RONGGA MULUT
KELOMPOK 6
TUTORIAL SKENARIO 1
BLOK 10
PEMBIMBING : drg. Isyana Erlita, Sp.KG.
ANGGOTA KEL0MPOK
Nekrosis
Pulpa
Abses
Purnomo J, 2011
• NEKROSIS PULPA Iritasi terhadap jaringan pulpa dapat menyebabkan
terjadinya reaksi inflamasi. Iritan dapat berupa iritan
PATOGENESIS NEKROSIS PULPA mekanis, kimia, namun yang paling sering menjadi etiologi
penyakit pulpa adalah iritan oleh mikroorganisme. Iritan
oleh mikroorganisme disebabkan karena terpaparnya
pulpa ke lingkungan oral. Pulpa secara normal dilindungi
dari infeksi mikroorganisme oral oleh enamel dan
sementum.
(Wulansari, 2016)
PENYEBARAN
ABSES
a. Abses Submukosa (Submucous Abscess)
pus terletak dibawah lapisan mukosa, akan tetapi, jika
berbeda tempat, berbeda pula namanya, namun untuk
yang terletak di palatal, disebut sebagai Abses Palatal
(Palatal Abscess). Yang terletak tepat dibawah lidah dan
diatas (superior dari) perlekatan otot Mylohyoid disebut
abses Sublingual (Sublingual Abscess).
b. Abses Bukal (Buccal Space Abscess)
pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan otot
masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot
maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut
Abses Bukal
c. Abses Submandibular (Submandibular
Abscess)
d. Abses Perimandibular
e. Abses Subkutan (Subcutaneous Abscess)
Santosa A., 2017
KLASIFIKASI ABSES
• KLASIFIKASI ABSES
Sublingual Abscess
Definisi: merupakan abses yang terbentuk pada spasia
sublingualis di atas musculus mylohyoid baik sebelah kanan atau
kiri.
Etiologi: biasanya infeksi spasia sublingual sering terjadi pada
gigi anterior, premolar dan molar pertama RB, yang apeks-nya
terletak pada perlekatan musculus mylohyoid.
Manifestasi klinis: terjadi pembengkakan mukosa pada dasar
mulut yang menyebabkan lidah terangkat ke arah palatal dan
lateral. Sulkus lingual mandibula tidak terlihat dan mukosa
nampak sedikit kebiru-biruan. Pasien kesulitan bicara karena
adanya edema dan pergerakan lidah terasa sakit.
Perawatan: dilakukan insisi untuk drainase secara intraoral,
lateral dan sepanjang ductus Wharton serta nervus lingual. Untuk
mencapai pus, digunakan hemostat untuk mengeksplorasi spasia
inferior—dengan arah anteroposterior dan di bawah glandula—
(Fragiskos FG, 2007) kemudian dipasang rubber drain.
• KLASIFIKASI ABSES Submandibullar
Abscess
Definisi: merupakan abses yang terjadi pada spasia submandibular. Spasia submandibular dibatasi oleh corpus
mandibula, venter anterior dan posterior musculus digastricus, ligament stylohyoid, musculus mylohyoid dan
musculus hyoglossus. Spasia ini mengandung glandula submandibula dan linfonodi submandibula.
Etiologi: infeksi ini mungkin berasal dari molar kedua atau molar ketiga RB jika apeks-nya terdapat di bawah
perlekatan musculus mylohyoid. Selain itu juga dapat dikarenakan adanya penyebaran infeksi dari spasia
subligual dan submental.
Manifestasi klinis: abses terlihat sebagai pembengkakan ringan pada daerah submandibular yang menyebar
menyebabkan kulit mengeras dan kemerahan. Sudut mandibula menghilang, serta terdapat nyeri saat palpasi dan
trismus ringan.
Perawatan: insisi untuk drainase dilakukan pada kulit, sekitar 1 cm di bawah dan sejajar batas bawah mandibula
dengan menghindari arteri dan vena fasialis serta mempertimbangkan cabang nervus fasialis. Hemostat
dimasukkan untuk mengeksplorasi ruang. Diseksi tumpul harus dilakukan di sepanjang permukaan medial
tulang mandibula karena pus sering terletak di daerah ini juga. Setelah drainase, rubber drain dipasang.
Cellulitis
Definisi: merupakan kondisi inflamasi difus akut yang menginfiltrasi
jaringan ikat longgar di bawah kulit.
Etiologi: biasanya berasal dari infeksi gigi dan karena ada infeksi
campuran. Mikroorganisme yang berperan adalah staphylococcus dan
streptococcus aerob dan anaerob.
Manisfetasi klinis: ditandai adanya edema, sakit kepala dan kulit
kemerahan. Edema dengan batas tidak jelas dapat muncul di berbagai
area wajah dan lokalisasinya tergantung pada gigi yang terinfeksi. Pada
tahap awal, cellulitis terasa lunak ketika palpasi dan tanpa pus. Kemudian
pada tahap lanjut, terjadi pengerasan dan terdapat pus yang terlokalisasi.
Perawatan: terapi dengan obat-obatan. Dapat diberikan antiobiotik
dengan dosis besar seperti penicillin atau ampicillin. Dilanjutkan dengan
terapi panas untuk mengurangi supurasi. Pada beberapa kasus
diperlukan drainase dapat pada satu atau beberapa tempat untuk
mengeluarkan eksudat. Pada kasus yang parah sebaiknya dirujuk ke
(Fragiskos FG, 2007) rumah sakit.
• KLASIFIKASI ABSES
Ludwig’s Angina
(Phlegmon)
Definisi: merupakan infeksi cellular akut yang secara bilateral melibatkan
ruang submandibular, sublingual, dan submental serta dapat berakibat
fatal ditidak dilakukan perawatan.
Etiologi: dapat berasal dari infeksi periapikal atau periodontal pada gigi
RB, khususnya pada gigi dengan apeks di bawah musculus mylohyoid.
Manifestasi klinis: terlihat pembengkakan yang keras dikarenakan pus
terletak pada jaringan yang dalam. Secara intra oral, terdapat edema pada
dasar mulut yang keras sehingga lidah terangkat dan menyebabkan
tersumbatnya saluran udara. Pasien mengalami demam disertai kesulitan
menelan, berbicara dan bernafas.
Perawatan: dilakukan dengan pembedahan untuk drainase infeksi dan
pemberian antibiotik dosis ganda. Insisi dilakukan secara bilateral, intra
oral, sejajar di medial batas bawah mandibula pada regio premolar dan
molar. Lalu insisi intra oral sejajar dengan duktus submandibula. Rubber
drain di tempatkan minimal selama 3 hari sampai gejala klinis reda. Pada
(Fragiskos FG, 2007) kasus dengan obstruksi nafas yang parah, pembedahan saluran nafas
harus dilakukan.
• KLASIFIKASI ABSES
Periodontal Abscess
Definisi: Merupakan inflamasi purulen akut
maupun kronis yang berkembang dari poket
Manifestasi klinis: terlihat edema di tengah gigi
disertai rasa nyeri dan kemerahan pada gusi.
Gejala yang timbul tidak separah dentoalveolar
abses.
Perawatan: insisi sederhana pada sulkus gingiva
dengan probe atau scalpel. Insisidapat pula
dilakukan pada gingiva pada titik paling tumpul
dari edema.
Subperiosteal Abscess
Definisi: abses yang terletak diantara tulang dan
periosteum baik pada bukal, palatal, maupun
lingual gigi penyebab infeksi.
Etiologi: akibat penyebaran intraalveolar
abscess.
Gejala khas: edema ringan, rasa sakit karena
tekanan pada periosteum serta sensitif pada
palpasi.
Perawatan: dilakukan dengan membuat insisi
intraoral dan drainase. Insisi dilakukan pada
mukosa dengan menghindari saraf dan pembuluh
(Fragiskos FG, 2007) darah untuk menghindari injury.
• KLASIFIKASI ABSES
Submucosal Abscess
Definisi: Abses ini tepat terletak di bawah mukosa vestibular
bukal maupun palatal/lingual gigi yang menjadi sumber infeksi.
Etiologi: akibat penyebaran intraalveolar abscess.
Manifestasi klinis: terlihat pembesaran mukosa dengan
fluktuasi yang jelas, sensitif terhadap palpasi, serta hilangnya
lipatan mucobukal pada area infeksi.
Perawatan: dilakukan dengan insisi superfisial dengan pisau
bedah. Hemostat kecil lalu dimasukkan untuk memperbesar
drainase dan rubber drain dimasukkan untuk menjaga drainase
tetap terbuka minimal 48 jam. Insisi pada palatal dilakukan
(Fragiskos FG, 2007) dengan menghindari arteri, vena, dan nervus palatinus mayor.
• KLASIFIKASI ABSES
Canine Fossa
Abscess
Definisi: Abses ini terletak pada fossa canina,
Etiologi: berasal dari gigi anterior, dan jarang dari gigi
premolar.
Manifestasi klinis: pembengkakan substansial pada
daerah atas pipi, dengan rasa sakit yang terletak di wilayah
fossa kaninus. Jaringan lunak hidung juga mungkin akan
terkena dampaknya. Infeksi dapat menyebar melalui vena
ini ke dalam sinus cavernous.
Perawatan: Perawatan terdiri dari insisi intraoral dan
drainase abses, dan menghilangkan agen penyebab.
Ketika pembukaan abses harus dilakukan secara hati-hati
untuk menghindari cedera saraf infraorbital yang berasal
dari tengkorak. Anestesi diadministrasikan ekstraoral dekat
foramen infraorbital.
(Fragiskos FG, 2007)
• KLASIFIKASI ABSES
Submental Abscess
Definisi: akumulasi pus pada regio anterior mandibula,
mendekati tulang, lebih tepatnya pada muskulus
mentalis, dengan penyebaran infeksi melalui symphysis
menti.
Etiologi: Biasanya disebabkan oleh infeksi pada gigi
anterior mandibula.
Manifestasi klinis: pembesaran yang cekat dan nyeri
pada dagu dan kemerahan pada kulit disekitarnya.
Perawatan: Perawatan yang dilakukan adalah insisi
pada lipatan mukobukal secara intra oral. Jika pus
menyebar secara ekstraoral, insisi dilakukan pada kulit
secara pararel di batas bawah lidah ke arah posterior.
ABSES
Perawatan abses odontogenik
akut dapat dilakukan secara lokal
atau sistemik.
1. Pemberian antibiotik
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bakteremia dan difusi lokal (inokulasi) sebagai
akibat sekunder dari manipulasi (perawatan) yang dilakukan. Pemberian Penicillin oral (1
garm untuk dewasa) mencapai tingkat terapeutik dalam 1 jam, sedangkan erythromycin (500
mg untuk dewasa) memerlukan waktu sedikit lebih lama untuk mencapai tingkat terapeutik.
Blok saraf dengan anestetikum untuk menghilangkan rasa sakit dengan efektif dan
menjadikan prosedur perawatan lokal. Apabila rasa sakit sudah berkurang, dapat dilakukan
pengukuran temperatur oral, dan apabila terjadi peningkatan, diberikan antipiretik (aspirin,
acetaminophen).
PENANGANAN ABSES
PENATALAKSANAAN