Bahasa merupakan sebuah bentuk komunikasi secara verbal. Menurut Plato, bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang
dengan perantaraan onomata (nama benda) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus
udara lewat mulut.
Menurut Sudaryono, bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan
bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman
Oxford: “Suatu sistem komunikasi yang digunakan oleh suatu negara atau komunitas tertentu.” Maka, bentuknya dapat
bervariasi, asal merupakan sarana berkomunikasi.
Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang
dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan,
arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk
kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Arsitektur merupakan sebuah bentuk komunikasi secara non-verbal. Seorang arsitek harus mengerti baik bagaimana cara
berkomunikasi secara non-verbal, sehingga tujuan yang disampaikan dari sebuah bangunan dapat diterima (Lawson,2011).
Hubungan Arsitektur dengan Bahasa
Dunia arsitektur memahami bahasa dengan sangat bebas. Dikatakan bebas karena yang diposisikan sebagai bahasa
dalam komunikasi arsitektural tersebut adalah simbol dan makna tertentu yang dihadirkan melalui karya arsitektur, atau
lebih luas, lingkungan hidup sebagai medianya. Dengan demikian, komunikasi dalam arsitektur dapat dipahami sebagai
sebuah proses komunikasi yang berlangsung antara penghuni (manusia) dengan ruang lingkungannya (Saliya, 2003)
Proses Komunikasi dalam Arsitektur
Proses komunikasi Arsitek - Konteks
Berkomunikasi, menurut Saliya (2003) merupakan sebuah proses yang berlangsung secara bolak-balik (iterasi) , antara
pembentukan lambang-lambang sebagai sumber (source) dan penafsirannya pada pihak penerima (receiver) . Lebih lanjut,
proses ini digambarkan sebagai proses antara “pembentukan-sandi” (coding) dan “pembukaan-sandi” (decoding) dengan
berbagai muatan pesan dan berita
SIMBOLISASI
KEADAAN FISIK, DESAIN
SOSIO-KULTURAL Diterjemahkan
oleh arsitek
dipengaruhi oleh latar
belakang dan keadaan
psikologis yang bersangkutan
Hasil seleksi dan kombinasi
elemen-elemen dari Vocabulary di sini
vocabulary yang telah ada merupakan pekerjaan dari
agar sesuai dengan koteks arsitek-arsitek lain
tertentu “ I copy your elements, you
copy mine times x 1000”
Proses Komunikasi dalam Arsitektur
Proses Komunikasi Bangunan - Pengguna
Suatu karya arsitektur menyampaikan pesan nya melalui proses komunikasi yang terjadi antara bangunan dan seseorang
atau sekelompok orang sebagai pengguna. Proses komunikasi ini muncul saat pengguna bangunan nya memberikan
respon terhadap kehadiran bangunan ini sebagai objek arsitektur.
Respon ini terjadi ketika pengguna tersebut merasa terepresentasikan atau tidak terepresentasikan melalui objek tersebut.
Hal ini yang dikatakan sebagai representasi dalam arsitektur.
Terepresentasikan
OBJEK
RESPON
ARSITEKTUR Proses komunikasi
Tidak terepresentasikan
1. Proses mewakili, dimana arsitek/perancang mengambil simbol-simbol sebagai sumber pesan yang ingin
disampaikan melalui rancangannya,
2. Proses terwakili, yaitu proses penerimaan pengguna terhadap karya representasi dari arsitek/perancang tersebut.
Bangunan disini dianggap sebagai ‘saluran’ atau ‘wadah’ yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang ingin
dikomunikasikan antara arsitek/perancang dan pengguna yang menerimanya.
Proses Komunikasi Bangunan - Pengguna
Wahyudi (2010) menyebutkan bahwa pembacaan representasi dari sebuah bangunan dapat dilakukan dengan mengkaji
pendapat dan persepsi masyarakat yang diwakili oleh bangunan tersebut.
Selain itu, dapat dilihat juga dari memori / pengalaman yang diterima pengguna saat melihat, menggunakan dan memaknai
bangunan tersebut sebagai bagian dari mereka.
Terepresentasikan
Bentuk penerimaan: bangunan tersebut mampu memunculkan
memori dan pengalaman pengguna tentang identitas ataupun karakter mereka.
Tidak terepresentasikan
Bentuk penolakan: bangunan tersebut tidak dianggap
mewakili pengalaman atau memori penggunanya. Respon dari pengguna menjadi bentuk penolakan terhadap upaya
representasi yang dilakukan arsitek/perancang.
Proses Komunikasi dalam Arsitektur
ARSITEK PENGGUNA
OBJEK ARS
Pada akhirnya, sebuah objek arsitektur menjadi sebuah media dialog antara seorang arsitek yang merancang objek itu
dengan penggunanya. Pemaknaan akan konteks, baik fisik tapak, nilai budaya, nilai historis, dan apa yang ingin
disampaikan oleh seorang perancang disalurkan lewat objek yang dia rancang. Bukan secara verbal, namun secara non
verbal. Arsitek disini pada akhirnya mempunyai nilai lebih, bukan hanya sebagai pemenuh kebutuhan fungsi semata.
Guggenheim Museum Bilbao
by Frank Gehry
Bangunan ini terinspirasi dari bentuk ikan yang ia tangkap
di sungai pada tapak bangunan. Pada saat siang hari, ikan
yang ditangkap frank berwarna perak, namun saat sore
hari, ikan yang ditangkap berwarna oranye keemasan
akibat pantulan cahaya matahari sore.
Arsitektur pada akhirnya merupakan sebuah media komunikasi antara berbagai aspek yang terlibat. Baik hidup ataupun
mati, baik teraga ataupun tidak teraga. Sehingga pada akhirnya, komunikasi non-verbal ini membentuk suatu bahasa yang
dinamai “Bahasa dalam Arsitektur”. Dengan adanya komunikasi ini, interaksi timbul dan membuat suatu objek arsitektur ini
mempunyai makna yang lebih dalam.