Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

HEPATITIS VIRAL AKUT

Pembimbing : dr. B. Susanto Permadi, Sp. PD


Disusun oleh:
Chato Haviz Danayomi (1610221062)
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
BAB I
LAPORAN KASUS

I.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. MLK
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum menikah
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : 2/2 Klepu, Pringapus
I.2. Anamnesa

Keluhan Utama : Demam naik turun sejak 7 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 7 hari SMRS demam dirasakan naik turun. Demam pada malam hari lebih meningkat, namun
pada pagi hari demam menurun dibandingkan malam hari. Pola demam terus-menerus seperti itu
hingga saat ini. Mual dan muntah tidak ada, BAK normal terlihat lebih pekat. BAB berwarna putih
seperti dempul tidak ada. Tidak BAB sejak 2 hari SMRS. Nyeri perut tidak dirasakan pasien.
Nyeri kepala dirasakan cekot-cekot, nyeri kepala sebelah dan kepala berputar tidak dirasakan pasien.
Seluruh sendi dan otot terasa nyeri pada seluruh tubuh. Nafsu makan menurun

Sejak 3 hari SMRS pasien berobat ke dokter umum diberikan obat Thiamphenicol, Omeprazol,
Ondansetron, dan Paracetamol, namun tidak ada perbaikan hingga saat ini sehingga pasien memutuskan
untuk ke IGD RSUD Ambarawa
Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya riwayat sering lemah, mudah lelah, lesu, pandangan mata berkunang-
kunang, pusing, jantung berdebar-debar tidak ada. Riwayat berpergian ke daerah
endemis malaria tidak ada. Riwayat penurunan berat badan yang nyata tidak ada.
Muntah darah dan buang air besar seperti aspal disangkal. Riwayat sering nyeri atau
perih di ulu hati yang disertai mual dan muntah terutama bila terlambat makan tidak
ada.

Beberapa tahun lalu pasien sempat dirawat dengan diagnosis terdapat Demam Tifoid.
Riwayat Hipertensi, Diabetes, Asma dan lainnya disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan penderita.
I.3. Pemeriksaan Fisik

KU/Kes : Baik/Compos mentis


Vital Sign : T : 110/80 mmHg R : 20 x/menit
N : 94 x/menit S : 38,0 °C
Status Generalis
Kepala : Venektasi temporal (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah sianosis (-), Coated Tongue (+)
Leher : Deviasi trakea (-), JVP 5+2 cmH2O
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan penderita.
Status Lokalis
PARU
Inspeksi : Dinding dada simetris, Ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Vocal Fremitus simetris (apex dan basal)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru hepar di SIC V LMCD
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, wheezing (-)
ronkhi basah halus (-), ronkhi basah kasar (-)
JANTUNG
Inspeksi : IC terlihat di SIC V 2 jari medial LMCS
Pulsasi Parasternal (-), Pulsasi Epigastrium (-)
Palpasi : IC teraba di SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi : Kanan atas di SIC II LPSD
Kiri atas di SIC II LPSS
Kanan bawah di SIC IV LPSD
Kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1 > S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : Supel, Nyeri tekan suprapubik (-),
Undulasi (-)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
HEPAR : Tidak teraba
LIEN : Tidak teraba
EKSTREMITAS
Superior : Edema (-/-), akral hangat (+/+), sianosis (-/-)
Inferior : Edema (-/-), akral hangat (+/+), sianosis (-/-)
I.4. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium tanggal 28 November 2017
Hb : 13,1 gr/dl N Normal : 12,6 –
16,8 gr/dl
Leukosit : 8,300/l N Normal : 4,500 – 13,500/l
Hematokrit : 38,6 % ↓ Normal : 40%-52%
Eritrosit : 4,6 juta/l N Normal : 3,8-5,8 juta/l
Trombosit : 233.000/l N Normal :
150.000– 400.000/l
MCV : 83,8 fL N Normal : 82 -98 fL
MCH : 28,5 pg N Normal : 27-32 pg
MCHC : 34,0 gr/dl N Normal : 32–
37gr/dl
RDW : 13,8 % N Normal : 10-15 %
MPV : 8.8 fL N Normal : 7-11 fL
Hitung Jenis
Basofil % : 0,3 % N Normal : 0 – 1 %
Eosinofil% : 0,3 % ↓ Normal : 2 – 4 %
Batang% : -% - Normal : 2 – 5 %
Neutrofil% : 59.6 % N Normal : 50 – 70%
Limfosit% : 31,7 % N Normal : 25-40%
Monosit% : 8,1 % N Normal : 2 – 8%
Bilirubin Total : - mg/dL N Normal : 0-1,1 mg/dL
Bilirubin Direk : - mg/dL N Normal : 0-0,3 mg/dL
Bilirubin Indirek : - mg/dL N Normal : 0-1,1 mg/dL
SGOT : 56 U/L ↑ Normal : <29 U/L
SGPT : 111 U/L ↑ Normal : <24 U/L
Anti Salmonella IgM :0 N < 2 Negatif
Urinalisis (29-11-17)
Fisis
Warna : Kuning Kuning muda
Kejernihan : Jernih Jernih
Bau : Khas Khas
Kimia
Berat Jenis : 1.020 1.00-1.030
PH : 8.5 < 5.8
Leukosit : Negatif Negatif
Nitrit : Negatif Negatif
Protein : Negatif Negatif
Glukosa : Normal Normal
Keton : Negatif Negatif
Urobilinogen : Negatif Negatif
Bilirubin : Negatif Negatif
Eritrosit : Negatif Negatif
Sedimen
Eritrosit : 3,1 <6,4
Leukosit : 8,5 <5,8
Epitel : 3,9 <3,5
Slinder : 0,12 <0,47
Silinder Patologis : 0,00 Negatif
Kristal : 0,1 Negatif
Epitel Tubulus : 2,4 Negatif
Mucus : 0,48 Negatif
Bakteri : 2,8 <23
Trikomonas : Negatif Negatif
Jamur : Negatif Negatif
II.7. Penatalaksanaan

I.5. Diagnosa Banding IVFD D5 20 TPM


Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
Hepatitis Viral Akut
Demam Tifoid PO Azithromycin 1x500mg
PO Pamol 1x500mg
PO Curcuma 3x1 tab

II.6. Diagnosis
II.8. Prognosis
Febris H-7
Hepatitis Viral Akut Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Bonam
Quo ad sanationam : Ad Bonam
II.9. Follow Up
Selasa 28 - 11 - 17
S: Demam malam hari masih dirasakan, namun berkurang. Mual dan muntah
tidak ada, BAK normal terlihat lebih pekat. BAB berwarna putih seperti
dempul tidak ada. Saat ini blm BAB sejak 3 hari SMRS. Nyeri perut tidak
dirasakan pasien. Nyeri kepala dirasakan cekot-cekot, nyeri kepala sebelah
dan kepala berputar tidak dirasakan pasien. Seluruh sendi dan otot terasa
nyeri pada seluruh tubuh. Nafsu msh makan menurun.

O: Kesadaran : Compos Mentis


Keadaan Umum : Sakit Sedang
TD : 110/80 mmhg Nadi : 70x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt Suhu : 36,6
Status Generalis : Tidak tampak kelainan
Coated Tongue (+)
A: Febris H-8

Susp Demam Tifoid

P: IVFD D5 20 TPM
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj Ranitidin 50mg/12 jam
PO Pamol 1x500mg
Rabu 29 - 11 – 17

S: Demam malam hari sudah tidak dirasakan. Mual dan muntah tidak ada, BAK
normal terlihat lebih pekat. BAB sudah keluar +, berwarna putih seperti dempul tidak
ada. Nyeri perut tidak dirasakan pasien. Nyeri kepala dirasakan cekot-cekot, nyeri
kepala sebelah dan kepala berputar tidak dirasakan pasien. Seluruh sendi dan otot
terasa nyeri padaseluruh tubuh berkurang. Nafsu makan membaik

O: Kesadaran : Compos Mentis


Keadaan Umum : Sakit Sedang
TD : 110/80 mmhg Nadi : 69x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt Suhu : 36,0
Status Generalis : Tidak tampak kelainan
Coated Tongue (+)
A: Febris H-9

Hepatitis Viral Akut

P: IVFD D5 20 TPM
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
PO Azithromycin 1x500mg
PO Pamol 1x500mg
PO Curcuma 3x1 tab
Kamis 30 - 11 – 17

S: Demam malam hari sudah tidak dirasakan. Mual dan muntah tidak ada, BAK
normal terlihat lebih pekat. BAB sudah keluar +, berwarna putih seperti dempul tidak
ada. Nyeri perut tidak dirasakan pasien. Nyeri kepala cekot-cekot sudah tidak ada, nyeri
kepala sebelah dan kepala berputar tidak dirasakan pasien. Seluruh sendi dan otot
terasa nyeri pada seluruh tubuh sudah tidak ada. Nafsu makan membaik

O: Kesadaran : Compos Mentis


Keadaan Umum : Sakit Sedang
TD : 110/70 mmhg Nadi : 84x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt Suhu : 36,0
Status Generalis : Tidak tampak kelainan
Coated Tongue (+)
A: Febris H-10

Hepatitis Viral Akut

P: IVFD D5 20 TPM
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
PO Azithromycin 1x500mg > Stop
PO Pamol 1x500mg
PO Curcuma 3x1 tab
BAB II
PEMBAHASAN

Sejak 7 hari SMRS demam dirasakan naik turun. Demam pada malam hari lebih
meningkat, namun pada pagi hari demam menurun dibandingkan malam hari. Pola
demam terus-menerus seperti itu hingga saat ini.

Pola demam ini adalah pola demam kontinyu dengan demam yang terjadi 7 hari terus-
menerus dan terdapat variasi diurnal meningkat pada malam hari dan menurun pada
pagi hari. Namun suhu tubuh tidak mencapai normal, hal ini sesuai dengan demam
kontinyu yaitu terdapat variasi diurnal 0,4˚C tetapi tidak mencapai normal. Analisis ini
mengarahkan kedemam Tifoid.

Pasien demam 7 hari hal ini sesuai analisa pada demam Tifoid manifestasi klinis yaitu
10 – 14 hari yang terbagi menjadi gejala di minggu ke 1 dan minggu ke 2. 1
Pada Hepatitis Viral Akut terdapat demam derajat rendah. Fase demam ini terjadi pada
saat fase Ikterus yaitu 5-10 hari, namun pada pasien tidak tampak fase Ikterus hal ini
sesuai teori bahwa pada fase Ikterus tidak terditeksi pada banyak kasus. 1
Mual dan muntah tidak ada, BAK normal terlihat lebih pekat. BAB berwarna putih seperti
dempul tidak ada. Tidak BAB sejak 2 hari SMRS. Nyeri perut tidak dirasakan pasien. Hal ini
menjelaskan bahwa pada fase predormal atau preikterik pada Hepatitis Viral Akut tidak
begitu khas, hanya gejala konstipasi yang terlihat pada Hepatitis Viral Akut.

Pada Demam Tifoid terdapat kerusakan plaque Peyeri akibat interaksi dengan makrofag
menimbulkan hyperplasia jaringan dan erosi pembuluh darah dan edotoksik yang
menyebar sistemik sehingga mengakibatkan gangguan saluran cerna, gangguan
absorbsi maupun mortalitas usus sehingga terjadi konstipasi karena. 1 Selain itu
konstipasi juga disebabkan meningkatnya waktu penyerapan amonia dan racun lainnya
untuk diserap dari saluran gastrointestinal. 2
Nyeri kepala dirasakan cekot-cekot, nyeri kepala sebelah dan kepala berputar tidak
dirasakan pasien. Seluruh sendi dan otot terasa nyeri pada seluruh tubuh. Nafsu makan
menurun.

Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis pada demam Tifoid yaitu terdapat demam,
anoreksia, nyeri kepala, dan disertai obstipasi atau diare yang disebabkan saat terjadi
fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi.

Sedangkan pada Hepatitis Viral Akut gejala prodromal ini disebabkan oleh terjadinya
respon CD 8 dan CD 4 sel T dan produksi sitokin di sel hati dan sistemik. 1
Sejak 3 hari SMRS pasien berobat ke dokter umum diberikan obat Thiamphenicol,
Omeprazol, Ondansetron, dan Paracetamol, namun tidak ada perbaikan hingga saat ini
sehingga pasien memutuskan untuk ke IGD RSUD Ambarawa.

Tiamphenicol merupakan obat pilihan pertama pada demam Tifoid, Thiamphenicol


serupa dengan Kloramphenicol namun efek samping Anemia Aplastik lebih rendah dari
Kloramphenicol. Tiamphenicol diberikan dengan dosis 4x500mg dan demam menurun
rata-rata hari ke 5 hingga ke 6. 1
Beberapa tahun lalu pasien sempat dirawat dengan diagnosis terdapat Demam Tifoid.
Riwayat Hipertensi, Diabetes, Asma dan lainnya disangkal. Hal ini menjelaskan apakah
pasien adalah Tifoid Carier atau tidak yaitu apabila setelah 1 tahun terinfeksi bakteri S
Typhi masih terdapat bakteri Typhi difases tanpa disertai gejala klinis. 1

Pada pemeriksaan fisik ditemukan bradikardi relative yaitu peningkatan suhu 1˚C tanpa
disertai peningkatan nadi 8 x/mnt. Nadi : 94 x/menit, dan Suhu : 38,0 °C. Selain itu
terdapat Coated Tongue pada pasien yang merupakan gejala khas dari Demam Tifoid
yaitu kotor ditengah, tepi, dan ujung merah disertai tremor. 1
Pada pemeriksaan pennunjang ditemukaan Eosinofil% : 0,3 % normal : 2 – 4 % yaitu
terjadi penurunan Eosinofil. Pada demam Tifoid terjadi aneosinofilia maupun limfopenia.
Leukosit : 8,300/l N Normal : 4,500 – 13,500/l, SGOT: 56 U/L ↑ Normal : <29 U/L, dan
SGPT : 111 U/L ↑ Normal : <24 U/L hal ini sesuai dengan Hepatitis Viral Akut yang
terjadi peningkatan SGOT/SGPT disertai leukosit normal atau leukopeni. 3 Pada demam
Tifoid juga terdapat leukosit yang normal atau leukositosis disertai peningkatan
SGOT/SGPT. 1
Anti Salmonella IgM: 0 N < 2 Negatif. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya pasien telah menggunakan antibiotik Thiamphenicol sejak berobat ke
dokter umum, setelah itu di IGD juga telah diberikan antibiotik Ceftriakson injeksi.
Penelitian pada Mei 2016 menjelaskan durasi rata-rata terapi antibiotik pada pasien
dengan kultur darah negatif adalah 2,93 hari dengan durasi rata-rata 1,5 hari di antara
sampel dengan akultur darah positif. Ini memberi nilai P signifikansi 0,03. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa IgM tifoid memiliki sensitivitas 96,43%, spesifisitas
54,44%. 4
Pasien diberikan Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam, dan PO Azithromycin 1x500mg sebagai
antibiotic. Ceftriaxone adalah sefalosporin generasi ke 3 yang efektif terhadap bakteri S
Typhi sebagai pengobatan lini ke 2. 1

Dalam percobaan acak komparatif, kami menunjukkan bahwa azitromisin sangat efektif
untuk pengobatan demam tifoid tanpa komplikasi pada anak-anak. Dalam penelitian ini,
temuan tingkat kesembuhan klinis> 90% dan angka kesembuhan mikrobiologis> 95%
untuk subjek yang menerima azitromisin atau ceftriaxone dibandingkan dengan temuan
dari uji coba sebelumnya terhadap antibiotik standar untuk pengobatan demam tifoid. 5
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien


diagnosis dengan Hepatitis Viral Akut. Diagnosis demam Tifoid belum dapat
disingkirkan dikarenakan beberapa faktor yang menyebabkan hasil negatif pada
pemeriksaan IgM anti Salmonella sehingga diperlukan analisa lebih lanjut mengenai
kasus ini dan diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan.
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta: Interna Publishing.

Frederick RT. Current Concepts in the Pathophysiology and Management of Hepatic


Encephalopathy. Gastroenterology & Hepatology. 2011;7(4):222-233.

Mubin HA, 2013. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Kumar KS, Suganya M, et al. Rapid Diagnostic test for Typhoid. International Journal of Scientifc
Study. 2016. Vol 4. Issue 2. 256-259

FrenckJr WR, Nakhla I, et al. Azithromycin versus Ceftriaxone for the Treatment of Uncomplicated
Typhoid Fever in Children. Clinical Infectious Diseases, Volume 31, Issue 5, 15 November 2000,
Pages 1134–1138.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai