Asam Basa Dan Termodinamika Senyawa Anorganik - 2
Asam Basa Dan Termodinamika Senyawa Anorganik - 2
ASPEK TERMODINAMIKA
UNTUK KIMIA ANORGANIK
Terdapat 7 teori Asam Basa yang dikenal :
1. 1. Teori Arrhenius
2. 2. Teori Bronstead-Lowry
3. 3. Teori Lewis
4. 4. Teori Lux-Flood
5. 5. Teori Pelarut
6. 6. Teori Usanovich
7. 7. Teori Pearson (Asam basa keras
lunak)
Definisi Lux-Flood (Huheey, 1984)
Berdasarkan teori ini asam dan basa ditinjau
dari donor dan apseptor ion oksida.
Asam yakni spesi kimia yang dapat mendonorkan
ion oksida (O2-).
Basa spesi yang dapat menerima (aseptor ion oksida).
Teori ini biasanya digunakan untuk meramalkan
reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi dan
proses metalurgi.
contoh: pada temperatur tinggi, senyawa organik
meleleh, reaksi-reaksi semacam ini, misalnya:
CaO + SiO2 → CaSiO3
Untuk zat cair dan zat padat murni pada tekanan normal secara aproksimasi,
aktivitasnya dianggap sama dengan satu. Sedangkan larutan yang sangat
encer, aktivitasnya biasanya dianggap sama dengan besarnya konsentrasi.
Aplikasi termodinamika di sini, menunjukkan bahwa persamaan
konstanta kesetimbangan diperoleh dari energi kimia yang esensial,
yang dikemukakan oleh isotherm van’t Hoff,
Kestabilan Kinetik
Hasil persamaan-persamaan di atas memperoleh konstanta E yang harus
diinterpretasikan sebagai besaran entalpi. Salah satu cara dapat ditunjukkan
dengan reaksi yang sederhana. Sebagai contoh:
A + BC → AB + C
Mekanisme reaksi yang mungkin di sini dengan pendekatan sebagai
berikut:
A menyerang molekul BC diikuti dengan pelepasan C dengan terputusnya
ikatan B-C. selama terjadi proses, energi sistem akan naik dari (A+BC),
mencapai energi maksimum dari (A…B…C) dan akhirnya menghasilkan
(AB+C) dengan eliminasi C. E dapat ditentukan dengan perbedaan
entalpi, H1 antara (A…B…C) yang disebut kompleks teraktivasi
(energinya disebut energi aktivasi) dari (A+BC), perubahan ini ditunjukkan
dengan RQP dalam gambar 4.1. Sumbu merupakan koordinat reaksi,
menunjukkan beberapa parameter perubahan dari geometri molekul yang
terjadi dalam tahap-tahap reaksi. Kemungkinan reaktan pada
pembentukan kompleks aktivasi tinggi dan akibatnya proses menjadi
lambat. Hal ini telah dibuktikan secara kuantitatif, dengan menggunakan
persaaman (5) dan (6). Reaksi bisa lebih rumit daripada yang telah
dijelaskan. Sebagai contoh reaksi dengan langkah-langkah yang
sederhana seperti RQP dapat juga terjadi mekanisme melalui
pembentukan “antara” (intermediate) yang waktu paruhnya pendek. Pada
reaksi ini, energi transisi yang tertinggi akan menunjukkan cepat
reaksinya. Mekanisme reaksi juga ditentukan oleh penambahan
katalisator. Dalam Gambar 5.1, (menurut Johnson) katalis membantu spesi antara
T. jika kesetimbangan antara T dan reaktan sangat cepat dicapai, cepat reaksi pada
tahap ini akan dikonversikan dari T ke produk. Perbedaan energi antara keadaan
transisi tinggi, S dan reaktan dibanding dengan energi aktivasi, jika lebih rendah
dari E maka perubahan dalam faktor pre-eksponen, A, tidak cocok dan reaksi
katalis ini lebih cepat. Katalis tidak berubah bila reaksi selesai, keadaan mula-mula
dan akhirnya tetap sama. Jadi kesetimbangan selalu tetap, tidak bergeser.
Besaran Entalpi dan Entropi
Entropi Gas
Entropi Zat Padat
Entropi dan Pengaruh Temperatur dalam Kesetimbangan
Hukum Termodinamika dalam Interpretasi Kimia