Anda di halaman 1dari 18

Oleh :

Andi Novita Mudriani Djaoe


• Tujuan UUPK
Mewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen
dan pelaku usaha, yang sampai saat ini masih dalam posisi yang
tidak seimbang

Sebelum
Perlindungan Terjadi sengketa
kepada
Konsumen Setelah
Terjadi Sengketa

Dengan menciptakan keadilan dan


kepastian hukum dalam proses berperkara

• Harapan UUPK
Dapat diwujudkan proses persidangan yang sederhana, cepat,
tepat, dan biaya murah
• Asas Musyawarah untuk mencapai Mufakat
Kultur hukum masyarakat Indonesia menurut Hukum Adat
Indonesia sangat didominasi oleh kultur penyelesaian
sengketa dengan cara mengelola sendiri sengketa tersebut,
yaitu secara musyawarah untuk mencapai mufakat

Penyelesaian sengketa dengan cara musyawarah untuk


mencapai mufakat dapat dilakukan apabila para pihak
berada dalam kesetaraan, sehingga tidak diperlukan campur
tangan pihak ketiga

Cara penyelesaian sengketa secara musyawarah untuk


mencapai mufakat dapat mengurangi rasa permusuhan di
antara para pihak yang bersengketa
Cara Penyelesaian Sengketa Konsumen
1. Diluar Pengadilan
diajukan oleh individu (penggugat),
2. Melalui Pengadilan
diajukan individu dan kelompok
Penyelesaian di luar pengadilan ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:

1.Penyelesaian secara damai diantara mereka yang


bersengketa.
2.Penyelesaian melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK), Badan Perlindungan Konsumen
Nasional (BPKN), dan Lembaga Konsumen Swadaya
Masyarakat (LPKSM) .
Penyelesaian sengketa melalui BPSK , BPKN
dan LPKSM
 diatur dalam Undang-undang Perlindungan
Konsumen Bab XI dari Pasal 49 sampai dengan
Pasal 58
 BPSK merupakan lembaga khusus yang dibentuk
oleh pemerintah di setiap daerah tingkat II
(Kepmenperindag No.350/MPP/Kep/12/2001)
 Keanggotaan BPSK terdiri dari unsur pemerintah,
konsumen, dan pelaku usaha. (3-5 orang)
 Pengangkatan dan pemberhentian anggota BPSK
ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan
Perdagangan.
BPKN
 Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN).
Badan ini akan lebih difungsikan sebagai badan yang
mengkoordinasikan mulai dari kebijakan sampai
dengan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan
konsumen.
LPKSM
Pasal 1 butir 9
 LPKSM adalah lembaga non pemerintah yang
terdaftar dan diakui oleh pemerintah yg
mempunyai kegiatan menangani perlindungan
konsumen.
 Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
(LPKSM) diakui sebagai mitra dalam penegakan Undang-
Undang Perlindungan Konsumen. Bidang garapannya akan
diarahkan pada spesialisasi, misalnya LPKSM Kelistrikan,
LPKSM Kesehatan, LPKSM Perbankan, dan lain-lain
Pola penyelesaian sengketa konsumen secara NON LITIGASI

Berdasarkan Keputusan Menperindag No. 350/MPP/Kep/12/


2001, penyelesaian sengketa konsumen secara non litigasi
dilakukan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

• Sebagai penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan


• Dapat diajukan oleh konsumen atau ahli warisnya
• Tanpa pengacara
• Melalui mediasi, konsiliasi, dan arbitrase
• Putusan final dan mengikat
• Dapat diajukan keberatan ke pengadilan negeri
Tugas dan wewenang BPSK
Pasal 52 UUPK
 penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen,
dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau
konsiliasi.
 Dalam menangani dan menyelesaikan sengketa
konsumen BPSK membentuk Majelis dengan jumlah
anggota harus ganjil
 dibantu seorang panitera
Pasal 54 ayat (3)
 ”putusan yang dijatuhkan oleh Majelis BPSK
bersifat final dan mengikat”.
 Artinya bahwqa tidak adanya upaya banding dan
kasasi, yang ada “keberatan”.14 Apabila pelaku
usaha keberatan atas putusan yang dijatuhkan
oleh majelis BPSK, maka ia dapat mengajukan
keberatannya itu kepada Pengadilan Negeri
 Keputusan BPSK itu wajib dilaksanakan oleh
pelaku dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
putusan diterima.
Mekanisme Penyelesaian Sengketa
Konsumen

• Jenis penyelesaian sengketa yang akan dilaksanakan di BPSK disepakati


ada dua macam saja yaitu Mediasi dan Arbitrase

• Penyelesaian sengketa melalui Mediasi dan Arbitrase merupakan cara


penyelesian sengketa berjenjang dan dilaksanakan tanpa pengacara.
Namun demikian untuk pelaku usaha dapat diwakili oleh bagian
hukum perusahaan yang dibuktikan melalui surat keputusan direktur
perusahaan tentang status kepegawaian ybs.

• Proses pembuktian terbalik tetap dipertahankan dalam ketentuan


UUPK baru, tetapi diterapkan secara terbatas yaitu untuk kasus-kasus
prima facie, hal ini akan diatur dalam Hukum Material.
• Jika putusan BPSK tidak dijalankan oleh pelaku usaha maka BPSK
melaporkan kepada penyidik untuk diproses sesuai dengan
ketentuan hukum pidana.

• Oleh karena itu dalam UUPK perlu ditambahkan mengenai sanksi


pidana bagi pelaku usaha yang tidak mau melaksanakan putusan
BPSK.

• Gugatan kelompok (class action) tidak dapat diajukan ke BPSK.


Class action hanya dapat diajukan ke pengadilan
Bagaimana Cara Pengaduan ke BPSK
 Membuat surat permohonan kepada Ketua BPSK, Mengisi
formulir pengaduan di kantor BPSK yang berisi :
 -Nama, Alamat Pengadu dan Alamat yang diadukan
 -Keterangan waktu/tempat terjadinya transaksi
 -kronologis kejadian
 -bukti-bukti yang lengkap seperti: Faktur, Kwitansi, Bon
dll.
 -Foto copy KTP pengadu.
Mediation-Arbitration (Med-Arb)
Proses
Pemeriksaan Berhasil Selesai

Administrasi &
Formalitas
oleh MEDIASI Diajukan
Gagal kembali ke:
Sekretariat Arbitrase

Proses
Pemeriksaan
Substansi
Sengketa
oleh Majelis
Arbitrase

PUTUSAN
BPSK
Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui BPSK
Gugatan
Konsumen Putusan
melalui BPSK MA
21 30
hari
hari
kerja MA
14
hari
Para pihak kerja
Putusan dapat
14
PN Putusan
21
hari
BPSK mengajukan kerja hari
keberatan kerja PN
f&m
Pelaku Usaha menerima
putusan
7 hari
kerja
Pelaku Usaha wajib BPSK menyerahkan putusannya kepada
melaksanakan putusan penyidik sesuai Hukum Acara Pidana
• Putusan BPSK dapat langsung dilaksanakan tanpa dimintakan
fiat eksekusi dari Pengadilan Negeri. Putusan Arbitrase BPSK,
dalam formatnya harus terdapat irah-irah “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, seperti dimaksud dalam
UU No. 30 tahun 1999.

• Putusan arbitrase oleh BPSK sifatnya betul-betul final dan


mengikat, dan tidak ada upaya hukum apapun, baik ke peradilan
umum maupun ke peradilan TUN.
Hambatan-hambatan
 pelaku usaha sering mengelak karena mereka merasa
mempunyai kekuatan yang lebih besar dari konsumen
yang dirugikan
 membutuhkan kesabaran, saling pengertian dan
menghormati hak-hak dan kewajiban para pihak yang
bersengketa

Anda mungkin juga menyukai