Anda di halaman 1dari 22

Pharmaceutical Care Process

MADE ASMARANI DIRA,S.FARM.,M.BIOMED.,APT


Pelayanan Kefarmasian:Permenkes no.30,35 & 58/2014 dan
perubahannya no. 33,34 & 35/2016

Pelayanan Kefarmasian :
Suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien35

Standar Pelayanan Kefarmasian meliputi :


a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai
b. Pelayanan Farmasi Klinik
STANDAR PELAYANAN FARMASI KLINIK

Pelayanan farmasi klinik meliputi:


1. pengkajian Resep
2. dispensing
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
4. konseling
5. home pharmacycare
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
DOKUMENTASI

Pelaksanaan Pharm Care


didokumentasikan dalam rekam
medik (rumah sakit) / PMR bagi
pelaksanaan di komunitas
menggunakan standar format
(cth : SOAP,FARM)

4
Pharmaceutical Care

• Penyusunan Data Base (S,O) pasien dengan cara


penelusuran rekam medik, interview riwayat
pengobatan.
• Assessment untuk menemukan Drug Related
Problem (DRP) dengan mengkaji resep,order
pengobatan
• Penyusunan Care Plan meliputi Rekomendasi
Terapi, Rencana Monitoring, Rencana Konseling
• Implementasi Care Plan
• Follow-up
METODE PAM

suatu pendekatan mudah, sistematik dan


berstruktur dalam pemantauan resep

Problem A= Assesment/ M=Monitoring:


(MASALAH) Action : Menilai hasil
Mengumpulkan dan Mendaftar dan yang diperoleh
mengintrepetasikan dari intervensi
membuat
semua informasi yg yang telah
prioritas semua
relevan utk dilakukan, bila
identifikasi masalah masalah (aktual
dan potensial) perlu proses
yg aktual dan
potensial ulang PAM

Company Logo www.themegallery.com


Metode FARM vs SOAP

Suatu pendekatan alternatif khususnya bagi farmasis


 S ubjective
 F indings
 O bjective

 A ssessment =  A ssessment
 R esolution
 Plan
 M onitoring

Perbandingan FARM dengan SOAP


METODE SOAP

 SOAP : Subjective, Objective, Assessment, Plan


 Subjective =
data tentang apa yang dirasakan pasien atau apa yang
dapat diamati tentang pasien  merupakan gambaran
apa adanya mengenai pasien  diperoleh dengan cara
mengamati, berbicara, dan berespon dengan pasien
SUBJECTIVE
Tujuan :
Apoteker dengan pasien berinteraksi Akurasi Data pasien
iewat interview /form untuk mendapat
data2 pasien yang akurat

rencana pengobatan pasien


yang akan dilakukan

Hubungan yang sangat profesional


antara pasien –apoteker
Persyaratan apoteker:
 Fokus ke pasien
 Pertanyaan yang baik : open ended
questions
 Listening skill
www.themegallery.com Company Logo
Subjective

 Interview dengan pasien dapat diperoleh data


subjektif dan objektif:
 data demografi (status ekonomi dan status
asuransi)
 kondisi umum dan kegiatan yang dilakukan
seperti : diet, olah raga dan informasi sosial lainnya
 riwayat penyakit
 penyakit yang sedang diderita
 persepsi pasien tentang kondisi atau penyakitnya

Company Logo www.themegallery.com


Objective

 riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan


medik dan hasil berbagai uji dan evaluasi klinik 
tanda-tanda vital, hasil test lab, hasil uji fisik, hasil
radiografi, CT scan, ECG, dll
 Obat yang digunakan sekarang termasuk dalam data
obyektif  harus dikaitkan dengan problem kesehatan
pasien
ASSESMENT

 sebagai dugaan klinis mengenai


masalah penyakit berdasarkan
informasi subjective dan objective
pasien.
 penilaian biasanya berupa diagnosis

Company Logo
Assessment yang dilakukan:

 Amati apakah suatu problem disebabkan karena obat/tidak


(adverse reaction atau karena penyakit)  menentukan rencana
terapi
 Amati apakah terapi obat memang dibutuhkan atau cukup dgn
nondrug therapy
 Jika pasien sudah menerima terapi, harus dievaluasi ketepatannya:
 apakah semua macam obat memang dibutuhkan ?
 apakah ada pengulangan obat ?
 apakah obat tsb merupakan pilihan obat yg tepat (drug of choice)
bagi kondisi pasien ? (usia, fungsi hati dan ginjal, alergi, faktor
resiko, dll)
Lanjutan…….

apakah bentuk sediaan dan cara pemberiannya benar ?


apakah jadwal pemberian sudah benar ?
apakah durasi penggunaan obat sudah tepat ?
 Jika pasien menerima terapi, harus dimonitor hasil terapinya
dan diputuskan apakah respons thd terapi cukup atau tidak
 Ketidakpatuhan pasien terhadap terapi dpt menyebabkan
kegagalan  harus diatasi
 Amati adanya interaksi obat dan adverse drug reaction
Plan

Hal-hal yang akan dilakukan thd pasien,


meliputi:
 pengobatan yang diberikan, termasuk obat
yang harus dihindari
 parameter pemantauan (terapi dan
toksisitas) & endpoint therapy
 informasi pada pasien
Cont …

 Jika dilakukan perubahan farmakoterapi maka alasan


perubahan tersebut harus dijelaskan.
Nama obat, bentuk sediaan, waktu/jadwal pemberian,
cara pemberian, dan lama terapi harus ditulis.

 Rencana terapi harus mempunyai tujuan, target yang ingin


dicapai yang bersifat spesifik, terukur dan tertulis
yang apat menjelaskan parameter efikasi dan toksisitas
yang digunakan untuk menilai apakah tujuan terapi
tercapai,untuk mendeteksi atau mencegah efek samping
obat.

Company Logo www.themegallery.com


Metode FARM
Finding
 Identifikasi problem, khususnya Drug Related Problem (DRP)
 disusun secara urut dan terpisah
 Semua penemuan problem harus didokumentasikan
 Informasi yang didokumentasikan haruslah informasi yang
terkait dan diperlukan termasuk  data subyektif dan
obyektif yang tekait dengan DRP

Company Logo www.themegallery.com


ASSESSMENT

 Berisi evaluasi farmasis


 Perlu menunjukkan urgensi suatu problem  misalnya
dengan menyatakan bahwa suatu intervensi harus dilakukan
dalam hitungan hari, bulan, atau minggu
 Perlu menyatakan outcome terapi yang diharapkan, baik
jangka pendek (misal: BP < 140/90 mmHg), atau jangka
panjang (misal : mencegah kekambuhan stroke)
RESOLUTION

 Berisi tindakan yang diusulkan untuk mengatasi DRP (kepada


dokter, pasien, atau caregiver)
 Rekomendasi bisa berupa terapi non-farmakologi atau terapi
farmakologi  jika terapi obat : harus dinyatakan dengan spesifik
cara pemberiannya: nama obat, dosis, rute, waktu, durasi
 Perlu juga menyatakan alasan pemilihan regimen obat tersebut
 Perlu diberikan juga terapi alternatif
 Jika merekomendasikan konseling  isi konseling perlu
dinyatakan
MONITORING

 Dalam semangat pharmaceutical care  pasien tidak


boleh dibiarkan begitu saja setelah dilakukan
intervensi  perlu monitoring
 Meliputi : bertanya pada pasien, mendapatkan data
lab, memantau kondisi fisik pasien
 Parameter pemantauan harus jelas terhadap outcome
terapi maupun ADR
Pharmacist’S Workup of Drug Therapy
(PWDT)

1. Peroleh data pasien


2. Susun DRP
3. Tentukan outcame terapi tiap DRP
4. Tentukan alternatif terapi tiap DRP
5. Pilih regimen terapi terbaik
6. Rencana monitoring terapi
7. Implementasi regimen&monitoring
8. Follow up
9. Komunikasi

Anda mungkin juga menyukai