Anda di halaman 1dari 37

ASAM BASA DAN BEBERAPA

ASPEK TERMODINAMIKA
UNTUK KIMIA ANORGANIK
 Terdapat 7 teori Asam Basa yang dikenal :
1. 1. Teori Arrhenius
2. 2. Teori Bronstead-Lowry
3. 3. Teori Lewis
4. 4. Teori Lux-Flood
5. 5. Teori Pelarut
6. 6. Teori Usanovich
7. 7. Teori Pearson (Asam basa keras
lunak)
Definisi Lux-Flood (Huheey, 1984)
Berdasarkan teori ini asam dan basa ditinjau
dari donor dan apseptor ion oksida.
Asam yakni spesi kimia yang dapat mendonorkan
ion oksida (O2-).
Basa spesi yang dapat menerima (aseptor ion oksida).
Teori ini biasanya digunakan untuk meramalkan
reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi dan
proses metalurgi.
contoh: pada temperatur tinggi, senyawa organik
meleleh, reaksi-reaksi semacam ini, misalnya:
CaO + SiO2 → CaSiO3

CaO sebagai basa merupakan donor oksida dan SiO2,


aseptor oksida, disebut asam. Teori ini hanya berlaku pada
senyawa-senyawa oksida dan anhidrida. Contoh asam
anhidrida:
SiO2 + H2O → H2SiO3
Sedang basa anhidrida, misalnya:
Ca2+ + O2- + H2O → Ca2+ + 2OH-
Selain itu teori ini juga digunakan untuk pengelolaan sistem
anhidrat pada suhu tinggi, seperti keramik dan metalurgi.
Definisi Sistem Pelarut (Huheey, 1984 dan
Selbin, 1985)
Asam basa sistem pelarut dikembangkan oleh Cady Esley.
Berdasarkan teori ini:
Asam sistem pelarut yaitu spesies kimia yang bila dilarutkan
dalam pelarut tertentu dapat meningkatkan konsentrasi kation
karakteristik dari pelarut tersebut. Contoh cairan NH4Cl dilarutkan
dalam cairan NH3, maka NH4Cl bertindak sebagia asam sistem
pelarut karena dalam NH3, cairan NH4Cl teriosisasi menjadi NH4+
+ Cl-. NH4+ inilah yang disebut kation karakteristik pelarut (KKP).
Basa sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang
bila dilarutkan dalam pelarut tertentu dapat
meningkatkan anion karakteristik pelarut
tersebut.
Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan
POCl2, maka NaCl disebut anion karakteristik
pelarut (AKP). Karena dalam campuran NaCl
terurai menjadi Na+ dan Cl-. Cl- inilah yang
disebut AKP.
Defenisi Usanovich (Huheey, 1984)
Teori asam basa  M.Usanovich (1939)  disebut teori positif-
negatif.
Asam  spesi yang mampu memberikan kation untuk bergabung
dengan anion atau elektron atau menetralkan basa untuk menghasilkan
garam.
Basa  spesi yang mampu memberikan anion atau elektron untuk
bergabung dengan kation atau menetralkan asam untuk menghasilkan
garam. Dua contoh reaksi asam basa menurut teori ini:
Na2O + SO3  2Na+ + SO42-
2Na + Cl22Na+ + 2Cl-
Pada contoh reaksi pertama, SO3 dianggap sebagai asam karena spesi
ini mampu menangkap sebuah anion O2- membentuk SO42-. Sedangkan
pada contoh kedua, Cl2 sebagai asam karena menerima elektron dari
Na.
Asam-Basa Keras Lunak (Encyclopedia Of Science
And Technology, 1982 and Huheey, 1984 and Selbin,
1985)
Asam juga dibedakan menjadi asam
keras dan asam lunak, juga ada yang
diantaranya (intermediet).
Asam keras  asam yang mempunyai
polarisibilitas tinggi, muatan positif rendah
atau nol, ukurannya besar dan mempunyai
elektron terluar yang mudah tereksitasi
(umumnya elektron-elektron logam yang
menempati orbital d).
2. BEBERAPA ASPEK TERMODINAMIKA UNTUK KIMIA
ANORGANIK
• Kimia anorganik mencoba menjelaskan secara kuantitatif
perbedaan kestabilan dalam sistem-sistem kimia.
• Suatu sistem dikatakan stabil jika sistem tidak berubah
menurut waktuKestabilan sistem ini dicapai bila
energinya seminimal mungkin.
• Kestabilan di bagi dua yaitu yang sesungguhnya (real
stability) dan yang kelihatan (apparent stability).
• Kestabilan sesungguhnya, terjadi bila sistem dalam
keadaan kesetimbangan. Kestabilan tipe ini dipelajari
dengan termodinamika.
• Kestabilan kelihatan terjadi secara spontan tetapi sistem
tidak dalam keadaan kesetimbangan. Sistem yang
demikian, kelihatannya saja stabil dan dipelajari dengan
kinetika reaksi.
Kestabilan termodinamika

Untuk reaksi : aA + bB + cC + ……→ kK + lL + mM +….


Secara kuantitatif, kestabilan reasi ini dapat ditunjukkan dengan besaran
konstanta kesetimbangan K, a fungsi dari aktivitas reaktan dan produk:

Untuk zat cair dan zat padat murni pada tekanan normal secara aproksimasi,
aktivitasnya dianggap sama dengan satu. Sedangkan larutan yang sangat
encer, aktivitasnya biasanya dianggap sama dengan besarnya konsentrasi.
Aplikasi termodinamika di sini, menunjukkan bahwa persamaan
konstanta kesetimbangan diperoleh dari energi kimia yang esensial,
yang dikemukakan oleh isotherm van’t Hoff,
Kestabilan Kinetik
Hasil persamaan-persamaan di atas memperoleh konstanta E yang harus
diinterpretasikan sebagai besaran entalpi. Salah satu cara dapat ditunjukkan
dengan reaksi yang sederhana. Sebagai contoh:
A + BC → AB + C
Mekanisme reaksi yang mungkin di sini dengan pendekatan sebagai
berikut:
A menyerang molekul BC diikuti dengan pelepasan C dengan terputusnya
ikatan B-C. selama terjadi proses, energi sistem akan naik dari (A+BC),
mencapai energi maksimum dari (A…B…C) dan akhirnya menghasilkan
(AB+C) dengan eliminasi C. E dapat ditentukan dengan perbedaan
entalpi, H1 antara (A…B…C) yang disebut kompleks teraktivasi
(energinya disebut energi aktivasi) dari (A+BC), perubahan ini ditunjukkan
dengan RQP dalam gambar 4.1. Sumbu merupakan koordinat reaksi,
menunjukkan beberapa parameter perubahan dari geometri molekul yang
terjadi dalam tahap-tahap reaksi. Kemungkinan reaktan pada
pembentukan kompleks aktivasi tinggi dan akibatnya proses menjadi
lambat. Hal ini telah dibuktikan secara kuantitatif, dengan menggunakan
persaaman (5) dan (6). Reaksi bisa lebih rumit daripada yang telah
dijelaskan. Sebagai contoh reaksi dengan langkah-langkah yang
sederhana seperti RQP dapat juga terjadi mekanisme melalui
pembentukan “antara” (intermediate) yang waktu paruhnya pendek. Pada
reaksi ini, energi transisi yang tertinggi akan menunjukkan cepat
reaksinya. Mekanisme reaksi juga ditentukan oleh penambahan
katalisator. Dalam Gambar 5.1, (menurut Johnson) katalis membantu spesi antara
T. jika kesetimbangan antara T dan reaktan sangat cepat dicapai, cepat reaksi pada
tahap ini akan dikonversikan dari T ke produk. Perbedaan energi antara keadaan
transisi tinggi, S dan reaktan dibanding dengan energi aktivasi, jika lebih rendah
dari E maka perubahan dalam faktor pre-eksponen, A, tidak cocok dan reaksi
katalis ini lebih cepat. Katalis tidak berubah bila reaksi selesai, keadaan mula-mula
dan akhirnya tetap sama. Jadi kesetimbangan selalu tetap, tidak bergeser.
Besaran Entalpi dan Entropi
Entropi Gas
Entropi Zat Padat
Entropi dan Pengaruh Temperatur dalam Kesetimbangan
Hukum Termodinamika dalam Interpretasi Kimia

Anda mungkin juga menyukai