Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS


SINISTRA INKARSERATA
Hernia abdominal  organ abdomen atau jaringannya meninggalkan tempat
anatomis normal dan menonjul keluar/protrusi ke luar kulit atau defek pada dinding
abdomen terjadi secara kongenital ataupun akuisita.

Tdd atas  hernia inguinal (pada 95% kasus), hernia umbilikalis (pada 6% kasus),
hernia femoralis (pada 3-5% kasus),hernia insisional (1,5%),hernia obturator (0,05-
0,14%)

PENDAHULUAN

Hernia inkarserata ditandai  hernia ireponibel  keadaan gawatdarurat 


membutuhkan pemebedahan segera.

Dengan adanya tekhnik dan peralatan yang non-invasif (seperti laparoskopi)  maka
terapi dapat menjadi lebih mudah dan komplikasi menjadi lebih jarang
IDENTITAS PASIEN

No rekam medik : 3735**


Tanggal masuk RS : 22 Februari 2019
Nama : Tn. S
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kp. Cikedokan
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama :
Pasien dating dengan keluhan terdapat benjolan di selangkangan kirinya.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :


Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di bagian selangkangan sebelah kiri. Benjolan tersebut
terasa nyeri jika ditekan. Benjolan muncul sekitar 1 bulan yang lalu, awalnya benjolan tersebut masih
dapat dimasukkan sendiri oleh pasien tetapi lama kelamaan sudah tidak bias dimasukkan kembali. Pasien
akhirnya ke poli bedah RSKM 1 dan di anjurkan operasi oleh dokter bedah
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien pernah berobat paru selama 9 bulan pada tahun 1996 dan sudah tuntas melakukan
pengobatan. Riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riw. Dm (-),riw. Hipertensi(-),riw.asma (-),riw. Pnyakit jantung (-). Tidak ada saudara pasien
yang mengalami gejala sama seperti pasien.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadan umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 66x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,3° C
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala
Normochepali
Tidak tampak adanya deformitas
Mata
Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
Conjunctiva tidak anemis
Sklera tidak tampak ikterik
Pupil: isokor kiri kanan
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis
Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan

Telinga
Daun telinga : normal
Tofi : tidak ditemukan
Lieng telinga : lapang
Membrana timpani : intake
Nyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekan
Serumen : tidak ada
Sekret : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Mulut dan tenggorokan


Bibir : tidak pucat dan tidak sianosis
Gigi geligi : lengkap, ada karies
Palatum : tidak ditemukan torus
Lidah : normoglosia
Tonsil : T1/T1 tenang
Faring : tidak hiperemis
Leher
Kelenjar getah bening:Tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Trakea : letak di tengah
Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan nafas saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK

Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra, ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Lihat status lokalis
Ekstremitas atas
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
Ekstremitas Bawah
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
PEMERIKSAAN FISIK (STATUS LOKALIS)

Regio : Inguinal sinistra


Inspeksi : Tampak benjolan , warna sama dengan kulit sekitar, dan tidak terdapat tanda-tanda
radang.
Palpasi : teraba massa dengan konsistensi kenyal yang keluar saat pasien disuruh mengedan dan
terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi peristaltik usus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal periksa: 12 Februari 2019
Hematologi
Hb : 14.7 g/dl
Eritrosit : 4,90 juta/mm3
Ht : 40.5%
Leukosit : 8800/μl
Trombosit : 288.000/dl
Bleeding time : 3 menit
Clotting time : 12.3 menit
GDS : 143 mg/dL
SGPT : 30 U/L
Creatinin : 0.31 mg/Dl
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSA

Diagnosa Kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata

Diagnosa Banding
- Hernia Inguinalis Medialis Sinsitra
- Limfadenopati inguinal sinistra
- Tumor Inguinalis
RENCANA TERAPI
Tanggal 22 Februari 2019 (IGD)

Rencana operasi herniorafi


Medikamentosa
Ceftriaxone 1 gram 1 jam pre-op
IVFD RL/8 jam
Edukatif post operatif : bed rest total, puasa sampai bising usus terdengar

Tanggal 23 Februari 2019 (di Ruangan Catalya)

IVFD RL/8jam + ketorolac drip 3x1 ampul


Ceftriaxone 2x1 gram
PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : ad bonam
ANALISA KASUS
HERNIA INGUINALIS
LATERALIS SINISTRA
INKARSERATA
DEFINISI
Hernia inguinal  penonjolan lapisan
peritoneum melalui defek struktur
muscular dan fascial pada dinding
abdomen dapat timbul secara Pada kasus  didapatkan
kongenital ataupun akuisita. benjolan pada selangkangan
kiri  yang sudah muncul
Resiko untuk mengalami hernia inguinal sejak 1 bulan yang lalu  Hal
 3% pada wanita dan 27% pada laki-laki ini menandakan hernia
 insidens meningkat dengan merupakan tipe inguinal yang
peningkatan umur  meningkat 8 kali lebih disebabkan karena factor
lipat jika ada riwayat keluarga yang akuisita  Ditemukan factor
mengalami hal yang sama. resiko berupa jenis kelamin
laki-laki (lifetime risk lebih
Faktor resiko  penyakit paru obstruktif tinggi) dan usia yang tua
kronis, merokok, indeksi IMT rendah,
bentuk pelvis yang lebar dan pendek dan
penyakit kolagen
ANATOMI

Hernia diklasifikasikan menjadi  hernia groin/genital dan ventral  Hernia


inguinal dibedakan menjadi hernia direk/medialis dan indirek/lateralis

Hernia  terjadi karena adanya kelemahan pada otot segitiga lumbar dan
dinding posterior kanalis inguinalis.

Struktur yang keluar dan masuk ke kavitas abdomen  terjadi kelemahan


dan membentuk hernia  Contoh yang paling kanalis inguinalis pada laki-
laki  tempat testis turun dari abdomen ke skrotum ketika lahir  Arteri
testicular, vena, dan vas berjalan melewati kanalis ini

Kegagalan penutupan prosesu vaginals  berkaitan dengan perngaruh


.
kalsitonin gen-related peptide dan hepatosit growt factor
ANATOMI
Tempat awal desensus testis  cincing inguinal profunda/cincin inner  terletak diantara
SIAS (spina iliaca anterior superior) dan tuberculum pubikum  Pembuluh darah
epigastrika inferior terletak medial

Otot traversus adominis dan oblikus internus  membentuk lengkungan/arch pada cincin
inguinal profunda  menyatu pada tuberculum pubicum  membentuk conjoint tendon.
Dibawah lengkungan hanya ada fascia transversalis dan aponeurosis eksternal obliq
 menyebabkan kelemahan.

Tempat keluarnya testis ke skrotum  cincin inguinalis superfisial/cincin outer.

Atap kanalis inguinalis tendon conjoint, dinding posterior fasica transversalis, dan
dinding anterior oblik eksternal  lantai dari kanalis  ligament inguinal (Poupart).

Tiga saraf penting yang melewati kanalis  ilioinguinal, iliohipogastrik, dan cabang
genital dan saraf genitofemoral.
ANATOMI
Ketika testis turun  peritoneum yang ikut turun  membentuk tunika vaginalis 
dalam keadaan normal akan menutup  Kegagalan penutupan  menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis.

Otot di setikar cincin inguinal profunda  dapat mencegah hernia untuk terbentuk
sepanjang tekanan intrabdomen konstan

Hernia indirek/lateralis  konten hernia protrusi di sebelah lateral pembuluh darah


epigastrika inferior

Hernia medial/direct  biasanya terjadi karena keadaan akuisita  dimana konten


hernia turun medial dari pembuluh darah epigastrika medial.

Di dalam kavitas abdomen  terdapat segitiga Hasselbach  dibatasi oleh


pembuluh darah epigastrika inferior di sebelah lateral, bagian lateral otot rektus
abdominis di sebelah medial, dan otot pubis di bagian bawah merupakan area
yang lemah  hanya dilapisi oleh fascia transversalis dan aponeurosis eksternal
obliq.
ANATOMI
Pelvis-Ligamen

Your Text Here Your Text Here


Pada kasus  didapatkannya benjolan dengan nyeri tekan dan muncul
saat adanya cough impulse  lebih menandakan jika hernia adalah tipe
indirek/lateralis.

Karena prevalensi inkarserasi yang lebih rendah untuk mengalami


strangulasi pada hernia medial.

Inkarserasi tersebut disebabkan karena terperangkapnya isi hernia di


dalam prosesus vaginalis.
.
ETIOLOGI
Kelamahan dinding abdomen kongenital karena hanya
adanya fascia pada regio inguinal dan tidak adanya peningkatan tekanan intraabdomen  terjadi
struktur muscular, gangguan perkembangan penutupan secara fisiologis pada wanita hamil, anak yang
cincin umbilical /serat otot linea alba abdomen yang menangis, dan aktivitas fisik yang berat.
inkomplit  terbentuknya defek/lubang.
Keadaan patologis terjadi pada tumor
Keadaan akuisita operasi abdomen atau trauma abdomen, ascites, batuk kronis, konstipasi
pada abdomen, penurunan sintesis serat kolagen kronis, dan kesulitan berkemih jangka panjang
.
(degradasi kolagen tipe III, dan peningkatan kolagen
tipe IV) dan juga oleh karena umur yang tua, nutrisi
yang buruk, serta merokok

Pada kasus  didapatkan factor resiko berupa umur pasien yang sudah memasuki decade 4 dan riwayat
penyakit paru sebelumnya  tetapi tidak didapatkan riwayat pekerjaan dengan aktivitas berat ataupun
riwayat keluarga dengan keluhan serupa  hernia disebabkan karena kelemahan otot abdomen oleh
karena penurunan sintesis kolagen karena peningkatan umur.
Pasien yang pernah dirawat dengan penyakit paru (batuk kronis) yang dialami oleh pasien  resiko
peningkatan tekanan intraabdomen.
PATOFISIOLOGI
Komponen penting dalam terjadinya
hernia a defek pada dinding dan konten
hernia.
Pada kasus  didapatkan
Defek kecil dengan dinding yang rigid  konten hernia yang sudah
membuat konten heria menjadi tidak dapat masuk secara
tererangkap, spontan, sehingga merupakan
hernia yang ireponibel, dan
Ketika hernia menjadi cukup besar  kemungkinan disebabkan
peritoneum juga dapat terdorong ke dalam karena trapping oleh leher
hernia bersaama dengan struktur kantong hernia yang sempit.
intraperitoneal (seperti usus dan
omentum)  sehingga terbentuk kantong
 menyebabkan usus dan omentum
dapat bebas bergerak keluar/kedalam
hernia (hernia reponibel).
PATOFISIOLOGI
Pada kasus  didapatkan isi hernia
Hernia inkarserta keadaan dimana yang ireponibel dan terasa nyeri, yang
hernia menjadi tidak dapat direposisi artinya sudah menjukkan adanya
karena bukaan yang sempit pada hernia inkarserata.
dinding abdomen atau karena adanya
adhesi antar kantong dan isi hernia. Nyeri karena adanya gangguan pada
refluks vena dan juga peningkatan
Sedangkan hernia strangulate  ketika tekanan isi hernia oleh.
aliran darah ke isi hernia (usus,
omentum) menjadi berkurang, keadaan pasien masih stabil
menunjukkan belum ada gangguan
Ketika inkarserata menetap  gangguan dalam perfusi arteri  karena usus
pada refluks vena (pertama kali muncul), yang masih viable dan belum
peningkata tekanan di dalamnya  mengalami iskemia.
- )
akhirnya terjadi gangguan perfusi arteri
menyebabkan iskemik dan infark. Hal ini juga ditandai dengan tidak ada
perubahan warna kulit di sekitar
Ketika usus terlibat dalam hernia hernia.
inkarserata  keadaan ileus obstrukti
PRESENTASI KLINIS
Pasien biasanya terdapat adanya
Pemeriksaan lain  perubahan
benjolan bagian selangkangan 
warna kulit disekitar benjolan, defek
basanya tidak nyeri  tetapi ada tasa
multipel/kontralateral, tanda/bekas
tidak nyaman dan terasa berat.
operasi sebelumnya, dan konten dari
skotum pada hernia groin/skrotalis.
dilakukan pemeriksaan  massa dapat
masuk secara spontan/menetap, massa
merupakan hernia primer/rekurensi
Ketika isi hernia dapat tereduksi 
karena adanya operasi abdomen
dilakiukan pemeriksaan dengan
sebelumnya.
finger test  meletakkan jari di
antara SIAS dan tuberkulum pubikum
Pasien diminta untuk berbaring
(mid-inguinal) pasien diminta untuk
kemudian berdiri biasanya didapatkan
batuk  ketika teraba massa pada
peningkatan ukuran hernia
- )
cincin hernia profunda  maka
hernia adalah tipe indirek/lateralis 
Pasien dapat diminta untuk batuk/cough
Ketika hernia teraba pada bagian
impulse atau mengedan sambil tangan
medial maka hernia merupakan
pemeriksa diletakkan pada daerah
direk/medialis.
benjolan  dpt lebi teraba
Pada kasus  didapatkan bahwa hernia adalah ireponibel  tidak
didapatkan riwayat operasi sebelumnya menandakan bahwa hernia
merupakan primer (bukan rekuren).

Selain itu didapatkan pembesaran benjolan ketika pasien mengedan 


Hernia tersebut kemungkinan adalah tipe indirek/lateralis

.
PRESENTASI KLINIS
Pada hernia inkarseratamassa yang Pada kasus  sudah didapatkan
iropenibel ,timbul nyeri, diikuti dengan tanda obstruksi usus berupa
nyeri perut, kembung, mual muntah, dan hilangnya peristalsis dan bising
gejala obstruksi usus (hilangnya usus.
peristalsis/bising usus)
diSebabkan  gangguan pasase
usus oleh karena
Hernia inkarserata dicurigai pada terperangkapnya usus di dalam
keadaan nyeri perut yang hebat dan kantong hernia  terjadi
persisten; syok; iritasi peritoneum obstruksi.
,peningkatan suhu, denyut jantung, dan
sel darah putih; cairan darah pada muntah Jika keadaa tidak segera
dan ekskreta intestinal; kembung yang ditangani  dapat muncul
asimetris; massa usus yang terpalpasi nekrosis dan perforasi dari usus,
dan nyeri yang kemudian menjadi syok
dan MODS.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium  X-ray abdomen  Pemeriksaan ultrasound CT scan  dilatasi usus,


(hemokonsentrasi & menunjukkan dilatasi  ekspansi usus penebalan mesangial
elektrolit abn), mild pada usus, dengan dengan peristalsis menentukan ukuran defek,
. . .
leukositosis/leukopenia, adanya multiple air terbalik/reverse atau identifikasi konten hernia,
hypokalemia/hiperkalemi fluid level, dan tanpa peristalsis, refluks dan menyingkrkan
a, peningkatan amilase, karakteristik obstruksi cairan intestinal, dan patologis intra-abdomen
LDH, Laktat, Creatinin intestinal. penebalan/edema pada
Kinase (CK) dinding abdomen
Pada pasien  hasil pemeriksaan laboratorium masih dalam keadaan
normal (tidak ada hemokonstrasi, leukosit normal), hal ini menandakan
keadaan keadaan inkarserata belum berat (karena tidak ada tanda
infeksi dan dehidrasi).

Tetapi pemeriksaan pencitraan tidak dilakukan  seharusnya


setidaknya dibutuhkan pemeriksaan X-ray abdomen 3 posisi (supine,
uprigt, decubitus) untuk melihat apakah terdapat tanda ileus obstruksi

.
DIAGNOSIS BANDING
Hidrokel funikulus spermatikus atau
kantong testis
Limfadenopati inguinal

Torsio Testicular Selulitis pangkal paha

Abses ligamen rotundum Abses Fossa Iliaca

.
Hernia Amyand
Pada kasus, diagnosa hernia inguinalis inkarserata sudah dapat
ditegakkan, sehingga DD untuk hidrokel, abses fossa iliaca, torsio
testis, seluliti, limfadenopati inguinal, hernia amyand, dan torsio
omentum dapat disingkirkan, karena tidak ada gejala klinis yang sesuai

.
TATA LAKSANA-REDUKSI MANUAL
Pada hernia inkarserata  kurang Pada kasus  tidak
dari 4-8 jam,
. tanpa adanya dilakukan reduksi
strangulasi dengan satu tangan manual
. seharusnya
klinisi memegang leher hernia, dapat dilakukan oleh
tangan lainnya mendorong bagaian klinis yang
bawah hernia ke dalam kanal inguinal berepengalaman untuk
sampai konten hernia masuk ke penanganan awal karena
dalam kavitas abdomen. tidak ada tanda
strangulasi
Hampir 70% hernia inkarserata dapat
direduksi manual. Jika tidak berhasil, maka
harus dilakukan operasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah .segera. Tetapi jika
rupture usus, peritonitis, dan nekrosis berhasil, maka harus
testicular. dilakukan operasi dalam
waktu 3-5 hari untuk
Jika gagal dilakukan  maka harus mencegah rekurensi.
egera dilakukan pembedahan.
TATA LAKSANA-OPERASI
Indikasi untuk dilakukan operasi Pada kasus, sudah
adalah : . didapatkan indikasi
operasi
. berupa hernia
- Muncul komplikasi dari hernia yang ireponibel, dan
(resiko strangulasi, obstruksi usus, muncul rasa nyeri dan
atau ifark usus) tenderness, serta muncul
- Semua kasus hernia femoralis gejala obstruksi usus
- Hernia iropenibel, terutama jika
muncul nyeri dan tenderness
- Kesulitan dalam reduksi manual dan
peningkatan ukuran hernia
- Perminttan pasien karena alsan
kosmetik, menghilangkan rasa tidak .
nyaman
TATA LAKSANA-OPERASI
: Prinsip operasi pada hernia adalah :
.
- Reduksin konten hernia ke dalam kavitas abdomen. dengan membuang
jaringan yang non-viabel dan perbaikan/repair usus jika diperlukan

-Eksisi dan penutupan kantong peritoneal (jika ada), atau menempatkan ke


dalam struktur otot

-Penguatan defek dinding abdomen dengan jahitan atau mesh. Mesh dapat
berguna untuk menutup defek atau menguatkan repair (sebagai tambahan
dari tekhnik jahitan). Mesh yang dibutuhkan sekitar 2-5 cm, dilakukan
penjahitan dari tepi tepi defek tanpa ada tumpang tindih.
.
Komplikasi yang dapat terjadi adaah terbentuk meshoma, migrasi mesh,
erosi ke organ sekitar, pembentukan fistula, dan nyeri kronis.
TATA LAKSANA-OPERASI
\. Pada kasus hernia inkarserata
.
- Operasi elektif dialakukan untuk pasien yang berhasil
.
direduksi
manual setelah 3-5 hari  mencegah rekurensi dari inkarserasi.

- Tekhnik laparoskopi memiliki beberapa keuntungan  insisi


yang kecil, diagnosis yang komplit dan akurat melalui eksplorasi
abdomen, lebih mudah untuk memasukkan kembali isi hernia
inkarserata, menurunkan kemungkinan reseksi usus yang tidak
perlu, dan insidens yang rendah dari terjadinya infeksi pada
daerah operasi.

- Patch sintetis dengan bahan anti-infeksi dapat


. digunakan pada
hernia inkarserata menghasilkan tension-free repair hernia.

- Setelah dilakukan operasi, drainase peritoneal biasanya


diletakkan pada posterior simfisis pubis, dan diletakkan selama
24-48 jam.1,2,4
Pada kasus  pilihan operasi yang dapat digunakan adalah tekhni
hernioplasti, yaitu dengan pembebasan konten hernia untuk mencegah
terjadinya starangulasi ditambah dengan pemasangan mesh
(biological/sintetis), dengan property anti-infeksi.

Jika tersedia fasilitas dan SDM yang memadai  maka dapat dianjurkan
untuk dilakukan laparoskopi karena komplikasi lebih rendah dan
prognosis lebih baik. Jika dianjurkan laparoskopi, maka tekhnik dengan
TEP lebih dianjurkan karena komplikasi yang lebih rendah

.
KOMPLIKASI & PROGNOSIS
Komplikasi yang dapat terjadi setelah Pada kasus  komplikasi yang
operasi  nyeri, perdarahan (, retensi urin, muncul dari hernia inguinalis
seroma, infeksi daerah operasi/wound adalah hernia inkarserata,
infection, nyeri kronis (atrofi testicular. kemudian dapat menjadi hernia
strangulate, dan akhirnya
Rekurensi lebih sering pada hernia direk, menjadi perforasi usus.
jenis kelamin perempuan, perokok aktif dan
pada tekhnik operasi non-mesh (4% vs Komplikasi pasca operasi dapat
0,9%). muncul pada fase akut,
intermediet, mapun kronis.
Mortalitas lebih tinggi  kasus hernia
inkarserata dengan penanganan yang Perlu dperhatikan kemungkinan
delayed lebih dari 24 jam. akan adanya rekurensi kembali
sehingga dibutukan follow-up
Pada 13,7% kasus hernia inkarserata yang rutin pada pasien nantinya.
membutuhkan reseksi usus, dan 0,9% kasus
mengalami rekurensi.2,4
KESIMPULAN

Telah dilakukan pemeriksaa terhadap pasien laki-laki


usia 49 tahun, berdasarkan hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjuang, maka
dapat ditegakkan diagnosis Hernia Inguinalis Inkarserata
Sinistra. Karena didapatkan gejala hernia yang
ireponibel dan muncul gejala nyeri pada massa, serta
adanya tanda obstruksi usus. Dibutuhkan tindakan
operasi segera agar komplikasi tidak berlanjut. Metode
operasi yang dapat dianjurkan adalah dengan
hernioplasti ataupun dengan laparoskopi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yang XF, Liu JL. Acute incarcerated external abdominal hernia. Annals of
Translational Medicine. 2014:2(11):1-10
2. Willam NS, Bulstrode CJ, O’Connel PR. Bailey & Love’s Short Practice of Surgery
26th edition. Part Eleven : Abdominal, The Small & Large Intestine. 2013;p1143-1181
3. Birindelli A, Sartelli M, Saverio SD, Coccolini F, Ansaloni L, Ramshort G, et al.
2017 Update of the WSES guideline for emergency repair of complicated abdominal
wall hernias. World Journal Emergency Surgery. 2017:12(37);1-16
4. Berger D. Evidence-Based Hernia Traetment in Adults. Deutsches Azteblatt
International. 2016: 113;150-158
5. Brunicardi CF, Andersen DK, Billar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al.
Schwartz’s Principle Of Surgery Tenth Edition. Part II : Small Intestine, Colon,
Rectum, and Anus. 2015;p.1137-1241
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai