Anda di halaman 1dari 96

Imaging Emergency Thorax

Achmad Syauqie
Pembimbing : Dr.dr.Aziza G. Icksan Sp. Rad (K)
Pendahuluan

Thorax dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh


thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar
adalah dinding thorax yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga,
sternum, otot, dan jaringan ikat.
 Rongga thorax dibatasi dengan rongga abdomen oleh
diafragma.
 Rongga thorax dapat dibagi ke dalam dua bagian utama, yaitu
: paru-paru (kiri dan kanan) dan mediastinum.
 Mediastinum terletak diantara paru kiri dan kanan dan
merupakan daerah tempat organ-organ penting thorax selain
paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena
cavae, esofagus, trakhea, dll.)
“Trauma thoraks merupakan penyebab utama kematian, cacat, dan
rawat inap pada masyarakat di amerika dari umur 1 tahun hingga
umur pertengahan 50. Sehingga kini, trauma merupakan masalah
besar kesehatan tingkat nasional.”
“Insiden dari trauma dada di Amerika adalah 12 orang bagi setiap
1000 orang penduduk tiap harinya, dan 20-25% kematian yang
disebabkan oleh trauma adalah disebabkan oleh trauma thoraks.”
Anatomi Thoraks
Subdivisi Mediastinum
Esofagus - Diafragma
Penyakit Thoraks Emergensi
 Fraktur Sternum
 Atelektasis
 Fraktur kostae multiple
 Hemotoraks
 Ruptur aorta
 Kontusio paru
 Pneumomediastinum
 Inhalasi benda asing
 Asma
 Pneumotoraks
 Pneumonia
Fraktur Sternum
 Biasanya ditemukan pada trauma langsung dengan gaya
trauma yang cukup besar.
 Lokasi fraktur biasanya dijumpai pada bagian tengah atas
sternum dan sering disertai fraktur Iga.
 Fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan seperti:
kontusio atau laserasi jantung, perlukaan bronkus atau aorta.2
 Anamnesis dan Px. Fisik : nyeri terutama di area sternum dan
disertai krepitasi, pernapasan dangkal, dan cepat.2
 Px. Penunjang foto thoraks lateral ditemukan garis fraktur
pada daerah sternum atau gambaran sternum yang tumpang
tindih.
 61% kasus fraktur sternum memperlihatkan adanya
perubahan pada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yang
tidak normal, merupakan tanda trauma jantung.2
Fraktur dislokasi sternal disertai overlaping fragmen
fraktur pada distal sternomanubrial junction.
Foto 3D CT-Scan menunjukkan fraktur di sepanjang
manubrium.
Penatalaksanaan fraktur sternum dapat
dilakukan :
 Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan
pemberian analgetika dan observasi tanda-tanda adanya
laserasi atau kontusio jantung.
 Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented
dilakukan tindakan operatif untuk stabilisasi dengan
menggunakan sternal wire, sekaligus eksplorasi adanya
perlukaan pada organ atau struktur di mediastinum.2
Atelektasis

“Didefinisikan sebagai kolapsnya alveoli dan berkurangnya udara di


dalam ruang intrapulmonal atau kolapsnya semua atau sebagian
paru.”3
Etiologi atelektasis dapat disebabkan
antara lain :
 Kompresi : ekspansi paru dihambat oleh pneumothoraks atau
efusi pleura
 Obstruktif : obstruksi lumen bronkus disebabkan oleh tumor,
sumbatan mukus, benda asing, peradangan bronkus atau
kompresi ekstrinsik (pembesaran kelenjar getah bening).
 Adhesif : surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan alveoli. Pada kelainan yang menggangu fungsi
surfaktan, kolaps dari alveoli dapat terjadi, seperti pada kasus –
kasus acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan hyaline
membrane disease (HMD).
 Sikatriks : terjadi ketika proses fibrosis pada paru atau pleura
menghambat ekspansi paru. Atelektasis kecuali yang disebabkan
oleh sikatriks biasanya bersifat reversibel.
 Non obstruktif lainnya : pembiusan (anestesia), tirah baring
jangka panjang tanpa perubahan posisi.
Manifestasi klinis yang dapat dijumpai
 Sesak
 Batuk
 Bunyi nafas berkurang
 Gejala yang berhubungan dengan penyakit yang mendasari (
penurunan berat badan, anoreksia, kakheksia, keringat
malam, peningkatan denyut jantung ).4
Gambaran radiologis pada atelektasis
 Pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental atau
seluruh paru, sebagai akibat kurangnya aerasi sehingga
memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan
penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan
diafragma tertarik ke atas, pergeseran letak hilus dan sela iga
menyempit.5
Atelektasis lobus superior kanan
Atelektasis lobus medius kanan
Atelektasis lobus inferior kanan
Atelektasis Subsegmental
Atelektasis Kompresif e.c Efusi Pleura
Golden s sign merupakan bentuk dari fisura
minor yang mengalami pergeseran.
Fraktur Kostae Multiple
 Cedera toraks yang paling sering disebabkan oleh trauma
tumpul dinding dada.
 Umumnya patah di daerah terjadinya benturan atau di
daerah yang struktur tulangnya lemah, biasanya di sudut
posterior.
 Posisi fraktur iga di dalam rongga toraks juga menentukan
penyebab terjadinya cedera.
 Fraktur iga bawah kiri dapat merusak limpa (risiko 22–
28%), fraktur iga bawah kanan dapat merusak hati (risiko
19–56%) dan fraktur iga ke–11 dan ke–12 dapat
menyebabkan kerusakan ada ginjal.
 Merupakan masalah besar pada paru dengan insidens 84–
94% yang berupa hemotoraks, pneumotoraks, dan kontusio
paru.7,8
 Diagnosis klinis didapatkan dari kelainan dada, pergerakan
fragmen, ekimosis dan juga pemeriksaan radiologi.
 Manifestasi : rasa nyeri pada saat inspirasi, pasien berusaha
untuk mengurangi gerakan rongga dada yang berakibat pada
hipoventilasi, mengurangi rasa nyeri juga menyebabkan
berkurangnya batuk dan dan napas dalam yang berakibat
pada retensi sputum dan penurunan kapasitas residu
fungsional.
“Faktor–faktor tersebut menyebabkan penurunan lung
compliance, perubahan V˙/Q mismatch dan
hipoksemia.”9
Tampak fraktur iga multiple kanan dan kiri
CT Coronal tampak Fraktur iga 3 dan 5
Thoraks AP menunjukan fraktur multiple segmental costa
kiri, tampak juga Pneumothoraks kanan dan kontusio
pada kedua paru

Rekonstruksi CT Scan 3D pada posisi


posterior menunjukan multiple bilateral
fraktur costa posterior yang
mengkonfirmasi adanya bilateral flail chest.
“Flail chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi
mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada.
Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua
atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur.”
“Flail chest lepasnya hubungan antar - tulang pada fraktur iga
segmental yang dapat menyebabkan pernapasan paradoksal
(kebalikan) dari gerakan mekanik pernafasan dinding dada. Pada
saat inspirasi dada akan bergerak ke arah dalam mengikuti
tekanan negatif dan pada saat ekspirasi bagian fraktur segmental
akan terangkat.”
“Pada tahap awal kematian yang terjadi akibat flail chest
kebanyakan disebabkan oleh hemotoraks masif dan kontusio
paru, sedangkan pada tahap lanjut disebabkan oleh acute
respiratory distress syndrome (ARDS). Untuk itu penanganan
secepatnya perlu dilakukan dengan memberikan analgetik dan
pemberian ventilasi yang adekuat.”10,11
Hemotoraks
 Terjadi penimbunan darah bebas pada rongga pleura.
 Jejas ekstrapleura, trauma pada jaringan dada dapat
menyebabkan gangguan membran pleura sehingga
menyebabkan darah terkumpul pada rongga pleura. Sumber
perdarahan pada jejas ekstrapleura adalah arteri mamaria
interna dan arteri intercostal.
 Jejas intrapleura, jejas tumpul atau tajam yang mengenai
seluruh struktur intratoraks dapat menyebabkan
hematotoraks. Biasanya jejas terhadap arteri atau vena besar
dalam toraks atau jantung dapat menyebabkan hematotoraks
masif. Selain itu juga disebabkan oleh pecahnya aneurisma.12
 Manifestasi klinis pasien : Nyeri dada, sesak napas, gerakan
napas tertinggal, fremitus sisi yang terkena lebih lemah,
pekak dengan batas seperti garis miring atau mungkin tidak
jelas, bunyi napas menurun atau menghilang.
 Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan rontgen dada dan
water sealed drainage (WSD). Pada foto thoraks tegak tampak
sinus tumpul sesuai jumlah darah, pada posisi supine akan
tampak peningkatan opasitas atau ground-glas appearance pada
hemitoraks yang terkena.12
Gambaran hemotoraks tampilannya
menyerupai efusi pleura bebas
Ekstrapleura hematom. Panah menunjukan
adanya perselubungan opak (hematom)
pada extra pleura kiri atas yang muncul
pasca pemasangan internal jugular central
line. Tampak pula kontusio paru bilateral
yang masif pada kedua paru
Ruptur Aorta
“Diseksi aorta klasik umumnya diawali dari robekan tunika intima
dinding aorta, menyebabkan darah mengalir masuk menuju media,
memisahkan lapisan-lapisan dinding aorta, dan menciptakan lumen
palsu.”

“Mengurangi darah yang dialirkan ke tubuh, diseksi bertambah luas,


serta menghambat aliran darah aorta (lumen sebenarnya) dan juga
arteri yang dipercabangkannya.”

“Diseksi juga dapat melemahkan dinding aorta, menyebabkan


aneurisma atau ruptur aorta.” 32
“Klasifikasi Stanford membagi diseksi aorta menjadi dua tipe
berdasarkan lokasinya. Pada diseksi tipe A, lokasi diseksi meliputi
aorta asenden. Sedangkan pada diseksi tipe B (distal), aorta asenden
tidak ikut terkena.”

“Sekitar dua per tiga diseksi aorta adalah tipe A.” 33,34
Gambaran klasifikasi diseksi aorta
Manisfestasi Klinis
 Nyeri dada, umumnya dideskripsikan sebagai nyeri hebat,
onsetnya mendadak, dengan intensitas maksimum saat awal
timbulnya. Nyeri bersifat tajam, digambarkan seperti
dirobek, disayat, atau ditusuk.
 Lokasi nyeri di toraks anterior (khas pada diseksi tipe A) atau
antara kedua skapula (diseksi tipe B). Nyeri dapat menjalar
mengikuti meluasnya diseksi sepanjang aorta pada toraks dan
abdomen.34,35
“Klinis lain berhubungan dengan komplikasi. Diseksi dapat
meluas dan menghambat aliran arteri yang bercabang dari
aorta. Sindrom malperfusi dapat memberikan gambaran infark
miokard (jika mengenai arteri koroner), stroke (arteri karotis),
iskemia organ viseral (arteri mesenterika), gagal ginjal (arteri
renalis), hilang pulsasi di ekstremitas (arteri brakiosefalika atau
arteri subklavia kiri), atau paraparesis (iskemi medula spinalis).”
34
“Perbedaan tekanan darah sistolik antara kedua lengan dapat
ditemukan jika diseksi menyumbat arteri subklavia. Pulsus
defisit (perbedaan frekuensi denyut nadi) atau perbedaan
tekanan darah di dua lengan dapat mencurigakan ke arah
diseksi aorta.”
Diseksi akut tipe A. Terlihat gambaran aorta asenden,
aorta desenden, dan mediastinum yang melebar (tanda
panah)

Foto toraks berguna untuk skrining, mungkin


menjadi petunjuk awal diseksi aorta.
“Diagnosis dengan CT scan didasarkan pada ditemukannya dua
lumen yang dipisahkan oleh intimal flap atau dua lumen
dengan opasitas berbeda. CT scan dengan kontras memiliki
akurasi tinggi, dengan sensitivitas 98% dan spesifisitas 100%,
jika tanpa kontras diseksi aorta dapat tidak terdeteksi.”
CT Scan menunjukan jaringan lunak abnormal pada
anterior mediastinum yang sesuai dengan hematom, CT
Scan menunjukan kontur yang abnormal pada arkus aorta
CT Scan menunjukan pseudoaneurisma kecil pada dinding
anterior proksimal dari aorta desendens. Kontur aorta yang
abnormal, hematom mediastinum periaorta dan lokasi yang
klasik menegakkan diagnosis cedera aorta.
Kontusio Paru

“Didefinisikan sebagai memar atau peradangan pada paru yang


dapat terjadi pada cedera tumpul dada akibat kecelakaan
kendaraan, tertimpa benda berat, trauma tumpul dengan fraktur
iga yg multipel, cedera ledakan atau gelombang kejut yang
terkait dengan trauma penetrasi, flail chest, dan luka tembak.”
37,38
“Manifestasi yang dapat timbul antara lain takikardi, dyspnoe,
bronchoorhea/sekresi bercampur darah, takipnea, hipoksia, dan
dapat memburuk dalam 24-72 jam setelah trauma.” 39

“Kegagalan pernafasan mungkin lambat dan berkembang dari


waktu pertama terjadi trauma atau cedera.”
X-Ray. Menunjukkan memar paru yang berhubungan
dengan patah tulang rusuk dan emfisema subkutan. Ro
thoraks menunjukkan gambaran infiltrat.38
CT Scan. Menunjukkan gambaran kontusio
lebih awal.38
USG. Menunjukkan memar paru awal, pada saat ini tidak
terlihat pada radiografi. Sindrom interstisial dinyatakan
dengan garis putih vertikal, “B-Line”.39
Pneumomediastinum

“Didefinisikan sebagai adanya udara pada ruangan mediastinum.


Pneumomediastinum pertama kali dijelaskan oleh Laennec pada
tahun 1819 sebagai akibat dari cedera trauma toraks.” 40
Penyebab Pneumomediastinum Kondisi Yang Mendasari Sumber Kondisi Yang Mendasari
Asma, benda asing, laringitis akut obstruktif, stenosis
Obstruksi jalan nafas
kongenital
Ventilasi mekanik Anestesi umum, ekspirasi tenanan positif
Taruma thoraks Trauma tumpul, trauma tembus
Ruptur alveolar oleh karena
Manuver pernafasan dalam Aktifitas berat, asidosis (pernafasan Kussmaul)
peningkatan tekanan alveolar
Angkat berat, manuver Heimlich, defekasi, partus,
Manuver Valsava
inhalasi mariyuana atau kokain
Muntah ketoasidosis diabetik, anoreksia nervosa
Perubahan tekanan atmosfer Penyakit Caisson, perubahan ketinggian tiba-tiba
Infeksi -
Aspirasi -
Ruptur alveolar oleh karena penyakit
ARDS -
alveolar
Emphysema -
Interstisisal lung disease Sarcoidosis, silikosis
Trauma -
Jejas Tracheobronkial Instrumentasi Biopsi bronkoskopi
Neoplasma trakeal atau bronkial -
Muntah -
Jejas Iatrogenik -
Perforasi Oesophagus
Trauma (tembus) -
Neoplasma -
Perforasi nasopharynx Intubasi traumatik
Jejas Kepala dan Leher atau fraktur wajah atau pembedahan -
Pembedahan Prosedur dental -
Pembedahan Leher Bedah tiroid, bedah tonsil, trakeostomi
Perforasi gaster dan ulkus -
Diverticulitis -
Jejas Abdomen atau retroperitonial
Hernia -
atau pembedahan
Trauma -
Pembedahan rektosigmoid -
“Kegiatan olahraga berat, seperti menyelam, terbang, memainkan
alat tiup dan melahirkan juga merupakan faktor risiko
potensial.Teknik pernapasan yang tidak benar selama latihan
angkat berat dapat meningkatkan tekanan intratoraks dan
resiko pneumomediastinum. Disini dokter dan pelatih harus
bekerja sama untuk memberikan petunjuk pada atletnya
mengenai teknik pernapasan yang tepat selama melakukan
olahraga angkat berat.” 43
Manifestasi Klinis
 Pada pasien dengan pneumomediastinum adalah nyeri dada
akut (50-90%), dengan ciri khas nyeri retrosternal ringan-
berat pada saat inspirasi dengan atau tanpa penjalaran ke leher
dan lengan. Gejala lainnya adalah sesak nafas, demam (pada
kasus infeksi), nyeri tenggorokan, batuk, disfagia, nyeri
abdomen bagian atas dan muntah-muntah.42
 Demam dan leukositosis tanpa adanya penyakit infeksi
kadangkala ditemukan pada pasien pneumomediastinum,
sehingga klinisi akan sulit membedakannya dari
mediastinitis.48
“Pemeriksaan fisik pasien ditemui emfisema subkutis, yaitu adanya
udara pada subkutis. Hamman sign merupakan tanda
patognomik pneumomediastinum, berupa krepitasi pada
prekardial fase sistol (cruching sound).Tanda ini terdengar jelas
pada posisi dekubitus lateral kiri yang disertai melemahnya
bunyi jantung.” 45,46
 Spinnaker sail sign merupakan tanda adanya udara di
mediastinum yang terlihat pada foto toraks neonatus.
 Istilah ini merujuk pada gambaran timus yang terlihat jelas
dibatasi oleh udara, kedua lobus timus terdorong ke arah
lateral dan terlihat sebagai elevasi timus yang menyerupai
gambaran “layar”.42,49
 Spinnaker sail sign sering terjadi pada pneumomediastinum
anterior spontan dan biasanya dapat sembuh sendiri tanpa
perlu pengobatan spesifik.42
a. CXR neonatus b. Gambaran thymus neonatus
menunjukkan Spinnaker sail normal
sign
 Pneumoprekardium adalah adanya gambaran udara di
anterior pericardium, yang dapat dilihat jelas pada foto
lateral.42
 Spontaneus pneumoprekardium termasuk kasus yang jarang
dijumpai, terutama pada anak-anak. Penyebab tersering
adalah asma (0,3%) dan serangan akut yang menyertainya.
Penyebab lainnya adalah bronkiolitis yang disebabkan oleh
virus maupun iritasi pada saluran nafas juga harus
dipertimbangkan.50
Lateral CXR, menunjukkan udara di
sekeliling arteri pulmoner kanan. Tampak
juga udara bebas berada di anterior
pericardium (pneumoprecardium).
“Tubular artery sign adalah adanya udara yang berdekatan
dengan cabang utama dari aorta dan menggambarkan kedua
sisi pembuluh darah. Udara pada mediastinum akan membentuk
outline pada lateral arteri utama pulmo dan arkus aorta,
dimana pleural line ini dibentuk dari kedua pleura parietal
mediastinum dan pleura viseral.” 42,46
Foto toraks AP menunjukkan udara
disepanjang permukaan dalam pleura
mediastinal, yang menunjukkan
aortic knob, batas kiri jantung (panah
hitam) dan vena cava superior (kepala
panah hitam). Tampak udara
mengelilingi pembuluh darah
brachiocephalica membentuk
gambaran tubular vessel sign.
Radiografi toraks lateral menunjukkan
udara yang mengelilingi pembuluh
darah brachiosepalica (kepala panah
hitam). Garis lusen terlihat juga di
jaringan lunak prespinal (panah putih).
Tampak juga gambaran ring around the
artery sign (kepala panah putih).
Gambar axial CT Scan
menunjukkan udara mengelilingi
aorta desenden (kepala panah
hitam), vena azygos (panah
putih), esofagus (panah hitam),
dan bagian depan tulang belakang
(dua panah hitam).
 Extrapleural sign adalah adanya udara pada mediastinum
yang menyebabkan area lusensi pada daerah diluar pleura,
biasanya pada tepi lateral aorta descenden.41
 Extrapleural sign juga dapat membentuk kantong radiolusen
yang merupakan tanda adanya udara bebas pada pleura
parietal dan diafragma serta bagian posterior ke kubah
hemidifragma. Pada keadaan-keadaan seperti ini, udara
tersebut dapat menghilang spontan dalam 10 hari.51
Pasien dengan ruptur esofagus.
Pada proyeksi AP terlihat area
lusensi linier paralel dari aorta
desenden yang memperlihatkan
adanya udara pada
mediastinum. (panah hitam).
Udara tersebut kemungkinan
berada pada ligamen pulmo.
Disini juga terlihat adanya udara
pada pleura kiri (panah putih).
 Naclerio’sV sign dapat terlihat pada foto toraks frontal
membentuk gambaran lusensi udara berbentuk huruf 'V'
di daerah kiri bawah mediastinum.
 Tanda ini terdapat pada kasus ruptur esofagus, dimana
udara masuk ke mediastinum dari esofagus yang pecah.
Adanya tanda Naclerio’sV sign pada foto thoraks dapat
memberikan petunjuk sebagai tanda awal dari adanya
ruptur esophagus.
Gambar CXR menunjukkan pneumomediastinum
membentuk gambaran Naclerio’sV sign (panah).
Menggunakan bahan kontras Iopamidol tampak jelas
extra pasase kontras.
CT-Scan thoraks yang
menunjukkan
pneumomediastinum11
Inhalasi Benda Asing

“Benda asing dapat berupa benda asing eksogen dan endogen. Benda
asing eksogen dapat terdiri dari zat organik seperti kacang-
kacangan, tulang, dan zat anorganik seperti peniti, jarum, batu dan
lain-lain. Sedangkan benda asing endogen dapat berupa sekret
kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran
difteri, bronkolit, cairan amnion, dan mekonium. Pada kasus aspirasi
benda asing, sebanyak 80-90% kasus terperangkap pada bronkus.” 64
“CT-scan adalah modalitas yang dapat digunakan dalam penegakan
diagnosis aspirasi benda asing. Benda asing ditunjukkan dengan
adanya gambaran hiperdens pada lumen saluran pernapasan. CT-
scan juga dapat memperlihatkan perbedaan densitas dari benda
asing.”
 Selain itu, pemeriksaan berupa bronkoskopi virtual
menggunakan Multidetector Computed Tomography (MDCT)-scan
merupakan metode efektif untuk mendiagnosis benda asing
radiolusen pada saluran trakeobronkial. Memungkinkan
untuk mendapatkan gambar isotropik resolusi tinggi di setiap
potongan yang diinginkan.
 Pemeriksaan MRI juga bermanfaat untuk mendeteksi benda
asing yang tidak ditemukan pada saat pemeriksaan
endoskopik atau jika migrasi dari saluran nafas atau esofagus
dicurigai.
 MRI memiliki keunggulan berupa noninvasif dan minim
radiasi, tetapi memerlukan waktu yang lama, lebih mahal dan
kontraindikasi terhadap pasien dengan alat pacu jantung
buatan.
 Di samping itu, penggunaan MRI pada kasus benda asing yang
bersifat feromagnetik dapat berbahaya karena dapat
menyebabkan benda asing berpindah akibat tertarik medan
magnet.
Gambaran radioopak dari kawat gigi (dental bridge) di
bronkus utama kanan.70
Foto chest X-ray
menunjukkan adanya
fragmen gigi (tanda panah) di
lobus kanan bawah disertai
infiltrat paru di basal lobus
kanan
Riwayat batuk 6 bulan sejak pasien tersedak obat tablet.
(2a) X-ray dada menunjukkan hiperlusen pada lapangan
paru atas. (2b) CT scan menunjukkan adanya air trapping
pada bronkus utama kanan (tanda panah).
Gambaran koin metal yang
tertelan terdapat di
mediastinum superior
Asma

“Penyakit saluran nafas yang ditandai oleh inflamasi kronik yang


melibatkan berbagai sel inflamasi dengan karakteristik respon
yang berlebihan terhadap berbagai rangsangan. Manifestasi
klinisnya adalah penyempitan saluran nafas yang difus dengan
derajat yang bervariasi dan bersifat reversibel secara spontan
atau dengan pengobatan.” 80
 Umumnya gambaran radiologinya normal atau hiperinflasi.
Pemeriksaan umumnya dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab lain seperti obstruksi saluran napas dan bila ada
kecurigaan adanya proses patologi di paru atau adanya
komplikasi seperti pneumothorax, pneumomediastinum,
pneumonia, dan lain- lain.
Pada penderita asma, diafragma mendatar karena hiperinflasi83

NORMAL ASMA
Pneumothoraks

“Suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang


menyebabkan kolapsnya paru yang terkena.” 14
01 02
Pneumotoraks spontan,Yaitu setiap Pneumotoraks traumatik, Yaitu pneumotoraks
pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma
Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan
ke dalam dua jenis, yaitu : robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi
-Pneumotoraks spontan primer, yaitu ke dalam dua jenis, yaitu:
pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa
diketahui sebabnya. -Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu
pneumotoraks yang terjadi karena jejas kecelakaan,
-Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
pneumotoraks yang terjadi dengan didasari oleh
riwayat penyakit paru yang telah dimiliki -Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu
sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari
paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru- tindakan medis.
paru, asma, dan infeksi paru.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu:
 Pneumothoraks terbuka
 Pneumothoraks tertutup
 Pneumothoraks Ventil (Tension)
Deep sulcus sign (A) dan tension pneumotoraks kiri
disertai deviasi mediastinum kanan dan deep sulcus sign
(B)
 Catatan : Deep sulcus sign merupakan sudut kostofrenikus yang
lebih dalam daripada biasanya dan lancip pada foto dada
dengan gambaran lusensi pada sulkus tersebut. Deep sulcus
sign terlihat pada proyeksi supine.
Hidropneumothoraks. ada cairan di dalam
rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas
diafragma.
Pneumotoraks Totalis
Pneumonia
Tipe :
 Community acquired: Streptococcus (>60%), Haemophilus,
Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia. Secara umum
mortalitas rendah kecuali pada pasien yang memerlukan
perawatan.
 Hospital acquired: lnfeksi bakteri gram negatif. Mortalitas
lebih tinggi dibandingkan dengan community acquired
pneumonia. Faktor ko-morbid juga penting.
 Gambaran radiologi yang dapat dijumpai pada pasien pneumonia,
antara lain :(Dapat tertinggal dari onset klinis dan dapat menetap
setelah sembuh!)
 Pneumonia lobaris : Opasifikasi dari sebuah lobus, biasanya
Streptococcus. Gambaran air bronchogram dapat terlihat
 Pneumonia lobus media kanan: Batas jantung kanan menghilang
 Pneumonia lobus inferior kanan: Batas diafragma yang menghilang
 Pneumonia segmen lingula: Batas jantung kiri menghilang
 Pneumonia lobus inferior kiri: Batas diafragma kiri menghilang
Pneumonia lobus media kanan. Batas kanan jantung tidak jelas.
Pada proyeksi lateral, opasifikasi lobus media kanan terlihat antara
fisura horisontal dan fisura oblik.
Pneumonia lobus inferior kanan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai