Gejala yang muncul : ketidaknyamanan di sisi wajah yang sama. Pasien
melaporkan kaburnya penglihatan dengan mata kanan diikuti oleh
kehilangan penglihatan kedua matanya. Pemeriksaan fisik
menunjukkan tidak ada perubahan tanda vital dan pasien sadar. Gejala
hilang setelah 30 menit.
 Diagnosis : Kebutaan sementara
 Penyebab: Injeksi intravaskular larutan anestesi ke arteri alveolar
inferior dan aliran balik anestesi agen ke dalam arteri maksilaris
interna dan arteri oftalmik.
Pengetahuan mengeni anatomi ruang pterygomandibular dan aspirasi
dengan hati-hati sebelum mendeponir larutan aestesi dapat
menghindari komplikasi tersebut.
JURNAL PENDUKUNG 3

Ravi et al (2015) melakukan literatur review dari


tahun 1936-2014 mengenai kasus komplikasi pada
mata akibat anestesi intraoral .
 Gejala pada mata
umumnya terjadi selama
30 menit dengan onset
yang bervariasi dari
hitungan detik hingga
menit. Namun beberapa
kasus gejala berlangsung
selama beberapa hari-
minggu (7,1%) hingga
permanen (5,5%).
LAPORAN KASUS PEMBAHASAN

Komplikasi pada mata terjadi


Pasien dilakukan pencabutan
akibat masuknya larutan
gigi molar ketiga dengan
anesteri ke saraf-saraf pada
anestesi blok alveolaris
mata. Larutan anesteri dapat
inferior. Pasien merasakan
mengenai saraf-saraf pada
penglihatannya hilang dan
mata akibat injeksi intra-
tidak dapat membuka
arterial, injeksi intra-vena, dan
mata. Setelah 5 menit psien
difusi lokal. Goresan jarum
dapat melihat kembali namun
pada pembuluh darah tidak
masih terdapat gangguan pada
menyebabkan aspirasi positif,
adduksi mata. Penglihatan
namun dapat menyebabkan
kembali normal setelah 30
masuknya larutan anestesi ke
menit.
pembuluh darah.
JURNAL PENDUKUNG 4
Tindakan pencegahan yang perlu dilakukan untuk
mencegah komplikasi pada mata antara lain:
 Hindari suntikan ke sistem vaskular
 Aspirasi sebelum disuntik dan perlahan atur agen
anestesi
 Mengetahui struktur anatomi dengan benar
mengenai anestesi blok saraf tertentu
 Ikuti teknik dan prosedur injeksi dengan benar.

Jika pasien mengalami gejala yang belum hilang,


maka disarankan untuk dirujuk ke dokter mata.
KESIMPULAN

Komplikasi okuler merupakan hal yang mungkin


terjadi setelah dilakukan anestesi intraoral meskipun
jarang terjadi. Komplikasi okuler umumnya bersifat
sementara. Komplikasi okuler dapat disebabkan
masuknya larutan anestesi ke persarafan mata
melalui pembuluh darah atau melalui difusi. Teknik
yang benar serta aspirasi sebelum mendeponir
larutan anestesi penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi okuler.
DAFTAR PUSTAKA

 Barodiya A., Thukral R., Agrawal S.M., Rai A., Singh S. 2017. Temporary Blindness after
Inferior Alveolar Nerve Block. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 11(3): 24-25.

 Costea C.F., Cucu A.I., Earar N., Dimitriu G., Dancă C., Chihaia M.A., Turliuc D.M. 2017.
Ocular Complications Due To Intraoral Local Anesthesia: A Case Report. Romanian
Journal of Oral Rehabilitation. 9(1):87-93.

 Patil K, Munoli K, Kumar V., Venkataraghavan K. 2013. Intraoral Local Anesthesia and
Ocular Complications. World Journal of Dentistry. 4(2):108-112.

 Ravi P., Gopi G.,Shanmugasundaram S., Raja K. 2015. Ocular Complications with Dental
Local Anaesthesia – a Systematic Review of Literature and Case Report. SADJ.70(8):354-
357.

 You T.M. 2015. Diplopia After Inferior Alveolar Nerve Block: Case Report and Related
Physiology. Journal of Dental Anesthesia and Pain Medicine. 15(2):93-96.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai