Anda di halaman 1dari 67

DISKUSI PLENO

BLOK 3.4
Modul 1
KELOMPOK 1A
1610313035 RIFQI WAHYUDI IRMAWAN
1610312019 MOHAMMAD FAUZAN
1610313056 MUHAMMAD THARIQ ISNAINI
1610312012 WIDIA FEBRINA
1610312031 DWI PUTRI AMELIA
1610311070 REZI OKTAVIANI
1610311002 HURIYAH FAUZANI
1610312023 AFRIADE YOLANDA
1610311003 FRIESKA SEPTI AWWALIA
1610213054 FAUZAN JUNANDA PUTRA

Tutor
Dr. dr. Masrul, MSc, SpGK
MODUL 1
Skenario 1: BADI DAN MATANYA
Badi berusia 17 tahun adalah seorang siswa SMA
favorit yang merupakan bintang lapangan bulutangkis di
sekolahnya. Badi datang ke Puskesmas dengan keluhan mata
kanan kabur setelah terkena shuttlecock 2 hari yang lalu. Mata
Badi juga bengkak dan terasa agak nyeri.
Dokter yang memeriksa mendapatkan visus mata kanan
6/50 sedangkan mata kirinya normal, kelopak mata kanan
udem, hiperemis dan blepharospasme sehingga mata agak sulit
dibuka. Pada permukaan okuler, terdapat injeksi konjungtiva
dan injeksi siliaris, tetapi tidak ada sekret. Kornea bagian
sentral ada erosi berukuran diameter 2 mm. Pada kamera okuli
anterior (KOA) terlihat darah mengisi ½ kedalaman KOA
sehingga pupil bagian bawah tidak bisa dinilai.
Menurut dokter, Badi harus bedrest dan dirawat di
rumah sakit yang ada Dokter Mata, karena ditakutkan terjadi
glaukoma atau corneal blood staining. Keluarga
menanyakan apakah mata bengkak dan sulit untuk dibuka itu
ada hubungan dengan mata kaburnya? Dan apakah penyakit
mata Badi dapat disembuhkan?
Bagaimana anda menjelaskan masalah penglihatan yang
dialami oleh Badi
STEP 1: TERMINOLOGY
1. PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 th 2014)
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau
wilayah kerja (Depkes, 2011).

2. MATA KANAN KABUR : Okuli dextra Kabur : Mata kabur adalah


hilangnya ketajaman penglihatan dan ketidakmampuan untuk melihat
suatu benda secara mendetail
3. SHUTTLECOCK : Kok atau bola bulu tangkis (bahasa Inggris:
Shuttlecock) adalah bola yang digunakan dalam olahraga bulu tangkis,
terbuat dari rangkaian bulu angsa yang disusun membentuk kerucut
terbuka, dengan pangkal berbentuk setengah bola yang terbuat dari
gabus

4. BENGKAK : Udem adalah pengumpulan cairan secara abnormal


diruang interseluler tubuh yang bias merupakan salah satu dari lima
ciri utama pada reaksi inflamasi (peradangan)

5. NYERI : Nyeri atau pain adalah pengalaman sensorik dan emosional


yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
6. PEMERIKSAAN VISUS MATA :Visus adalah ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman
penglihatan.
7. BLEPHAROSPASME : Blefarospasme adalah suatu gangguan kesehatan yang
ditandai dengan berkedip secara berlebihan. Otot di sekitar mata akan
mengalami kedutan atau spasme (kontraksi otot secara tak sadar). Apabila
tidak ditangani, blefarospasme akan menyebabkan gangguan penglihatan
atau kebutaan fungsional, karena kelopak mata tidak dapat membuka.

8. PERMUKAAN OKULER : Bagian permukaan mata yang terdiri dari korne


dan konjungtiva.

9. RUMAH SAKIT : adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap,rawat jalan, dan gawat darurat.
10. INJEKSI KONJUNGTIVA : Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva
posterior atau injeksi konjungtiva initerjadi akibat pengaruh mekanis, alergi,
ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.
11. INJEKSI SILIARIS : Melebarnya pembuluh darah perikornea (a. Siliar
anterior) atau injeksi siliar atau injeksi perikornea terjadi akibat radang
kornea, tukak kornea, benda asing pada kornea,radang jaringan uvea,
glaukoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis.
12. EROSI KORNEA
Erosi kornea merupakan keadaan terlepasnya epitel kornea yang
disebabkan trauma tumpul ataupun tajam pada kornea.
13. KAMERA OKULI ANTERIOR : Kamera okuli anterior (KOA) atau biasa
disebut pula sebagai bilik mata depan, dibatasi oleh kornea, permukaan
depan iris, dan kapsul depan dari lensa.
14. BEDREST : Tirah baring (bahasa Inggris: bed rest) adalah perawatan
kedokteran yang melibatkan berbaringnya pasien di tempat tidur untuk
suatu jangka yang sinambung. Perawatan ini diperlakukan untuk suatu
penyakit atau kondisi medis tertentu.
15. GLAUKOMA : Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh
kerusakan saraf mata yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan bola
mata dan gangguan lapang penglihatan. Kerusakan ini bersifat permanen,
dan dapat berakhir pada kebutaan. Glaukoma merupakan salah satu
penyebab utama kebutaan di seluruh dunia, khususnya di Asia
16. CORNEAL BLOOD STAINING : Komplikasi akibat tertumpuknya darah
(hemoglobin dan hemosiderin) di KOA dan merupakan akibat tingginya
tekanan intraokuler serta menyebabkan gangguan lapang pandang.
STEP II & III: IDENTIFIKASI DAN
HIPOTESIS MASALAH
1. Mengapa Badi datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kanan kabur
setelah terkena shuttlecock 2 hari yang lalu?

= Terkena shuttlecock berati terjadi trauma terhadap mata Budi yang


sebelah kanan, dimana trauma yang terjadi berupa trauma tumpul. Karena
adanya trauma ini, berati jaringan di mata menjadi rusak dan menimbulkan
respon-respon atau reaksi inflamasi seperti udem, hiperemis, nyeri dan
lainnya. Hal ini menyebabkan terganggunya proses penglihatan Budi,
seperti gangguan dalam pemusatan cahaya dalam melihat. Sehingga
timbullah ketidak jelasan saat melihat atau pandangan kabur.
2. Mengapa Badi mengalami bengkak dan perih pada matanya?
= bengkak dan perih merupakan respon inflamasi yang dihasilkan
jaringan mata yang telah mengalami injury berupa trauma tumpul
akibat shuttlecock

3. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan Budi?
= tidak ada hubungan signifikan. Namun untuk kejadian terkena
shuttlecock ke mata lebih sering pada laki-laki dikarenakan hobi
bermain bulu tangkis lebih banyak pada laki-laki.

4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan mata dan visus mata Budi?


= Pemeriksaan Visus Budi : 6/50 : berarti pasien bisa membaca sampai
baris 6/50 pada snellen chart. Dimana normalnya yaitu 6/6.
Pemeriksaan Mata lainnya yaitu ada udem dan nyeri : ada reaksi
inflamasi pada mata budi akibat trauma tumpul yang terjadi
Ditemukan injeksi konjungtiva dan injeksi siliaris berate terjadi
pelebaran pembuluh darah arteri konjungtiva posterior dan
perikornea.
 Bagaimana cara pemeriksaan visus mata?
PEMERIKSAAN VISUS
Teknis
1. Menggunakan kartu Snellen dan penerangan cukup.
2. Pasien didudukkan jarak 6 meter, paling sedikit jarak 5 meter dari kartu Snellen.
3. Kartu Snellen di digantungkan sejajar setinggi / lebih tinggi dari mata pasien.
4. Pemeriksaan dimulai pada mata kanan terlebih dahulu, mata kiri ditutup. Pasien
disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke bawah.

Hasil
pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.
Hasil dapat sebagai berikut misal :
VOD 6/6
VOS 6/6
6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen chart
6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart
6/60 pasien bisa membaca barisan huruf 6/60 biasanya huruf yang paling atas.
Visus yang tidak 5/5 atau yang tidak 6/6 dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan
memakai try lens
Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari
pemeriksa.
5/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 5 meter
1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1 meter.
Apabila pasien tidak bisa juga hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan
selanjutnya dg menilai gerakkan tangan didepan pasien dengan latar belakang
terang.
Jika pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1 m, maka
tajam penglihatan dicatat.
VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu menentukan arah
proyeksinya.
Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan
penlight ke
arah mata pasien.
Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi
(nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik
(Light Perception/LP).
Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilai an V = 1/ ~ (LP, proyeksi
salah) .
Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP).
 Mengapa terdapat erosi kornea berukuran 2 mm?
=Erosi kornea dapat disebabkan karena adanya benda asing di dalam
mata,adanya usaha untu mengeluarkan atau menarik benda asing terse
but misalnya dengan jari kuku, atau melalui mekanisme nonkontak se
perti pada pekerja yang terkena percikan api alat las. Pada kondisi ini,
pasien memerlukan intervensi karena adanya rasanyeri yang ditimbu
lkan.Pada erosi kornea, sel epitel yang melapisi kornea dapat hilangse
bagian atau hilang total.

Gejala

• Nyeri (pada beberapaa kasus dapat disertai sensasi adanya benda


asing, iritasi,atau mata kering)
• Pandangan kabur
• Fotofobia
• Lakrimasi Pemeriksaan

• Tes fluorescein untuk membuktikan adanya defek epitel. Bila ter


dapat edemamaka defek akan terlihat setelah beberapa jam.
 Bagaimana bisa terdapat darah yang merendam ½ dari
KOA?
= Trauma tumpul pada mata menyebabkan robeknya pembuluh
darah iris sehingga darah yang ada bercampur dengan aquos humor
(cairan mata) yang jernih. ½ KOA terendam berarti sudah
mencapai grade 2 tingkat keparahannya.
 Mengapa Budi harus bedrest dan di rawat di rumah sakit yang
ada dokter matanya?
= Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi
Tirah baring (bed rest total)
Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala
diangkat (diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30º - 45o (posisi semi
fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris
serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak
pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai
tindakan pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik
hifema. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah
baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat
mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Istirahat total ini
harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat kemungkinan perdarahan
sekunder.
 Mengapa keadaan Budi ditakutkan bisa menjadi
glaucoma?
= Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai
dengan pencekungan “cupping” diskus optikus dan
penyempitan lapang pandang yang disertai dengan
peningkatan tekanan intraokuler yang merupakan faktor
resiko terjadinya glaukoma. Mekanisme peningkatan tekanan
intraokuler pada glaukoma dipengaruhi oleh gangguan aliran
keluar humor aquos.
Bagaimana glaukoma menyebabkan gangguan
penglihatan?
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi
peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola mata normal memiliki
kisaran tekanan antara 10 — 20 mmHg sedangkan penderita
glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan
terkadang dapat mencapai 50 — 60 mmHg pada keadaan akut.
Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf,
semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf
yang terjadi.
 Apakah mata bengkak dan sulit dibuka ada hubungannya
dengan mata kabur?
= Ada, mata yang edema atau bengkak akibat penumpukan
cairan di ruang mata menyababkan terganggunya proses
penangkapan cahaya oleh lensa atau pemfokusan bayang pada
retina, sehingga penglihatan Budi menjadi kabur.
 Bagaimana anda menjelaskan masalah pengelihatan yang
dialami Budi?
= Kemungkinan penyakit yang diderita Budi yaitu Hifema
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam
bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat
terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris
atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan
mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik mata depan
biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang
terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan
penglihatan.
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat
terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah
iris atau badan siliar. Penglihatan pasien akan sangat
menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan
iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan
epifora dan blefarospasme.
STEP IV : SKEMA
STEP V : LO
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Trauma pada Mata
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Epidemiologi Trauma pada Mata
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi dan Faktor Risiko Trauma pada
Mata
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Trauma
pada Mata
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manifestasi Klinis Trauma pada Mata
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prinsip Diagnosis (Holistik) Trauma pada
Mata
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Penatalaksanaan Komperhensif Trauma
pada Mata
8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komplikasi dan Prognosis Trauma pada
Mata
9. Mahasiswa Mampu Menyebutkan Kasus Rujukan dan Tatalaksana Awal
Kasus Trauma pada Mata
Definisi dan Klasifikasi Trauma pada
Mata
DEFINISI...
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat
darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat
atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

Macam-macam bentuk trauma:


 Fisik atau Mekanik

1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,


membuka tutup botol tidak dengan alat ketapel.

2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan


pertukangan.
Cont....

 Khemis
1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo,
bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat).
2. cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

 Fisis
1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las,
sinar matahari.
2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi
pekerja radiologi

26
Epidemiologi Trauma pada Mata
 Kasus trauma mata termasuk kasus yang sering
ditemui
 Sekitar 1,6 juta orang didunia mengalami kebutaan, 2,3
juta orang dengan gangguan penglihatan unilateral, dan
19 juta orang dengan gangguan penglihatan unilateral
akibat trauma pada mata
 Biasanya terjadi di tempat kerja, rumah, saat olahraga,
dan kecelakaan lalu lintas.
 Insidennya lebih tinggi pada laki-laki, orang-orang
pecandu alkohol dan orang dengan tingkat sosial
ekonomi yang rendah
 di Australia sekitar 29 ribu orang mengalami trauma
pada mata setiap tahunnya
 Berdasarkan data dari RISKESDAS 2018
cedera mata terjadi paling banyak pada usia
35-54 tahun
 Laki-laki : Perempuan = 0,7 : 0,4
 Berdasarkan tingkat pendidikan, insiden
paling banya pada orang tamat SD/MI
 Berdasarkan status pekerjaan, insiden paling
banyak pada orang yang bekerja sebagai
wiraswata, kemudian petani dan buruh/sopir
 Berdasarkan tempat tinggal, cedera mata
lebih sering terjadi pada pedesaan
Etiologi dan Faktor Risiko Trauma
Mata
Trauma Fisik atau Mekanik
◦ Trauma tumpul
◦ Trauma tajam

Trauma Kimiawi
• Trauma Asam
• Trauma Basa

Trauma Radiasi

Trauma Thermal
Faktor Risiko Trauma Mata
Etiologi Bahan Kimia asam
 Asam sulfur
 Asam hidroklorida (HCl)
 Asam nitrat
 Asam asetat
(CH3COOH)
 Asam kromat (Cr2O3)
 Asam hidroflorida.
Etiologi Bahan Kimia basa
 Semen
 Soda kuat
 Amonia
 NaOH
 CaOH
 Cairan pembersih dalam rumah tangga
Patogenesis dan Patofisiologi
Trauma pada Mata
Trauma Tumpul
Hematoma palpebra

 Bila perdarahan terletak lebih dalam dan


mengenai kedua kelopakcuriga hematoma
kaca mata
 Hematoma kaca mata merupakan keadaan
sangat gawat .
 Pecahnya arteri oftalmika yang merupakan
tanda fraktur basis kranii  darah masuk ke
dalam kedua rongga orbita melalui fisura
orbita  akibat darah tidak dapat menjalar
lanjut karena dibatasi orbita kelopak maka
akan berbentuk gambaran hitam pada
kelopak seperti seseorang memakai kaca
mata.
Subluksasi lensa

 Akibat pegangan lensa pada


zonula tidak ada  maka lensa
yang elastis akan menjadi
cembungdan mata akan
menjadi lebih miopik.
 Lensa yang menjadi sangat
cembung mendorong iris ke
depan sehingga sudutbilik
mata tertutup,bila sudut bilik
mata menjadi sempit pada mata
inimudah terjadi glaukoma
sekunder.
Trauma Tajam
Trauma Kimia
Trauma Radiasi
 Akibat sinar infra merah (saat menatap gerhana matahari dan
pada saat bekerja dipemanggangan)
 Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar
inframerah terlihat.
 Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat
pemanggangan kaca akan mengeluarkan sinar infra merahbila
seseorang berada pada jarakl kaki selama satu menit di depan
kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midriasis maka suhu
lensa akan naik sebanyak 9 derajat Celciusdemikian pula iris
yang mengabsorpsi sinrar infra merah akan panas sehingga
berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya.
 Absorpsi sinar infra merah oleh Iensa akan mengakibatkan
katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.
Manifestasi Klinis Trauma pada
Mata
A. Trauma tumpul mata
1. Hematoma kelopak
- hematoma yang segera tampak sesudah terjadi nya trauma
- gambaran brill hematom jika darah masuk ke rongga orbita

2. Edema kornea
- Penglihatan kabur
- Rasa sakit pada mata
- Silau
- Terlihat pelangi sekitar bola lampu
- Kornea terlihat keruh
3. Erosi kornea
- mata berair
- blefarospasme
- lakrimasi
-fotofobia

4. iridolegia
- gangguan akomodasi
-silau
- pupil anisokoria
- bentuk pupil tidak irregular

5. iridodialisis
- pasien melihat ganda dengan satu mata nya
- pupil terlihat lonjong

6. Hifema
- sakit disertai epifora dan blefarospasme
- penglihatan pasien akan sangat menurun
B. Trauma tembus bola mata
- peningkatan tekanan dalam orbita dan intraokular
- deformasi bola mata
- visus menurun
- bentuk dan letak pupil berubah
- terlihat ada ruptur kornea
- terdapat jaringan yang prolaps
- konjungtiva kemotis
C. Trauma kimia
1. Trauma asam
- kerusakan terjadi pada bagian superfisial saja
- tajam penglihatan tida banyak terganggu

2. trauma basa
- derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis
pungtata
- derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang nya
epitel kornea
- derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva
dan lepas nya epitel kornea
- derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%
D. Trauma radiasi
1. Sinar infra red
- pupil melebar / midriasis
- kekeruhan kornea, iris
- kerusakan macula karena berfokus nya sinar pada macula

2. sinar UV
- terlihat eritema batas jelas pada daerah yang teriritasi

3. sinar X
- terjadi perubahan vaskularisasi
- korpus siliaris menjadi edema dan dilatasi yang bisa
berakibat glaukoma
Prinsip Diagnosis (Holistik) Trauma
pada Mata
Tajam, tumpul, dan benda asing.
 Anamnesis
◦ Proses terjadi trauma, jenis (besar+bahan) benda, arah
datang, kecepatan dan waktu benda mengenai mata.
◦ Ketajaman penglihatan sebelum dan sesudah cedera.
Progresif lambat/mendadak.
◦ Curigai ada benda asing intraokular
◦ Apakah trauma disertai keluarnya darah.
◦ Riwayat pertolongan sebelumnya.
 Pem. Fisik

◦ Menilai tajam penglihatan.

◦ Inspeksi konjungtiva.

◦ Pemeriksaan permukaan kornea.

◦ Pemeriksaan KOA

◦ Pemeriksaan pupil: Ukuran, bentuk, warna, dan reaksi terhadap cahaya


(refleks).

◦ Oftalmoskop: menilai lensa, vitreous, diskus optikus, dan retina.

◦ Pemeriksaan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita. Palpasi untuk


mencari defek pada tepi tulang orbita.
 Pem. Penunjang

◦ Slit lamp untuk melihat cedera di bagian anterior mata

◦ X-ray orbita; foto polos antero-posterior dan lateral untuk


menentukan benda asing intraokuler.

◦ Lokalisasi ultrasonografi merupakan prosedur non-invasif untuk


mendegeksi benda radiopak atau non-radiopak

◦ CT Scan potongan aksial dan koronal yang terbaik dilakukan


untuk benda asing intraokuler

◦ MRI tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan benda asing


bahan metal.
Trauma Kimia
 Anamnesis
◦ Pasien mengeluhkan nyeri, fotofobia,
penurunan penglihatan, halo sekitar cahaya.
◦ Riwayat terpajan cairan atau gas kimia pada
mata
◦ Menggali jenis bahan kimia (bisa dengan
menunjukkan botol), waktu dan lama pajanan,
gejala yg timbul setelahnya, dan
penatalaksanaan yang telah diberikan sebelum
dibawa.
 Pem. Fisik

◦ Pem fisik ditunda sampai setelah melakukan irigasi hingga pH dianggap


normal.

◦ Pemeriksaan umum mata terutama kejernihan dan integritas kornea,


iskemia limbus, dan TIO.

 Grading

◦ 1: kornea jernih, tidak terdapat iskemia limbus

◦ 2: kornea berkabut, iris tampak jelas, iskemia limbus < 1/3

◦ 3: total loss epitel kornea, iris kabur, iskemia limbus 1/3-1/12

◦ 4: kornea putih, iskemia limbus > 50%


 Pem. Penunjang
◦ Pemeriksaan pH bola mata secara berkala
dengan lertas lakmus.
◦ Pemeriksaan anterior mata dengan lup atau slit
lamp untuk mengetahui lokasi luka
◦ Oftalmoskopi direk dan indirek dapat dilakukan.
◦ Tonometri dapat dilakukan untuk pemeriksaan
TIO.
Penatalaksanaan Komperhensif
Trauma pada Mata
PENCEGAHAN TRAUMA MATA
 Trauma tumpul akibat kecelakaan tidak dapat dicegah,
kecuali trauma tumpul perkelahian.
 Diperlukan perlindungan pekerja untuk
menghindarkan terjadinya trauma tajam.
 Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan
bahan kimia sebaiknya mengerti bahan apa saja yang
ada ditempat kerjanya.
 Pada pekerja las sebaiknya menghindarkan diri
terhadap sinar dan percikan bahan las dengan
memakai kaca mata.
 Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin
berbahaya untuk matanya.
Trauma Kimia
A.Emergensi
 Irigasi Mata
Sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat
selama minimal 30 menit.
 Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan,
ukurlah pH dengan menggunakankertas lakmus. Irigasi
diteruskan hingga mencapai pH netral (pH=7.0)
 Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva fornices di
swab dengan menggunakan moistenedcotton-tipped
applicator atau glass rod . Penggunaan
Desmarres eyelid retractor dapat membantu dalam
pembersihan partikel dari fornix dalam.
B.Medikamentosa
 Steroid
bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun
pemberiansteroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen danmenghambat migrasi fibroblas. Untuk itu
steroid hanya diberikan secara inisial dan ditappering off setelah 7-10 hari.
Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% EDdiberikan setiap 2 jam. Bila
diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
 Sikloplegik
untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1%ED atau
Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

 Asam askorbat
mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan
membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea.Natrium askorbat 10 % topikal
diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikansampai dosis 2 gr.
Trauma Tumpul
 Benda Asing Konjungtiva
Segera angkat benda asing; resiko infeksi
Berikan anastesi topikal ( Pantocain 2% )
Ekstraksi menggunakan cutton bud atau
jarum
Berikan salf mata Antibiotik
Tutup mata dengan perban jika bekas luka
luas dan berdarah
 Perdarahan Knjungtiva
Diserap spontan dalam 10-14 hari
Lubrikasi ; tear film
Bila berulang : cari penyakit dasar nya ( tu
penyakit vascular )
Bila tidak ada trauma ; observasi
Bila ada trauma ; hati-hati adanya
perdarahan intra okular , lakukan
pemeriksaan funduskopi ; mencari
perdarahan vitreus atau retina ( periksa
visus dg teliti )
Komplikasi dan Prognosis
Trauma pada Mata

Laserasi Palpebra
Komplikasi :
Sikatrik kulit
Selulitis
Entropion
Ekstropion
Hifema
Komplikasi :
 Re-bleeding ( terganggu proses homeostasis )
 Glaukoma sekunder ; menjadi atropi papil
 Imbibisi kornea ( Corneal Blood Staining )
Dislokasi Lensa
Komplikasi
 Glaukoma Sekunder
 Inflammasi di vitreus
 Endoftalmitis
Prognosis
 Faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis adalah jaringan prolaps, luas dan
panjang Iuka, ada tidaknya komplikasi.
Kasus Rujukan dan Tatalaksana
Awal Kasus Trauma pada Mata
 Level kompetensi 4A
◦ Benda asing di konjungtiva
◦ Perdarahan subkonjungtiva
 Level kompetensi 3A
◦ Hifema
 Level kompetensi 3B
◦ Laserasi kelopak mata
 Level kompetensi 2
◦ Laserasi ductus lakrimal
◦ Erosi kornea
◦ Benda asing di kornea
HORDEOLUM (4A)
Definisi : Hordeolum adalah infeksi kelenjar di palpebra (Zeis, Moll, Meibom)

Klasifikasi :
 Hordeolum interna (Meibom), berukuran besar.
 Hordeolum eksterna (Zeis, moll), berukuran lebih kecil dan lebih superfisial.

Etiologi : staphylococcus

Patogenesis : inflamasi

Gejala : benjolan merah dekat pangkal butu mata, nyeri tekan, Hordeolum interna
dapat menonjol ke kulit atau ke permukaan konjungtiva, hordeolum eksterna
selalu menonjol ke arah kulit.
Diagnosis :
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
DD : selulitis preseptal, konjungtivitis adenovirus, granuloma pyogenik, kalazion
Terapi:
 Kompres hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit, mata tertutup
 Bersihkan kelopak dg shampo bayi
 Hordeolum jangan ditekan, hindari penggunaan kontak lens dan riasan mata
 Terapi topikal dengan oxytetrasiklin salep mata/kloramfenikol tiap 8 jam
 Terapi oral sistemik dg eritromisin 500mg, sesuai BB
 Insisi dan drainase bahan purulen (jika keadaan tidak membaik dalam 48
jam/jika ada fluktuatif)
Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk
menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Diawali anestesi topikal dg
patokain tetes mata, sayat, lalu pencet untuk mengeluarkan sisa nanah. Jika
hordeolum menonjol ke luar, dibuat insisi horizontal pada kulit untuk
mengurangi luka parut
 Perbaikan higene utk mencegah rekurensi
 Komplikasi : selulitis palpebra, abses
palpebra
 Prognosis : Bonam
GLAUKOMA AKUT (3B)
Definisi : glaukoma akibat peninggian TIO mendadak

Klasifikasi :
 Primer : bawaan glaukoma
 Sekunder : penyakit mata lain

Epidemiologi : sering pd yg berusia lanjut, terutama yg dg FR

Etiologi :
 Primer : bawaan glaukoma
 Sekunder : penyakit mata lain

Faktor risiko : bilik mata depan dangkal


Gejala : mata merah, visus turun mendadak, nyeri pd
mata menjalar ke kepala, mual muntah

Diagnosis :
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik : visus turun, TIO meningkat,
konjungtiva bulbi hiperemia kongesti, kemosis dg
injeksi siliar, inj. Konjungtiva, edema kornea, pupil
mid dilatasi, reflek pupil negatif
 Penunjang : funduskopi, perimetri, IOP, OCT (tidak
dilakukan di faskes tk 1)

DD : uveitis anterior, keratitis, ulkus kornea


Terapi :
 Di faskes 1 : utk menurunkan TIO, kemudian rujuk
 Pembatasan asupan cairan
 Asetazolamid HCl 500mg, dilanjutkan 4x 250 mg/hari
 Timolol 0,5% 2x 1 tetes/hari
 Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotik 4-6x
1 tetes/hari
 Terapi simptomatik

Komplikasi : kebutaan

Prognosis :
 Ad vitam : Bonam
 Ad fungsionam : dubia ad malam
 Ad sanationam : dubia ad malam
Sumber
 Oftalmologi Umum – Vaughan Asbury
 Kapita Selekta Kedokteran Jilid II
 Ilmu Penyakit Mata. FKUI
 RISKESDAS 2018

Anda mungkin juga menyukai