Anda di halaman 1dari 60

Laporan Kasus

Achmad Syauqie
Pembimbing :
Dr. Mursida Syarifuddin Kamran Sp.PD
Status Pasien
Nama : Nn. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 23 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : Kuliah
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Pernikahan : Belum menikah
Tanggal Masuk RS : 11 Agustus 2019
Tanggal Periksa : 14 Agustus 2019
Tanggal Keluar RS : 15 Agustus 2019
Ruang Rawat : Alamanda
Pembiayaan : BPJS
• Keluhan Utama
Perdarahan dari gusi sejak 2 minggu yang lalu
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari gusi sejak
2 minggu SMRS. Pasien mengatakan ada demam dalam
1 minggu terakhir. Pasien menyangkal adanya mimisan,
mual muntah, perdarahan pervaginam, maupun
perdarahan saluran cerna seperti BAB cair, BAB merah
atau kehitaman. Pasien merupakan rujukan lepas dari
RS Zahirah. Saat ini pasien hanya mengelukan
badannya lemas dan kurang nafsu makan.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi obat, cuaca : disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
• Riwayat Malaria : diakui
• Riwayat Hipertensi : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat Penyakit Paru : disangkal
• Riwayat Penyakit Liver : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat Hipertensi : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat penyakit ginjal : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat kelainan darah : disangkal
Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan
• Pasien tinggal bersama orangtua dan
saudaranya. Riwayat minum alkohol dan
riwayat merokok disangkal, Aktivitas sehari-
hari pasien sebagai mahasiswa. Ekonomi
pasien cukup.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS E4V5M6
Tanda Vital
• Tekanan Darah : 106/68 mmHg
• Laju Nadi : 109x/menit, isi cukup, kuat angkat, reguler
• Laju Pernapasan : 21x/menit
• Suhu : 37,1oC
• SaO2 : 100%
Status Antropometri
• BB : 50 kg
• TB : 165 cm
• IMT : 18,37 kg/m2
Pemeriksaan Kepala
• Bentuk kepala : Simetris, normocephal
• Rambut : Distribusi rambut merata, warna hitam
Pemeriksaan Mata
• Konjungtiva : Anemis (+/+)
• Sklera : Ikterik (-/-)
• Palpebra : Edema (-/-)
• Refleks cahaya : Langsung (+/+), tidak langsung (+/+), pupil isokor 3mm/3mm
Pemeriksaan Telinga
• Simetris : (+)
• Kelainan bentuk : (-)
• Discharge : (-)
Pemeriksaan Hidung
• Discharge : (-)
• Napas cuping hidung : (-)
Pemeriksaan Mulut
• Bibir : sianosis (-), pucat (-), mukosa kering, pursed- lips breathing (-)
• Lidah : sianosis (-)
Pemeriksaan Leher
• Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), JVP 5-2 mmHg
• Pembesaran Tiroid (-)
• Pemeriksaan Thoraks
Paru
• Inspeksi : simetris kanan kiri, retraksi (-), pink puffer (-)
• Palpasi : vocal fremitus (+/+)
• Perkusi : sonor kedua lapang paru, batas paru hepar di ICS V Linea Midclavicula dextra
• Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), RBK -/-, RBH -/-, wheezing -/-, slem -/-
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V LMCS
• Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V LMCS, kuat angkat
• Perkusi: Batas kanan atas: ICS II Linea Parasternal Dextra
• Batas kiri atas: ICS III Linea Midclavicula Sinistra
• Batas kanan bawah: ICS IV Linea Parasternal Dextra
• Batas kiri bawah: ICS V Linea Midclavicula Sinistra
• Auskultasi : S1/S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan abdomen
• Inspeksi : datar, jaringan parut (-), spider navy (-)
• Auskultasi : bising usus (+) normal 12x/menit, Bruit (-)
• Perkusi : timpani, undulasi (-), shifting dullness (-)
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
• Hepar : tidak teraba
• Lien : tidak teraba
Pemeriksaan Ekstremitas
• Superior : Edema (-/-), akral hangat (+/+), sianosis (-/-),
ikterik (-/-), CRT < 2 detik
• Inferior : Edema pitting (-/-), akral hangat (+/+), sianosis
(-/-), ikterik (-/-), CRT < 2 detik
Status Motorik
Status Motorik Superior Inferior

Gerak Bebas/Bebas Bebas/Bebas

Kekuatan Motorik 5/5/5/5 5/5/5/5

Tonus N/N N/N

Trofi Eu/Eu Eu/Eu

Klonus -/- -/-

Refleks fisiologis Biceps +/+ Triceps Patella +/+


+/+ Achilles +/+

Refleks patologis Hoffman Tromner -/- Babinsky -/-

Status sensorik: dbn


Fungsi Otonom: Retensi urin (-), BAK dan BAB
normal
Parameter Nilai Satuan Nilai normal
Darah rutin
Hb 2.7 mg/dL 11.2-15.5
Ht 11 % 35-47
Leukosit 6.1 103/μL 3.8─11.0
Trombosit 26 103/μL 150─440
Eritrosit 2.03 106/μL 3.8─5.20
MCV 54 fl 80-100
MCH 13 pg 26-34
MCHC 24 g/dL 32-36
Fungsi Hati
SGOT 11 U/L <50
SGPT 7 U/L <50
Diabetes
GDS 95 mg/dL 70─180
Fungsi
ginjal
Ureum 20 mg/dL <48
Hitung Jenis
Basofil 0.0 % 0.0-1.0
Eosinofil 2.0 % 2.0-4.0
Neutrofil 3.0 % 3.0-5.0
Batang
Segmen 60.0 % 50.0-70.0
Limfosit 28.0 % 25.0-40.0
Monosit 7.0 % 2.0-8.0
Golongan O
Darah
Rhesus POSITIVE
Diagnosis Kerja
• Anemia Gravis e.c riwayat Malaria
• Bisitopenia e.c penyakit kronis
• Susp Autoimune Disease (Anemia Aplastik )
Tatalaksana
Terapi saat di IGD
• IVFD NaCl 0,9% 500 cc per 12 jam
• Paracetamol 500 mg po
• Transfusi PRC 500 cc
Terapi Rawat Inap:
• Diet lunak
• IVFD NACl 0,9% 500 cc per 12 jam
• Asam traneksamat 3x500 mg iv
• Transfusi PRC 500 cc per 24 jam premedikasi lasix 20 mg iv dan deksamethasone 5
mg iv
• Paracetamol 3x500 mg po
Terapi Pulang:
• Methylprednisolone 4 mg tab* 10 tablet 2x1
• Tablet tambah darah * 14 tablet 2x1
• Folic Acid 1 mg tab * 14 tablet 2x1
• Asam Traneksamat tab 500 mg * 10 tablet 2x1
Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad malam
• Quo ad functionam : dubia ad malam
• Quo ad sanationam : dubia ad malam
11 Agustus 2019 (Perawatan hari pertama pukul 18.30)

FOLLOW UP
S Pasien mengatakan perdarahan gusi dan mimisan sore ini tidak ada , mual tidak ada sore ini

O Tanda vital
TD: 110/70 mmHg
HR: 70x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 20x/menit
T: 37oC
SaO2: 99% dengan NK 3 lpm
Status generalis:
Mata: CA +/+, SI -/-
Pulmo: SD Vesikuler +/+, RBK -/-, RBH -/-, Wh-/- , Slem -/-
Cor: S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), tympani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema tungkai -/-
Lab:
• Hemoglobin 5.0 g/dL CL 11.7 - 15.5 | naik dari 2,7
• Hematokrit 17 % CL 35 - 47 |
• Leukosit 6.8 10^3/uL 3.6 - 11.0 |
• Trombosit 10 10^3/uL CL 150 - 440 | turun dari 26.000
• Eritrosit 2.73 10^6/uL L 3.80 - 5.20 |
Di ACC Tanggal = 11-08-2019 17:08:13
A Anemia gravis e.c?
Bisitopenia e.c penyakit kronis
P • Rencana Transfusi PRC 500 cc per 24 jam premedikasi lasix 20 mg iv dan deksamethasone 5
mg iv ---> sedang masuk bag ke-2, tidak ada sisa bag di bank darah
• sedang cek GDT 11/08/19 tunggu hasil
• pasien riwayat Alergi: sangobion, klip merah (+)
12 Agustus 2019 (Perawatan hari kedua pukul 15.18)

FOLLOW UP
S Pasien mengatakan keluhan gusi berdarah (+), mimisan (-), pasien agak mual

O Tanda vital
TD: 90/60 mmHg
HR: 60x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 20x/menit
T: 36oC
SaO2: 100% dengan NK 2 lpm
Status generalis:
Mata: CA +/+, SI -/-
Pulmo: SD Vesikuler +/+, RBK -/-, RBH -/-, Wh-/- , Slem -/-
Cor: S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), tympani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema tungkai -/-
Hasil Gambaran Darah Tepi :
Curiga Hemoglobinopati, ITP. Tear drop cell sering ditemukan pada thalassemia, SLE, keganasan.
Trombositopenia juga dijumpai pada infeksi viral, penyakit hati kronik, bakteremia, dll. Bagaimana klinis?
A Bisitopenia e.c penyakit kronis
Suspek Autoimune diseases
P • pasien riwayat Alergi: sangobion, klip merah (+)
• tunggu hasil H2TL ulang  lapor + FFP 4 iu, premed mp 1x125 mg iv
• metilprednisolon 1x125 mg
• omeprazole 1x1 ampul iv
• lainnya lanjut
13 Agustus 2019 (Perawatan hari ketiga pukul 15.06)

FOLLOW UP
S Post FFP pasien mengeluh sesak dan badan bentol2. Sudah diberikan dipenhidramin 1 amp. Alergi di
wajah sudah berkurang.
O Tanda vital
TD: 110/70 mmHg
HR: 70x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 20x/menit
T: 36oC
SaO2: 100% dengan NK 2 lpm
Status generalis:
Mata: CA +/+, SI -/-
Pulmo: SD Vesikuler +/+, RBK -/-, RBH -/-, Wh-/- , Slem -/-
Cor: S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), tympani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema tungkai -/-
Hasil Gambaran Darah Tepi :
Curiga Hemoglobinopati, ITP. Tear drop cell sering ditemukan pada thalassemia, SLE, keganasan.
Trombositopenia juga dijumpai pada infeksi viral, penyakit hati kronik, bakteremia, dll. Bagaimana
klinis?
Bisitopenia e.c penyakit kronis
A Suspek Autoimune diseases
P • pasien riwayat Alergi: sangobion, klip merah (+)
• metilprednisolon 1x125 mg
• omeprazole 1x1 ampul iv
• transfusi PRC 2 unit lagi
• terapi lain lanjut
Hasil h2tl post TC 6 iu (Di ACC Tanggal = 12-08-2019 17:08:19) :
• Hemoglobin 5.0 g/dL CL 11.7 - 15.5 | dari 5,0
• Hematokrit 18 % CL 35 - 47 |
• Leukosit 6.7 10^3/uL 3.6 - 11.0 |
• Trombosit 12 10^3/uL CL 150 - 440 | naik dari 10.000
• Eritrosit 2.72 10^6/uL L 3.80 - 5.20 |
Lab (Di ACC Tanggal = 13-08-2019 19:08:50) :
• Hemoglobin 4.8 g/dL CL 11.7 - 15.5|
• Hematokrit 18 % CL 35 - 47|
• Leukosit 10.7 10^3/uL 3.6 - 11.0|
• Trombosit 17 10^3/uL CL 150 - 440|
• Eritrosit 2.70 10^6/uL L 3.80 - 5.20|
• MCV 65 fl L 80 -100|
• MCH 18 pg L 26 - 34|
• MCHC 27 g/dL L 32 - 36
14 Agustus 2019 (Perawatan hari keempat pukul 13.05)

FOLLOW UP
S Pasien mengatakan tidak ada perdarahan gusi atau mimisan. Mual tidak ada, makan habis
1 porsi.
O Tanda vital
TD: 100/70 mmHg
HR: 80x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 20x/menit
T: 36,4oC
SaO2: 100% dengan NK 2 lpm
Status generalis:
Mata: CA +/+, SI -/-
Pulmo: SD Vesikuler +/+, RBK -/-, RBH -/-, Wh-/- , Slem -/-
Cor: S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), tympani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema tungkai -/-
Hasil Gambaran Darah Tepi :
Curiga Hemoglobinopati, ITP. Tear drop cell sering ditemukan pada thalassemia, SLE, keganasan.
Trombositopenia juga dijumpai pada infeksi viral, penyakit hati kronik, bakteremia, dll. Bagaimana klinis?
A Bisitopenia e.c penyakit kronis
Suspek Autoimune diseases
P • pasien riwayat Alergi: sangobion, klip merah (+)
• tunggu hasil H2TL ulang  lapor + FFP 4 iu, premed mp 1x125 mg iv
• metilprednisolon 1x125 mg
• omeprazole 1x1 ampul iv
• lainnya lanjut
Hasil h2tl post TC 6 iu (Di ACC Tanggal = 12-08-2019 17:08:19) :
• Hemoglobin 5.0 g/dL CL 11.7 - 15.5 | dari 5,0
• Hematokrit 18 % CL 35 - 47 |
• Leukosit 6.7 10^3/uL 3.6 - 11.0 |
• Trombosit 12 10^3/uL CL 150 - 440 | naik dari 10.000
• Eritrosit 2.72 10^6/uL L 3.80 - 5.20 |
Lab (Di ACC Tanggal = 13-08-2019 19:08:50) :
• Hemoglobin 4.8 g/dL CL 11.7 - 15.5|
• Hematokrit 18 % CL 35 - 47|
• Leukosit 10.7 10^3/uL 3.6 - 11.0|
• Trombosit 17 10^3/uL CL 150 - 440|
• Eritrosit 2.70 10^6/uL L 3.80 - 5.20|
• MCV 65 fl L 80 -100|
• MCH 18 pg L 26 - 34|
• MCHC 27 g/dL L 32 - 36
15 Agustus 2019 (Perawatan hari kelima pukul 12.45)

FOLLOW UP
S KU baik sadar
Pasien mengatakan keluhan (-)
O Tanda vital
TD: 100/70 mmHg
HR: 82x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 20x/menit
T: 36,2oC
SaO2: 100% dengan NK 2 lpm
Status generalis:
Mata: CA +/+, SI -/-
Pulmo: SD Vesikuler +/+, RBK -/-, RBH -/-, Wh-/- , Slem -/-
Cor: S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), tympani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema tungkai -/-
Hasil Gambaran Darah Tepi :
Curiga Hemoglobinopati, ITP. Tear drop cell sering ditemukan pada thalassemia, SLE, keganasan.
Trombositopenia juga dijumpai pada infeksi viral, penyakit hati kronik, bakteremia, dll. Bagaimana klinis?
A Bisitopenia e.c penyakit kronis
Suspek Autoimune diseases
P • pasien riwayat Alergi: sangobion, klip merah (+)
• tunggu hasil H2TL ulang  lapor + FFP 4 iu, premed mp 1x125 mg iv
• metilprednisolon 1x125 mg
• omeprazole 1x1 ampul iv
• lainnya lanjut
Hasil h2tl post TC 6 iu (Di ACC Tanggal = 12-08-2019 17:08:19) :
• Hemoglobin 5.0 g/dL CL 11.7 - 15.5 | dari 5,0
• Hematokrit 18 % CL 35 - 47 |
• Leukosit 6.7 10^3/uL 3.6 - 11.0 |
• Trombosit 12 10^3/uL CL 150 - 440 | naik dari 10.000
• Eritrosit 2.72 10^6/uL L 3.80 - 5.20 |
Lab (Di ACC Tanggal = 13-08-2019 19:08:50) :
• Hemoglobin 4.8 g/dL CL 11.7 - 15.5|
• Hematokrit 18 % CL 35 - 47|
• Leukosit 10.7 10^3/uL 3.6 - 11.0|
• Trombosit 17 10^3/uL CL 150 - 440|
• Eritrosit 2.70 10^6/uL L 3.80 - 5.20|
• MCV 65 fl L 80 -100|
• MCH 18 pg L 26 - 34|
• MCHC 27 g/dL L 32 - 36
Lab :
• Hemoglobin 7.7 g/dL L 11.7 - 15.5|
• Hematokrit 25 % L 35 - 47|
• Leukosit 12.2 10^3/uL 3.6 - 11.0|
• Trombosit 30 10^3/uL L 150 - 440|
• Eritrosit 3.55 10^6/uL L 3.80 - 5.20|
• MCV 70 fl L 80 – 100|
• MCH 22 pg L 26 – 34 |
• MCHC 31 g/dL L 32 - 36|
Di ACC Tanggal = 15-08-2019
ANEMIA GRAVIS
Definisi
Anemia gravis adalah anemia apabila konsentrasi Hb ≤ 7 g/dL
selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Anemia gravis timbul
akibat penghancuran sel darah merah yang cepat dan hebat.
Anemia gravis lebih sering dijumpai pada penderita anak-anak.
Anemia gravis dapat bersifat akut dan kronis. Anemia kronis dapat
disebabkan oleh anemia defisiensi besi (ADB), sickle cell anemia
(SCA), talasemia, spherocytosis, anemia aplastik dan leukemia.
Anemia gravis kronis juga dapat dijumpai pada infeksi kronis seperti
tuberkulosis (TBC) atau infeksi parasit yang lama, seperti malaria,
cacing dan lainnya. Anemia gravis sering memberikan gejala
serebral seperti tampak bingung, kesadaran menurun sampai koma,
serta gejala-gejala gangguan jantung-paru 3
Etiologi Dan Klasifikasi Anemia
• Gambaran morfologik (melalui indeks – Anemia hemoragik
eritrosit atau hapusan darah tepi) • Anemia pasca perdarahan akut
– Anemia hipokromik mikrositer, bila • Anemia akibat perdarahan kronik
MCV<80fl dan MCH <27pg – Anemia hemolitik
– Anemia normokromik normositer, bila • Anemia hemolitik intrakorpuskular
MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg – Gangguan membran eritrosit
(membranopati)
– Anemia makrositer bila MVC > 95 fl – Gangguan enzim eritrosit (enzimopati)
• Etiopatogenesis » Anemia akibat defisiensi G6PD
– Gangguan hemoglobin
– Gangguan pembentukan eritrosit di (hemoglobinopati)
sumsum tulang » Thalassemia
» Hemoglobinopati struktural :
• Kekurangan bahan esensial pembentuk HbS, HbE, dll
eritrosit
– Anemia defisiensi besi
• Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
– Anemia hemolitik autoimun
– Anemia defisiensi asam folat
– Anemia hemolitik mikroangiopati
– Anemia defisiensi vitamin B12
– Lainnya
• Gangguan penggunaan besi
– Anemia akibat penyakit kronik – Anemia dengan penyebab tidak
– Anemia sideroblastik diketahui atau dengan pathogenesis
• Kerusakan sumsum tulang yang kompleks5
– Anemia aplastik
– Anemia mieloplastik
– Anemia pada keganasan hematologi
– Anemia diseritropoietik
– Anemia pada sindrom mielodisplastik
• Anemia akibat kekurangan eritropoietin
Berdasarkan Morfologi dan Etiologi
Anemia hipokromik mikrositer Anemia makrositer
• Anemia Defisiensi Besi • Bentuk megaloblastik
• Thalasemia Mayor – Anemia defisiensi asam folat
• Anemia akibat Penyakit Kronik – Anemia defisiensi B12, termasuk
anemia pernisiosa
• Anemia Sideroblastik
• Bentuk non-megaloblastik
– Anemia pada penyakit hati kronik
Anemia normokromik normositer – Anemia pada hipotiroidisme
• Anemia pasca perdarahan akut – Anemia pada sindrom
• Anemia aplastik mielodisplastik5
• Anemia hemolitik didapat
• Anemia akibat penyakit kronik
• Anemia pada gagal ginjal kronik
• Anemia pada sindrom
mielodisplastik
• Anemia pada keganasan
hematologik
Patogenesis
Penderita malaria dengan komplikasi
umumnya digolongkan sebagai malaria berat
yang menurut WHO didefinisikan sebagai
infeksi Plasmodium falciparum dengan salah
satu lebih komplikasi yang terdiri dari malaria
serebral (koma), acidemia/asidosis, anemia
berat, gagal ginjal akut dan hipoglikemia.5,8
Plasmodium vivax lebih mudah ditemukan
pada apusan darah tepi pada semua stadium.
Perbedaan dengan Plasmodium falciparum
yaitu pada stadium lanjut sulit ditemukan
pada darah perifer. Hal ini menunjukkan
terjadinya cytoadherence pada venule pos-
kapiler. Proses tersebut merupakan faktor
fundamental terjadinya malaria berat.
Plasmodium vivax pada stadium dewasa
cenderung menjadi tidak berbentuk dan
biasanya tidak akan terjadi cytoadherence
atau sekuester di mikrovaskular. Hal ini
menunjukkan alasan bahwa Plasmodium vivax
lebih jarang menimbulkan malaria berat dari
pada infeksi Plasmodium falciparum.
• Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan
dengan invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga
menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit
mengalami perubahan struktur dan biomolekuler sel untuk
mempertahankan kehidupan parasit.15
• Penyebab yang mendasari anemia malaria berat pada
manusia dapat mencakup satu atau lebih dari beberapa
mekanisme berikut: (1) penghilangan dan / atau
penghancuran sel darah merah yang terinfeksi, (2)
penghilangan sel darah merah yang tidak terinfeksi, (3)
penekanan erythropoietic dan dyserythropoiesis. Setiap
dari mekanisme ini telah terlibat dalam anemia malaria
pada manusia.
Diagnosis
Adaptasi utama terhadap anemia terjadi dalam
sistem kardiovaskular (dengan peningkatan volume
sekuncup dan takikardi) dan pada kurva disosiasi O2
hemoglobin. Pada beberapa penderita anemia gravis,
mungkin tidak terdapat gejala atau tanda, sedangkan
pasien lain yang mungkin mengalami kelemahan
berat.
Gejala
• Jika pasien memang bergejala, biasanya gejalanya
adalah nafas pendek, khususnya pada saat
olahraga, kelemahan, letargi, palpitasi dan sakit
kepala. Pada pasien berusia tua, mungkin
ditemukan gejala gagal jantung, angina pektoris,
atau kebingunagan (konfusi). Gangguan
penglihatan akibat pendarahan retina dapat
mempersulit anemia yang sangat berat,
khususnya yang awitannya cepat.
Tanda
• Tanda-tanda dapat dibedakan menjadi tanda
umum dan khusus. Tanda umum meliputi
kepucatan membran mukosa yang timbul bila
kadar hemoglobin kurang dari 9-10 g/dL.
Sebaliknya, warna kulit bukan tanda yang dapat
diandalkan. Sirkulasi yang hiperdinamik dapat
menunjukkan takikardia, nadi kuat, kardiomegali,
dan bising jantung aliran sistolik khususnya pada
apeks.
• Gambaran darah tepi

Sickle cell anemia


Eritrosit penderita malaria, menunjukkan
eritrosit yang diinvasi P. falciparum
Thalassemia mayor
Leukemia linfositik akut (LLA)
Sferositosis Herediter
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan darah lengkap


• Pemeriksaan Fungsi Hepar (SGOT/SGPT)
• Pemeriksaan Fungsi Ginjal (Ureum/Creatinin)
• Gambaran darah tepi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis anemia gravis
ditentukan berdasarkan penyakit dasar yang
menyebabkan anemia tersebut. Berikut
beberapa pengobatan anemia dengan
berbagai indikasi.
Farmakologi
a. Erythropoetin-Stimulating Agents (ESAs)
b. Epoetin Alfa
c. Obat untuk Mengatasi Pendarahan
FRESH FROZEN PLASMA (FFP), CRYOPRECIPITATE
d. Garam Besi
• Fereous Sulfate
• Carbonyl Iron
• Iron Dextran Complex
• Ferric Carboxymaltose
Transfusi
• Transfusi harus dilakukan pada pasien yang
secara aktif mengalami pendarahan dan untuk
pasien dengan anemia gravis. Transfusi adalah
paliatif dan tidak boleh digunakan sebagai
pengganti untuk terapi tertentu. Pada penyakit
kronis yang berhubungan dengan anemia gravis,
erythropoietin dapat membantu dalam
mencegah atau mengurangi transfusi 10
Terapi Nutrisi dan Pertimbangan Pola Makanan
• Protein
• Vitamin A
• Vitamin C
• Asam folat
• Zat besi
• Vitamin B12
Pembatasan Aktivitas
• Aktivitas pasien dengan anemia berat harus
dibatasi sampai sebagian anemia dapat
disembuhkan. Transfusi sering dapat dihindari
dengan bed rest, terapi dapat dilakukan untuk
pasien dengan anemia yang dapat
disembuhkan (misalnya anemia pernisiosa).
Komplikasi
• Ketika konsentrasi hemoglobin di bawah 10
g/dL, faktor nonhemodinamik berperan dan
terjadi peningkatan cardiac output serta aliran
darah sebagai kompensasi terhadap hipoksia
jaringan.
• Mekanisme nonhemodinamik diantaranya
yaitu peningkatan produksi eritropoetin untuk
merangsang eritropoesis dan meningkatkan
oxygen extraction.
• Pada anemia kronik, terjadi peningkatan kerja
jantung menyebabkan pembesaran jantung
dan hipertrofi ventrikel kiri13
Hipoksia Anemik
• Setiap penurunan kadar hemoglobin akan
disertai dengan penurunan kemampuan darah
dalam mengangkut oksigen.
• PaCO2 tetap normal, tetapi jumlah absolut
oksigen yang diangkut perunit volume darah
akan berkurang.
Kesimpulan
• Suatu anemia berat yang kronis (anemia
gravis) dikatakan bila konsentrasi Hb ≤ 7 g/dL
selama 3 bulan berturut-turut atau lebih.
Diagnosis anemia ditegakkan berdasarkan
temuan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorium yang dapat mendukung
sehubungan dengan gejala klinis.
• Pada penyakit malaria, anemia atau
penurunan kadar hemoglobin darah sampai
dibawah normal disebabkan penghancuran sel
darah merah yang berlebihan oleh parasit
malaria.

Anda mungkin juga menyukai