BLOK 3.4
Modul 1
KELOMPOK 1A
1610313035 RIFQI WAHYUDI IRMAWAN
1610312019 MOHAMMAD FAUZAN
1610313056 MUHAMMAD THARIQ ISNAINI
1610312012 WIDIA FEBRINA
1610312031 DWI PUTRI AMELIA
1610311070 REZI OKTAVIANI
1610311002 HURIYAH FAUZANI
1610312023 AFRIADE YOLANDA
1610311003 FRIESKA SEPTI AWWALIA
1610213054 FAUZAN JUNANDA PUTRA
Tutor
Dr. dr. Masrul, MSc, SpGK
MODUL 1
Skenario 1: BADI DAN MATANYA
Badi berusia 17 tahun adalah seorang siswa SMA
favorit yang merupakan bintang lapangan bulutangkis di
sekolahnya. Badi datang ke Puskesmas dengan keluhan mata
kanan kabur setelah terkena shuttlecock 2 hari yang lalu. Mata
Badi juga bengkak dan terasa agak nyeri.
Dokter yang memeriksa mendapatkan visus mata kanan
6/50 sedangkan mata kirinya normal, kelopak mata kanan
udem, hiperemis dan blepharospasme sehingga mata agak sulit
dibuka. Pada permukaan okuler, terdapat injeksi konjungtiva
dan injeksi siliaris, tetapi tidak ada sekret. Kornea bagian
sentral ada erosi berukuran diameter 2 mm. Pada kamera okuli
anterior (KOA) terlihat darah mengisi ½ kedalaman KOA
sehingga pupil bagian bawah tidak bisa dinilai.
Menurut dokter, Badi harus bedrest dan dirawat di
rumah sakit yang ada Dokter Mata, karena ditakutkan terjadi
glaukoma atau corneal blood staining. Keluarga
menanyakan apakah mata bengkak dan sulit untuk dibuka itu
ada hubungan dengan mata kaburnya? Dan apakah penyakit
mata Badi dapat disembuhkan?
Bagaimana anda menjelaskan masalah penglihatan yang
dialami oleh Badi
STEP 1: TERMINOLOGY
1. PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 th 2014)
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau
wilayah kerja (Depkes, 2011).
3. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan Budi?
= tidak ada hubungan signifikan. Namun untuk kejadian terkena
shuttlecock ke mata lebih sering pada laki-laki dikarenakan hobi
bermain bulu tangkis lebih banyak pada laki-laki.
Hasil
pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.
Hasil dapat sebagai berikut misal :
VOD 6/6
VOS 6/6
6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen chart
6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart
6/60 pasien bisa membaca barisan huruf 6/60 biasanya huruf yang paling atas.
Visus yang tidak 5/5 atau yang tidak 6/6 dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan
memakai try lens
Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari
pemeriksa.
5/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 5 meter
1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1 meter.
Apabila pasien tidak bisa juga hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan
selanjutnya dg menilai gerakkan tangan didepan pasien dengan latar belakang
terang.
Jika pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1 m, maka
tajam penglihatan dicatat.
VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu menentukan arah
proyeksinya.
Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan
penlight ke
arah mata pasien.
Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi
(nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik
(Light Perception/LP).
Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilai an V = 1/ ~ (LP, proyeksi
salah) .
Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP).
Mengapa terdapat erosi kornea berukuran 2 mm?
=Erosi kornea dapat disebabkan karena adanya benda asing di dalam
mata,adanya usaha untu mengeluarkan atau menarik benda asing terse
but misalnya dengan jari kuku, atau melalui mekanisme nonkontak se
perti pada pekerja yang terkena percikan api alat las. Pada kondisi ini,
pasien memerlukan intervensi karena adanya rasanyeri yang ditimbu
lkan.Pada erosi kornea, sel epitel yang melapisi kornea dapat hilangse
bagian atau hilang total.
Gejala
Khemis
1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo,
bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat).
2. cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.
Fisis
1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las,
sinar matahari.
2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi
pekerja radiologi
26
Epidemiologi Trauma pada Mata
Kasus trauma mata termasuk kasus yang sering
ditemui
Sekitar 1,6 juta orang didunia mengalami kebutaan, 2,3
juta orang dengan gangguan penglihatan unilateral, dan
19 juta orang dengan gangguan penglihatan unilateral
akibat trauma pada mata
Biasanya terjadi di tempat kerja, rumah, saat olahraga,
dan kecelakaan lalu lintas.
Insidennya lebih tinggi pada laki-laki, orang-orang
pecandu alkohol dan orang dengan tingkat sosial
ekonomi yang rendah
di Australia sekitar 29 ribu orang mengalami trauma
pada mata setiap tahunnya
Berdasarkan data dari RISKESDAS 2018
cedera mata terjadi paling banyak pada usia
35-54 tahun
Laki-laki : Perempuan = 0,7 : 0,4
Berdasarkan tingkat pendidikan, insiden
paling banya pada orang tamat SD/MI
Berdasarkan status pekerjaan, insiden paling
banyak pada orang yang bekerja sebagai
wiraswata, kemudian petani dan buruh/sopir
Berdasarkan tempat tinggal, cedera mata
lebih sering terjadi pada pedesaan
Etiologi dan Faktor Risiko Trauma
Mata
Trauma Fisik atau Mekanik
◦ Trauma tumpul
◦ Trauma tajam
Trauma Kimiawi
• Trauma Asam
• Trauma Basa
Trauma Radiasi
Trauma Thermal
Faktor Risiko Trauma Mata
Etiologi Bahan Kimia asam
Asam sulfur
Asam hidroklorida (HCl)
Asam nitrat
Asam asetat
(CH3COOH)
Asam kromat (Cr2O3)
Asam hidroflorida.
Etiologi Bahan Kimia basa
Semen
Soda kuat
Amonia
NaOH
CaOH
Cairan pembersih dalam rumah tangga
Patogenesis dan Patofisiologi
Trauma pada Mata
Trauma Tumpul
Hematoma palpebra
2. Edema kornea
- Penglihatan kabur
- Rasa sakit pada mata
- Silau
- Terlihat pelangi sekitar bola lampu
- Kornea terlihat keruh
3. Erosi kornea
- mata berair
- blefarospasme
- lakrimasi
-fotofobia
4. iridolegia
- gangguan akomodasi
-silau
- pupil anisokoria
- bentuk pupil tidak irregular
5. iridodialisis
- pasien melihat ganda dengan satu mata nya
- pupil terlihat lonjong
6. Hifema
- sakit disertai epifora dan blefarospasme
- penglihatan pasien akan sangat menurun
B. Trauma tembus bola mata
- peningkatan tekanan dalam orbita dan intraokular
- deformasi bola mata
- visus menurun
- bentuk dan letak pupil berubah
- terlihat ada ruptur kornea
- terdapat jaringan yang prolaps
- konjungtiva kemotis
C. Trauma kimia
1. Trauma asam
- kerusakan terjadi pada bagian superfisial saja
- tajam penglihatan tida banyak terganggu
2. trauma basa
- derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis
pungtata
- derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang nya
epitel kornea
- derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva
dan lepas nya epitel kornea
- derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%
D. Trauma radiasi
1. Sinar infra red
- pupil melebar / midriasis
- kekeruhan kornea, iris
- kerusakan macula karena berfokus nya sinar pada macula
2. sinar UV
- terlihat eritema batas jelas pada daerah yang teriritasi
3. sinar X
- terjadi perubahan vaskularisasi
- korpus siliaris menjadi edema dan dilatasi yang bisa
berakibat glaukoma
Prinsip Diagnosis (Holistik) Trauma
pada Mata
Tajam, tumpul, dan benda asing.
Anamnesis
◦ Proses terjadi trauma, jenis (besar+bahan) benda, arah
datang, kecepatan dan waktu benda mengenai mata.
◦ Ketajaman penglihatan sebelum dan sesudah cedera.
Progresif lambat/mendadak.
◦ Curigai ada benda asing intraokular
◦ Apakah trauma disertai keluarnya darah.
◦ Riwayat pertolongan sebelumnya.
Pem. Fisik
◦ Inspeksi konjungtiva.
◦ Pemeriksaan KOA
Grading
Asam askorbat
mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan
membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea.Natrium askorbat 10 % topikal
diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikansampai dosis 2 gr.
Trauma Tumpul
Benda Asing Konjungtiva
Segera angkat benda asing; resiko infeksi
Berikan anastesi topikal ( Pantocain 2% )
Ekstraksi menggunakan cutton bud atau
jarum
Berikan salf mata Antibiotik
Tutup mata dengan perban jika bekas luka
luas dan berdarah
Perdarahan Knjungtiva
Diserap spontan dalam 10-14 hari
Lubrikasi ; tear film
Bila berulang : cari penyakit dasar nya ( tu
penyakit vascular )
Bila tidak ada trauma ; observasi
Bila ada trauma ; hati-hati adanya
perdarahan intra okular , lakukan
pemeriksaan funduskopi ; mencari
perdarahan vitreus atau retina ( periksa
visus dg teliti )
Komplikasi dan Prognosis
Trauma pada Mata
Laserasi Palpebra
Komplikasi :
Sikatrik kulit
Selulitis
Entropion
Ekstropion
Hifema
Komplikasi :
Re-bleeding ( terganggu proses homeostasis )
Glaukoma sekunder ; menjadi atropi papil
Imbibisi kornea ( Corneal Blood Staining )
Dislokasi Lensa
Komplikasi
Glaukoma Sekunder
Inflammasi di vitreus
Endoftalmitis
Prognosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis adalah jaringan prolaps, luas dan
panjang Iuka, ada tidaknya komplikasi.
Kasus Rujukan dan Tatalaksana
Awal Kasus Trauma pada Mata
Level kompetensi 4A
◦ Benda asing di konjungtiva
◦ Perdarahan subkonjungtiva
Level kompetensi 3A
◦ Hifema
Level kompetensi 3B
◦ Laserasi kelopak mata
Level kompetensi 2
◦ Laserasi ductus lakrimal
◦ Erosi kornea
◦ Benda asing di kornea
HORDEOLUM (4A)
Definisi : Hordeolum adalah infeksi kelenjar di palpebra (Zeis, Moll, Meibom)
Klasifikasi :
Hordeolum interna (Meibom), berukuran besar.
Hordeolum eksterna (Zeis, moll), berukuran lebih kecil dan lebih superfisial.
Etiologi : staphylococcus
Patogenesis : inflamasi
Gejala : benjolan merah dekat pangkal butu mata, nyeri tekan, Hordeolum interna
dapat menonjol ke kulit atau ke permukaan konjungtiva, hordeolum eksterna
selalu menonjol ke arah kulit.
Diagnosis :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
DD : selulitis preseptal, konjungtivitis adenovirus, granuloma pyogenik, kalazion
Terapi:
Kompres hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit, mata tertutup
Bersihkan kelopak dg shampo bayi
Hordeolum jangan ditekan, hindari penggunaan kontak lens dan riasan mata
Terapi topikal dengan oxytetrasiklin salep mata/kloramfenikol tiap 8 jam
Terapi oral sistemik dg eritromisin 500mg, sesuai BB
Insisi dan drainase bahan purulen (jika keadaan tidak membaik dalam 48
jam/jika ada fluktuatif)
Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk
menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Diawali anestesi topikal dg
patokain tetes mata, sayat, lalu pencet untuk mengeluarkan sisa nanah. Jika
hordeolum menonjol ke luar, dibuat insisi horizontal pada kulit untuk
mengurangi luka parut
Perbaikan higene utk mencegah rekurensi
Komplikasi : selulitis palpebra, abses
palpebra
Prognosis : Bonam
GLAUKOMA AKUT (3B)
Definisi : glaukoma akibat peninggian TIO mendadak
Klasifikasi :
Primer : bawaan glaukoma
Sekunder : penyakit mata lain
Etiologi :
Primer : bawaan glaukoma
Sekunder : penyakit mata lain
Diagnosis :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik : visus turun, TIO meningkat,
konjungtiva bulbi hiperemia kongesti, kemosis dg
injeksi siliar, inj. Konjungtiva, edema kornea, pupil
mid dilatasi, reflek pupil negatif
Penunjang : funduskopi, perimetri, IOP, OCT (tidak
dilakukan di faskes tk 1)
Komplikasi : kebutaan
Prognosis :
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Sumber
Oftalmologi Umum – Vaughan Asbury
Kapita Selekta Kedokteran Jilid II
Ilmu Penyakit Mata. FKUI
RISKESDAS 2018