Anda di halaman 1dari 86

HOSPITAL SAFETY

(KESELAMATAN
& KESEHATAN)
CSSD – MANAJEMEN
RESIKO

DYAH AYU CITRAWATI


Tujuan
• Pada akhir sesi diharapkan para peserta
dapat memahami prinsip dan keselamatan
kerja serta aplikasinya di lingkungan CSSD
• Mengenal manajemen resiko kaitannya
dengan pelayanan CSSD
Pustaka Utama

KMK 66/2016, K3RS


Rumah Sakit
• Padat Karya
• Padat Pakar
• Padat Modal
• Padat Teknologi
• Padat Pasien
• Padat Bahaya

• Resiko:
– Penyakit Akibat Kerja (PAK)
– dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

KMK 66/2016, Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 di RS


Gaya berat yang ditanggung karyawan rata-rata
lebih dari 20 kg.
Keluhan subyektif low back pain didapat pada
83.3% karyawan.
Penderita terbanyak usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi
bedah sentral di RSUD di Jakarta 2006)

Di Indonesia, penelitian dr Joseph tahun


2005 -2007 mencatat bahwa angka KAK
NSI (needle stick injury) mencapai 38-73
% dari total petugas kesehatan.

Prevalensi gangguan mental emosional 17,7%


pada perawat di suatu RS di Jakarta berhubungan
bermakna dengan stressor kerja
Hasil Penelitian & Survey

Petugas sering melakukan


Area kerja CSSD Pekerjaan di CSSD pekerjaan merangkap
dilaporkan membutuhkan pekerjaan lain dengan
ketelitian tinggi tingkat penyelesaian
merupakan area pekerjaan yang tinggi
beresiko cidera Cenderung
menyebabkan Cenderung menyebabkan
fisik & psikologis kelelahan pada petugas cidera pada petugas &
Stress
44 % 81%
40 – 50%
MENGAPA PERLU K3

Tuntutan terhadap
mutu layanan RS yang
semakin meningkat

Karateristik khusus dr rs
shg memiliki akses
bersingungan dgn selain Perlunya SDM, pasien,
pekerja rs pada proses penunjung & lingk rs
kegiatannya yang dapat mendapat
memberikan kontribusi perlindungan dari
terhadap gangguan gangguan kesehatan &
kesehatan & kecelakaan kecelakaan
Apa Dasar Hukum
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Wajib Dilaksanakan ?
Undang-Undang No. 13/2003
tentang Ketenagakerjaan
Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh
perlindungan atas : a. keselamatan
dan kesehatan kerja;

UU No.39/1999 tentang HAM UU No.8/1999 Perlindungan Konsumen


Kesehatan merupakan HAM; Setiap Konsumen jasa pelayanan kesehatan berhak
orang berhak atas lingkungan hidup untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan
dan keselamatan dalam mendapatkan jasa
yang baik dan sehat.
pelayanan kesehatan.
Undang-Undang No. 44/2009
tentang Rumah Sakit, pasal 40
”Pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
kesehatan melalui upaya pencegahan, RS wajib dilakukan Akreditasi berkala
peningkatan, pengobatan dan minimal 3 tahun
pemulihan bagi tenaga kerja”.

KMK No. 66/ 2016


UU No. 44/2009
Tentang K3RS, Bab 1 Pasal 2 & Bab IX pasal 29
tentang Rumah Sakit ,Pasal 7
“Setiap RS Wajib menyelenggarakan K3RS”
Rumah Sakit Harus memenuhi
“Pada saat peraturan menteri berlaku, seluruh RS harus
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
menyesuaikan dengan ketentuan dalam peraturan menteri paling
SDM, kefarmasian & peralatan
lambat 1 thn sejak peraturan di undangkan”
Enviromental Hospital
Safety
Safety
Bangunan &
Peralatan
Safety

Worker
Safety

Pasien
Safety

Bisnis RS
Safety
GUNUNG ES - BIAYA KECELAKAAN
BIAYA KECELAKAAN DAN PENYAKIT
• Pengobatan/ Perawatan
• Gaji (Biaya Diasuransikan)

$1
• Kerusakan gangguan
• Kerusakan peralatan dan perkakas
• Kerusakan produk dan material

5 HINGGA $50
$


Terlambat dan ganguan produksi
Biaya legal hukum
• Pengeluaran biaya untuk penyediaan
BIAYA DALAM PEMBUKUAN: fasilitas dan peralatan gawatdarurat
KERUSAKAN PROPERTI • Sewa peralatan
(BIAYA YANG TAK • Waktu untuk penyelidikan
DIASURANSIKAN)
• Gaji terusdibayar untuk waktu yang hilang
$1 HINGGA $3 • Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/
atau biaya melatih
BIAYA LAIN YANG
TAK DIASURANSIKAN • Upah lembur
• Ekstra waktu untuk kerja administrasi
• Berkurangnya hasil produksi akibat dari
sikorban
• Hilangnya bisnis dan nama baik
TUJUAN Manajemen K3

Menciptakan tempat
kerja yang aman dan
sehat.

Mencegah dan Menciptakan efisiensi


mengurangi dan produktivitas
kecelakaan dan kerja
penyakit akibat kerja
MANFAAT
1. Bagi RS :
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS.
2. Bagi karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Bagi pasien dan pengunjung :
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
Segala kegiatan untuk menjamin &
melindungi keselamatan & kesehatan bagi
SDM RS, pasien, pendamping pasien,
pengunjung maupun lingkungan RS melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja (KAK)
& penyakit akibat kerja (PAK)

KMK 66/2016, Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 di RS


• KESELAMATAN KERJA
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan &
segala bentuk kerugian baik thd manusia, maupun yang berhubungan dengan
peralatan, obyek kerja, tempat kerja & lingkungan kerja secara langsung dan
tidak langsung

• KESEHATAN KERJA
Upaya peningkatan & pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi –
tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari
resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan &
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya

KMK 66/2016, Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 di RS


1. Keselamatan - Kecelakaan 1. Kesehatan - Penyakit
• Mechanic
• Physic
• Electric
• Chemical
• Kinetic
• Biologic
• Substances  Nyala api
• Ergonomics
 Peledakan Accidental • Psychosocial
 Mudah release
 Corrosive
2. Konsekuensi  Minor 2. Konsekuensi
• Accident  merugikan Mayor • Terpapar  kontak  penyakit
 Fatal mendadak, menahun, kanker dan
 Assets  kerusakan dampak terhadap masyarakat umum
(Prolonged Reaction)
• Mendadak, dramatis, bencana
(Sudden Reaction) 3. Konsentrasi kepedulian
• lingkungan (bahan • Titik berat pd
3. Konsentrasi kepedulian pencemar) bahaya tersembunyi
• Process • Titik berat pd
• Pembongkaran • Sepertinya kurang
• perlengkapan, kerusakan asset,
• Work hours urgent (laten)
facilities, tools fatality • APD • Prinsip pendekatan
• Pelaksanaan kerja • Sepertinya urgen
• Pendidikan • Pengkajian
• perlindungan (bahaya mendadak)
• Karir jab. Sesuai kepaparan
• Pengalaman • Prinsip pendekatan
pendidikan • Utk
• Karir lapangan + • Pengkajian resiko
memperkecil
pelatihan • Utk memperkecil
kepaparan
resiko
BAHAYA - HAZARD
• Keadaan / kondisi yang dapat mengakibatkan (berpotensi) menimbulkan
kerugiaan (cidera/penyakit) bagi pekerja, menyangkut lingkungan kerja,
pekerjaan (mesin, metoda, material), pengorganisasian pekerjaan, budaya
kerja & pekerja lain.
RISIKO
• Kemungkinan / peluang suatu bahaya menjadi suatu kenyataan

KONSEKUENSI - INSIDEN
• Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau
kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cidera, keadaan merugikan atau
menguntungkan. Dan bisa juga berupa rentangan akibat – akibat yang
mungkin terjadi dan berhubungan dengan suatu kejadian.
Contoh
• Lantai RS yang licin adalah bahaya (hazard)
• Jika seorang berjalan di lantai yang licin maka dia mempunyai risiko jatuh
• Jika seseorang berjalan di lantai yang licin kemudian terjatuh maka dia mengalami
insiden
FAKTOR-FAKTOR
ANCAMAN RESIKO
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

TENAGA
KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN

PROSES

BAHAN ALAT

LINGKUNGAN
Faktor yg mempengaruhi
kesehatan & Keselamatan Kerja
Beban Lingkungan
kerja kerja
-Fisik -Fisik :
mengangkat -Kimia
mendorong -Biologi
dll -Ergonomi
-Mental
Kapasitas kerja
-Psikologi

- Ketrampilan
- Kesegaran jasmani & rohani
- Status kesehatan/gizi
- usia
- Jenis kelamin
- Ukuran tubuh

KMK 432/2007, Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 di RS


HOW HARM HAPPEN

IMMEDIATE CAUSES

UNSAFE ACTS
Tergesadalambekerjaan H
TidakmenggunakanAPD
Berguraudalambekerja RESULT A
R
UNSAFE CONDITIONS
M
Mesin-mesinyangrusaktidakdiberi
pengamanan,
Tempatkerjayangtidakaman(becek/
licin,ventilasikurangbaik,bising,
suhupanas,kotor,dll)
CONTRIBUTING CAUSES
SAFETY MENTAL PHYSICAL
MANAGEMENT CONDITION CONDITION
PROGRAM OF OF
WORKERS WORKERS
BAHAYA POTENSIAL DI RS

Faktor Fisika
bising, getaran, debu,
panas, radiasi

Faktor Kimia
Disinfektan, cytotoxics,
Faktor Biologi Ethylene oxide
viruses, bacteria, fungi, (kamar operasi), formaldehyde,
Metthacrylate Hg (dr gigi),
parasites, insects, etc. solvent (lab) & gas-gas anesthesi
Faktor Ergonomi
Pekerjaan yg dilakukan manual, postur yg
salah dalam melakukan pekerjaan,
pekerjaan yg berulang.
Faktor Psikologi
Sering kontak dng pasien, kerja bergilir,
kerja berlebih, ancaman secara fisik
KMK 66/2016, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RS
Bahaya Potensial di Rumah Sakit

Bahaya Mekanik Dari Mesin; terjepit, terpotong, dll. Tertusuk


benda tajam
Bahaya Listrik Sengatan listrik, korsleting, kebakaran, petir, listrik
statis, dll
Limbah Medis (jarum suntik, vial, obat, nanah, darah),
Non Medis, Cairan Tubuh

KMK 66/2016, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RS


CSSD
CENTRAL STERILE SUPPLY
DEPARTMENT
APSIC
• PRAKTEK RUTIN
– Praktik rutin harus menjadi bagian dari semua pendidikan dan pelatihan staf dalam upaya
mencegah paparan cairan tubuh.
– Contoh : 5 MOMENT HAND HYGIENE IN CSSD
Tangan dibersihkan sebelum mulai bekerja, sebelum istirahat dan setelah selesai
pekerjaan; setelah melepas sarung tangan; dan setiap kali tangan terkontaminasi
dengan material atau cairan tubuh jika terlihat tangan kotor

• APD
– Kewaspadaan standar harus dipatuhi oleh semua staf.
– Staf yang terlibat dalam reprosesing perangkat/peralatan harus dilatih dalam
hal cara penggunaan yang benar,kapan digunakan, batasan dan indikasi
penggunaan APD
– Ketersediaan eyewash/ shower
APSIC
• PENANGANAN BENDA TAJAM
– Prosedur pembuangan dan penanganan benda tajam harus tersedia ditempat untuk
mencegah cedera dari benda tajam  Ketersediaan wadah / box penyimpanan benda
tajam single use
– Langkah-langkah dan prosedur tertulis harus tersedia untuk mencegah staff terjadi
cidera oleh benda tajam.
– Tidak menutup jarum yang sudah dipergunakan dan benda tajam lainnya kecuali
menggunakan perangkat/peralatan recapping;
– Dilarang membengkokkan dan mematahkan jarum secara manual

• PEMBATASAN KERJA
– Staf yang memiliki masalah pernapasan (misalnya asma) harus dievaluasi oleh team
kesehatan dan keamanan serta keselamatan sebelum bekerja pada saat menggunakan
bahan disinfektan atau bahan pembersih kimia; dan
– Staf yang memiliki lesi eksudatif atau dermatitis yang dipermukaan di tubuh (yaitu,
lengan di bawah siku, wajah atau leher) staff harus diistirahatkan untuk tidak melakukan
reprosesing peralatan/perangkat sampai masalah teratasi.
APSIC
1. Exhaust ventilasi yang memadai untuk melindungi petugas dari gas beracun
2. Bahan kimia diberi label, disimpan dan ditangani secara benar. MSDS tersedia 
Langkah-langkah dan prosedur di tempat untuk segera merespon terhadap paparan darah
dan cairan tubuh staf. Ketersediaan Spill Kit.

3. Harus ada kebijakan yang melarang makan / minum, penyimpanan makanan, merokok,
menggunakan kosmetik atau / dan lensa kontak di area reprosesing
peralatan/perangkatt/perangkat

4. Vaksinasi :
– Semua staf yang bekerja di unit pengelolaan dan pengolahan peralatan/pengolahan
perlatan/perangkat medih harus diberikan Imunisasi Hepatitis B kecuali staff telah memiliki
kekebalan terhadap Hepatitis B, dan terdokumentasi

– Staff harus ditawarkan untuk pemberian vaksin sesuai kebijakan institusi (misalnya, gondok-
campak-rubella, varicella, influenza, tetanus-diphtheria atau tetanus- difteriaselular
pertusis)
Decontamination and Reprocessing of Medical
Devices for Health-care Facilities
WHO
1. Exhaust ventilasi yang memadai untuk melindungi petugas dari gas beracun

2. Ketersediaan APD yang cukup dan tepat


3. Bahan kimia diberi label, disimpan dan ditangani secara benar. MSDS tersedia & ter update
(max 5 thn)

4. Imunisasi B bagi petugas

5. Ketersediaan kotak P3K & log book insiden register untuk dokumentasinya

6. Traning / pelatihan berkala untuk petugas

7. Tatalaksana hand hygiene yang tepat & benar dengan sarana penunjang yang tersedia

8. Baju kerja petugas harus di cuci di laundry rs

9. Memahami penangganan benda tajam. Ketersediaan wadah/box. Termasuk pengelolaan


limbah sesuai dengan kode warna yang berlaku
10. Menjalankan pembatasan kerja bagi petugas dengan kondisi : Ruam kulit, bisul atau luka
terbuka; Diare atau gastroenteritis; Penyakit kuning; Penyakit pernafasan, baik alergi atau
menular
Decontamination and Reprocessing of Medical Devices
for Health-care Facilities
WHO
KMK NO. 66 / 2016
tentang K3RS

Organisasi
SMK3RS Penilaian K3RS
K3RS

Unit Pelayanan Pembinaan &


Standar K3RS Kesehatan Pengawasan
Kerja K3RS

Pendidikan & Pelaporan


Pelatihan K3RS Insiden
32
KERANGKA HUKUM PERLINDUNGAN K3 BIDANG KESEHATAN KERJA
PASAL 27 (2) UUD 1945
Setiap Warga Negara Berhak Atas Pekerjaan Dan Penghidupan Yang Layak
Bagi Kemanusiaan.

Ps 86 & 87 UU No. 13 Th 2003 ttg Ketenagakerjaan :


Perlindungan K3 dan penerapan SMK3

Ps 3, 8, 9 UU No. 1 Th 1970 ttg Keselamatan Kerja :


Syarat2 K3.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.

1. Norma Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja


2. Norma Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
3. Norma Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja
4. Norma P3K Di Tempat Kerja
5. Norma Gizi Kerja & Penyelenggaraan Makan Di Tempat Kerja
6. Norma Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS (P2-HIV & AIDS).
7. Norma Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (P4GN)
 Norma Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja :
 Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja
 Permenakertranskop No 01 tahun1976 tentang Kewajiban latihan
Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan
 Permenakertrans No 01 tahun 1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan dan K3 Bagi Tenaga Para Medis
 Kepdirjen Binwasnaker No. 22 Th 2008 ttg Juknis Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja

 Norma Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja :


 Permennakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja
 Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian
Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
 Norma Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja :
 Kepres R.I No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan
Kerja
 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja
 Permen Nakertrans No. Per 333/Men/1989 tentang Diagnosis dan
Pelaporan penyakit Akibat Kerja
 Kepmenakertrans No. Kep. 25/Men/2008 tentang Pedoman Diagnosis Dan
Penilaian Cacat Karena Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja

 Norma P3K Di Tempat Kerja :


 Permenakertrans No. 15 Tahun 2008 tentang P3K di Tempat Kerja,
 Kepdirjen Binwasnaker No 53 Th 2009 ttg Juknis Pelatihan dan
Lisensi Petugas P3K Di Tempat Kerja
 Norma Gizi Kerja & Penyelenggaraan Makan Di Tempat Kerja :
 Surat Edaran Menaker No. SE 01/Men/1979 tentang PengadaanKantin
dan Ruang Makan
 SE. Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang Perusahaan Catering Yang
Mengelola Makanan Bagi TenagaKerja
 Instruksi Menaker No. Ins. 03/M/BW/1999 tentang pengawasan terhadap
Pengelolaan Makanan di Tempat Kerja
 Norma Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS (P2-HIV
& AIDS) di Tempat Kerja :
 Kepmenakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004 tentang Pencegahandan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
 Kepdirjen Binwasnaker No 20 Th 2005 ttg Juknis Pelaksanaan
Program P2-HIV/AIDS Di Tempat Kerja
 Kepdirjen Binwasnaker No 44 Th 2012 tentang Pedoman Pemberian
Penghargaan Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja

 Norma Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan


Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (P4GN) di
Tempat Kerja :
 Permenakertrans No. 11 Tahun 2005 tentang P4GN di Tempat Kerja
 Kepdirjen No. III Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
P4GN di Tempat Kerja
c. Norma yang sebagian mengatur Kesehatan Kerja

 PP No. No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan
Penggunaan Pestisida.
 Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
 Permennaker No. Per. 03/Men/1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pemakaian Asbes
 Permenaker No. Per. 03/Men/1986 tentang Keselamatan DanKesehatan
Kerja Di Tempat Kerja Yang MengelolaPestisida
 Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian BahanKimia
Berbahaya Di Tempat Kerja
 Permenakertrans No. 13 Men/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja
 Instruksi menaker No. Ins. 01/Men/1988 tentang Peningkatan Pengawasan dan Penertiban
terhadap Pengadaan Kantin dan Toilet di Perusahaan
d. Norma yang berkaitan dengan Kesehatan Kerja

 Permenaker No. Per. 01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dengan Manfaat Lebih Baik
 Kepmenaker No 147 Th 1998 tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Kerja bagi Program JPK Jamsostek
 Pasal 79 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan
peraturan pelaksanaannya yang memuat tentang pengaturan waktu
kerja dan waktu istirahat
 Pasal 81 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
memuat perlindungan pekerja perempuan dalam masa haid dan
merasakan sakit tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua
waktu haid
HAZARD ASSESMENT PROCESS
 Inventaris semua tugas dan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan
 Identifikasi potensi bahaya biologi, kimia, bahaya fisik dan psikologis yang
terkait dengan pekerjaan
 Menilai risiko bahaya dengan mempertimbangkan tingkat keparahan
terhadap konsekuensi dari paparan, probabilitas terjadinya paparan dan
frekuensi kejadian
 Identifikasi pengendalian yang dapat menghilangkan atau mengurangi
risiko. Pengendalian terkait metode yang paling efektif, pengendalian
administratif (seperti pelatihan dan aturan), dilanjutkan dengan
penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri (APD).
 Melaksanakan pengendalian untuk setiap bahaya.
 Mengkomunikasikan “hazard assesment” dan pengendalian yang akan
dilakukan kepada setiap petugas yang terkait
 Melakukan evaluasi terhadap program pengendalian secara berkala untuk
memastikan program ini efektif.
HAZARD Terkait K3
CSSD
Paparan Gas Paparan Paparan
Etilen Oksida Merkuri Glutaraldehide

Bahan Kimia
Luka bakar/
Ergonomi Berbahaya dan
Luka terpotong
Beracun (B3)

Terpeleset/
Alergi Lateks
Jatuh

OSHA
BAHAYA BIOLOGI
Potensial Hazard
• Petugas dapat terkena patogen darah dan material infeksius lainnya dari barang dan
instrumen tajam yang terkontaminasi saat melakukan sortir.
• Petugas harus membuang benda tajam dan melakukan pemrosesan instrumen yang
perlu untuk dicuci dan disterilkan.

Possible Solutions
• Gunakan APD yang tepat jika dimungkinkan terdapat darah atau material infeksius
lainnya. APD meliputi:
– Sarung tangan digunakan saat melakukan kontak dengan darah, membran mukosa, cairan
tubuh dan peralatan yang terkontaminasi
– Gunakan sarung tangan tebal dan apron untuk memberikan pengamanan tambahan saat
melakukan sortir peralatan yang terkontaminasi
– Sarung tangan tebal dapat dilakukan dekontaminasi apabila dilakukan reuse. Selalu pastikan
integritas sarung tangan masih baik. Buang sarung tangan tebal apabila terdapat kerusakan,
robekan dan tanda-tanda kerusakan lainnya atau fungsi pengamanan telah rusak.

• Tingkatkan engineering controls seperti penggunaan jarum yang lebih aman untuk
mencegah resiko patogen darah pada petugas.
• Lakukan administrative controls seperti memiliki prosedur kerja yang aman untuk
penangganan peralatan dekontaminasi; kepatuhan terhadap semua praktik
pencegahan dan pengendalian infeksi; program imunisasi; pendidikan staf
Bloodborne Pathogens (BBP)
Patogen Darah
BAHAYA BIOLOGI
Potensial Hazard
• Petugas terpapar kontaminasi biologi dari lingkungan kerja seperti sistem
ventilasi dan air

Possible Solution
• Tingkatkan enginering control seperti pemeliharaan sistem ventilasi;
pemeliharaan preventif sistem ventilasi dan sistem pasokan air dengan
pengujian rutin untuk memastikannya berfungsi dengan baik; deteksi dini
dan pencegahan jamur
• Melakukan administrasi kontrol seperti : adanya praktek pencegahan dan
pengendalian infeksi yang terkait dengan pemeliharaan gedung; protokol
ICRA untuk proyek-proyek konstruksi dan renovasi agar mengurangi
kontaminasi; pendidikan staf
• Menggunakan APD yang tepat saat membersihkan permukaan lingkungan
yang terkontaminasi, termasuk sarung tangan, respiratory protection, dan
pelindung mata
BAHAYA KIMIA
Potential Hazard
• Petugas terkena paparan bahan kimia berbahaya saat
melakukan pencucian instrumen. Bahan kimia yang tidak
diberi label dan petugas yang tidak terlatih

• Petugas tidak menggunakan alat pelindung diri yang tepat


saat melakukan penanganan bahan kimia berbahaya.

• Bahan kimia berbahaya, deterjen, disinfektan, dll


Bahaya Kimia
Possible Solutions
• Implementasikan program yang mencakup pelatihan
petugas, pemberian label berbahaya, dan akses ke
Material Safety Data Sheets (MSDS).

• Sediakan Alat Pelindung Diri yang tepat (sarung tangan,


kaca mata pelindung, apron) saat menangani barang
kotor, deterjen dan bahan kimia lainnya

• Sediakan P3K saat mata atau bagian tubuh lainnya


terkena materian korosif sediakan area pertolongan
pertama untuk melakukan bilas mata dan tubuh
sesegera mungkin

• Gunakan mesin pencuci otomatis untuk menghindari


kontak bahan kimia dengan petugas. Petugas tetap
harus menggunakan APD yang tepat sebagai
perlindungan (sarung tangan dan kaca mata pelindung).
MSDS
(Material Safety Data Sheets)
Dokumen yang berisi informasi
tentang bahaya potensial yang dapat
ditimbulkan suatu bahan kimia dan
bagaimana cara bekerja yang aman
terhadap bahan tersebut.

MSDS juga berisi tentang kegunaan


suatu bahan kimia, penyimpanan,
cara penanganan apabila terpapar
bahan kimia tersebut.
MSDS
Disinfektan
Paparan Gas Etilen Oksida
• Etilen Oksida (Ethylene Oxide/ EtO/ EO) memiliki resiko
bahaya pada fisik dan kesehatan dan membutuhkan perhatian
khusus

• EtO merupakan cairan tidak berwarna pada suhu di bawah 14


oC. EtO juga dapat berbentuk gas yang berbau seperti eter
pada konsentrasi diatas 700 ppm.

• Batas konsentrasi yang diperbolehkan (Permissible Exposure


Limit - PEL) oleh OSHA (Occupational Safety and Health
Administration) untuk EtO adalah 1 ppm rerata selama 8 jam
dengan batas maksimal 5 ppm.
Paparan Gas Etilen Oksida
Resiko Potensial
• Paparan staff CSSD pada gas EtO.
• Paparan dapat terjadi karena aerasi yang
kurang setelah sterilisasi, atau saat fase
pengeluaran gas atau adanya kebocoran gas EtO.
• Paparan juga dapat terjadi pada pasien operasi,
kateter jantung, poli gigi dan area lainnya.
Paparan Gas Etilen Oksida
Pengaruh Kesehatan :
• Pada bentuk cairan; EtO dapat menyebabkan iritasi mata dan luka
pada kornea, rasa dingin – frostbite, serta iritasi pada kontak yang
lama

• Menghirup gas EtO dapat menyebabkan iritasi saluran


pencernaan dan kerusakan liver. Efek akut menyebabkan iritasi
saluran nafas dan kerusakan paru-paru, pusing, mual, muntah,
diare, nafas pendek dan cyanosis.

• Paparan dikaitkan pada kejadian kanker dan mutasi, pengaruh


pada sistem reproduksi dan alergi. EtO terbukti menyebabkan
kanker pada hewan coba laboratorium dan diakitakan dengan
peningkatan insiden kanker pada manusia. Efek pada reproduksi
dan kerusakan kromosom juga dapat terjadi dengan paparan EtO.
Paparan Gas Etilen Oksida
Solusi yang dimungkinkan :
• Sediakan ventilasi yang cukup. Ventilasi yang cukup dapat
menjaga konsentrasi gas EtO di udara hingga tingkatan yang
tidak membahayakan. (terutama pada mesin yang lama,
harus memindahkan ke aerator)

• Kurangi resiko paparan gas EtO selama proses sterilisasi


– Gunakan mesin dengan teknologi terbaru; Automated dosage –
cartridge, vacuum pump, abator.
• Gunakan sistem pendeteksian gas EtO dalam ruangan dan
dosimeter untuk petugas yang menangani mesin EtO
Glutaraldehyde
Resiko Potensial:
• Petugas terkena paparan glutaraldehid pada proses disinfeksi tingkat tinggi.
Produk seperti Cidex, Steranios, dll
Solusi yang Dimungkinkan:
• Simpan produk glutaraldehid pada wadah yang tertutup, di ruangan dengan
ventilasi yang baik.
• Gunakan glutaraldehid di ruangan dengan ventilasi yang baik dan cukup
luas untuk memastikan uap glutaraldehid terencerkan dengan baik.
Ruangan memiliki ventilasi yang cukup dengan pergantian udara minimal
10 kali setiap jam. Secara ideal, gunakan fume hood.
• Gunakan APD yang sesuai untuk meminimalkan paparan:
– Sarung tangan yang terbuat dari Butyl Rubber dan Nitrile yang menunjukkan
perlindungan dari glutaraldehid.
– Kaca mata atau pelindung wajah untuk menghindari percikan cairan glutaraldehid
pada mata
Glutaraldehyde
Safety Tips
• Biasakan diri dengan dan dapat mengenali
sumber paparan glutaraldehida. (Become
familiar with and be able to recognize sources of
glutaraldehyde exposure).

• Dalam kasus kulit atau kontak mata, cuci


dengan air segera. (In case of skin or eye contact,
wash with water immediately).

• Membersihkan tumpahan dengan segera.


(Clean up spills immediately).

• Merujuk ke ANSI / AAMI ST58 untuk


informasi lebih lanjut tentang prosedur
darurat jika terjadi tumpahan besar. (Refer to
ANSI/AAMI ST58 for further information about emergency
procedures in the event of a large spill).
Latex Allergy
Potential Hazard
• Petugas dapat mengalami alergi latex karena penggunaan
sarung tangan saat melakukan penanganan instrumen yang
terkontaminasi.

Possible Solutions
• Manajer CSSD harus memberikan sarung tangan pada
petugas yang mungkin kontak dengan darah atau material
infeksius lainnya
• Manajer CSSD memberikan alternatif kepada petugas yang
alergi terhadap sarung tangan yang diberikan
Bahaya Fisik
Terpeleset / Jatuh
Potential Hazard
• Petugas terpeleset atau jatuh karena lantai yang licin karena
uap yang bocor atau proses pencucian

Possible Solutions
• Pastikan lantai selalu bersih dan kering
• Permukaan yang basah juga meningkatkan resiko infeksi
dengan timbulnya yeast dan jamur, serta bakteri.
• Pastikan lorong dan alur kerja dalam kondisi yang baik. Tidak
terdapat hambatan pada jalur kerja.
• Sediakan sumber listrik sehingga tidak perlu menarik kabel
dari tempat yang jauh.
Luka Bakar / Luka terpotong
Potential Hazard
• Petugas mengalami luka bakar atau luka terpotong saat melakukan
penanganan barang sterilisasi dalam kondisi panas atau penanganan
instrumen tajam

Possible Solutions
• Lakukan praktek kerja yang aman untuk menghindari bahaya:
– Tidak mengeluarkan barang hingga suhu turun.
– Hindari memegang bagian instrumen yang tajam
– Menggunakan forcep atau peralatan lainnya untuk melepaskan bagian tajam
instrumen

• Lengkapi penggunaan APD


– Manajer CSSD harus melakukan identifikasi jenis APD yang diperlukan di area kerja.
Untuk memastikan petugas aman dan memastikan petugas menggunakan APD
tersebut.
– Manajer CSSD mempersiapkan APD sarung tangan tahan panas saat mengeluarkan
barang dari autoclavce dan menyediakan sarung tangan kevlar untuk menghindari
luka saat menangani instrumen tajam.
Ergonomics
• Ergonomics merupakan pengetahuan kesesuaian beban kerja terhadap petugas.
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara kapasitas fisik petugas dan permintaan
pekerjaan, maka terdapat resiko Musculoskeletal Disorders (MSD) yang dapat
terjadi.
• MSD merupakan penyakit degeneratif dan merupakan kondisi inflamasi yang
menyebabkan rasa nyeri saat melakukan aktivitas normal

Potential Hazard
• Petugas dapat terkena MSD dairi pekerjaan yang repetitif (berulang), terus menerus,
melakukan setting instrumen, mengambil barang, mengangkat barang hingga di atas
bahu dan mendorong kereta dorong penuh dengan beban.
• MSD juga dapat muncul karena berdiri terus menerus pada posisi yang statis saat
melakukan pemilahan barang kotor.
• Trauma juga dapat terjadi pada ujung siku karena melatakkan lengan pada
permukaan yang tajam selama melakukan pemilahan.
Ergonomics
Possible Solutions
• Lakukan desain ulang tempat kerja sehingga saat melakukan pengemasan
siku tetap dekat dengan tubuh petugas
• Gunakan kereta doroing dengan roda yang mudah digerakkan, dengan
ukuran yang cukup besar sehingga mudah melewati rongga yang ada di
ujung lift atau lorong rumah sakit.
• Kurangi aktivitas mengambil atau meletakkan benda di atas bahu
(perbaikan model rak di bawah tinggi bahu)
• Gunakan meja yang ketinggiannya dapat diatur sehingga kepala tidak
terlalu menekuk
• Lakukan rotasi petugas untuk menghindari pekerjaan yang berulang-ulang
• Berikan pengaman pada ujung permukaan meja kerja yang melakukan
kontak pada siku atau lengan untuk menghindarai trauma kontak
• Sediakan tempat duduk berdiri pada area kerja
• Gunakan sepatu/ alas kaki yang nyaman untuk digunakan
• Sediakan foot rest sehingga petugas dapat mengganti posisi dengan satu
kaki
Bahaya Kelistrikan
Potential Hazard
• Petugas dapat terkena bahaya listrik yang meliputi
tersengat, kematian dan ledakan.
• Sumber listrik yang rusak dapat menyebabkan shock
dan kematian.
• Sumber listrik yang fleksibel dapat rusak karena ujung
pintu atau jendela, terinjak peralatan atau karena
usia.
• Kemungkinan terjadinya sengatan listrik didapatkan
dari:
– Peralatan yang rusak atau pengkabelan yang kurang baik
– Kerusakan konektor
– Praktek kerja yang tidak aman
Bahaya Kelistrikan
Possible Solutions
• Gunakan Peralatan sesuai dengan instruksi pabrikan
• Sediakan ruang yang cukup untuk praktek kerja yang aman dan
memudahkan perawatan
• Pastikan semua alat menggunakan arde/grounding
• Berikan tanda pada peralatan yang rusak dan segera pindahkan
untuk perbaikan
• Segera lakukan perbaikan peralatan yang rusak sebelum digunakan
kembali
• Pastikan petugas tidak melepas atau memasang listrik dengan
kondisi tangan yang basah
• Gunakan APD yang tepat
• Lakukan praktek kerja yang aman dan praktek perbaikan yang aman
• Sediakan sekering/automatic breaker untuk mencegah kebakaran
pada korsleting
Resiko Kebisingan
Potential Hazard
• Paparan mesin dengan suara keras dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran, kerusakan pendengaran, hipertensi, dan resiko
kesehatan lainnya

Possible Solutions
• Mengurangi nilai paparan kebisingan
– Perbaikan pencegahan mesin kerja
– Redesain fasilitas
– Peredam suara
– Penggunaan APD
Stress Panas
Potential Hazard
• Petugas dapat mengalami heat exhaustion dan
heat stroke. Heat exhaustion, pusing,
pandangan kabur, mual hingga pingsan. Heat
stroke merupakan keadaan tubuh tidak dapat
memproduksi keringat yang menurunkan suhu
badan. Dapat mengakibatkan kerusakan otak
hingga kematian

Possible Solutions
• Kenali tanda-tanda heat exhaustion dan heat
stroke
• Perbaikan fasilitas:
– Petugas sebaiknya bekerja di tempat yang lebih
dingin, ventilasi udara yang baik. Penggunaan
baju kerja yang sesuai. Rehidrasi berupa air
minum selalu tersedia.
– Area istirahat petugas yang dingin, ventilasi baik
– Pengaturan waktu kerja, beban yang berat pada
kondisi tidak panas (pagi hari)
Resiko Kebakaran
Potential Hazard
• Api/ Kebakaran dapat muncul dari berbagai sumber: Peralatan yang
menghasilkan panas/api, Penyimpanan bahan kimia mudah terbakar,
dan kesalahan instalasi listrik.

Possible Solutions
• Manajemen memberikan rute keluar yang memadai
– Jumlah rute keluar yang memadai dengan pintu yang cukup lebar
– Rute darurat menuju tempat yang aman
– Rute darurat dengan penerangan darurat dan diberi tanda khusus
– Menyediakan sistem alarm

• Manajemen menjaga rute darurat


– Pintu darurat tidak boleh dikunci
– Jalur menuju pintu darurat harus bebas dari halangan setiap saat
– Selama pembangunan atau renovasi rute keluar harus diperhatikan,
dimungkinkan rute darurat alternatif.
Resiko Kebakaran
• Kebijakan Pencegahan Kebakaran
– Pelatihan Kondisi Kebakaran/ Darurat
– Penyimpanan Bahan Kimia Mudah terbakar
– Perbaikan instalasi listrik

• Satuan Pemadam Kebakaran

• Sistem Pemadaman Api


– Jalur Pipa
– Automatic Sprinkler
– APAR
– Hydrant
– Pendeteksian Api
– Sistem Alarm
MANAJEMEN RESIKO
Manajemen Resiko
• Kegiatan identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera
dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan
organisasi (JCAHO)
• Kegiatan meminimalisir bahaya terhadap pasien, kegiatan untuk
menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan, pasien dan
pengunjung (ASHRM)

• Metoda-metoda dan proses-proses yang digunakan mengelola


resiko, kejadian-kejadian yang mungkin atau keadaan yang dapat
berpengaruh negatif di Perusahaan (Enterprise Risk Management)

• Tujuan
– Perbaikan mutu
– Peningkatan keselamatan
– Pencegahan dan pengendalian tuntutan-tuntutan malpraktek
K3

PPIRS
Px.Safety
Identifikasi Resiko
• Department Head / Supervisor or their delegated staff
shall identify all hazards associated with processing
plant and plant related systems of work using the
most relevant methods chosen from the following list:
– a visual inspection
– auditing
– testing
– technical or scientific evaluation
– an analysis of injury or near miss data
– discussions with designers, manufactures, suppliers,
importers, employers, employees or relevant parties.

• Lembar pengumpul Data


Analisis Resiko
Risiko = Peluang x Akibat x Frekuensi Paparan
Peluang (Probability)
Yaitu kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan kerja ketika terpapar dengan
suatu sumber bahaya
Akibat (Konsekuensi)
Yaitu tingkat keparahan/kerugian yang mungkin terjadi dari
suatu kecelakaan karena bahaya yang ada

Frekuensi Paparan
Untuk menjelaskan seberapa lama atau sering
kejadian tersebut terjadi.
Penilaian Faktor Peluang (P)
PENILAIAN FAKTOR AKIBAT (A)
NILAI KETERANGAN
100  Catastrophe / Malapetaka/ Keuangan ekstrem
 Banyak kematian
 Kerugian sangat besar / berhenti total
 Kerugian keuangan > 10 Milyar
40  Disaster / Bencana/ Keuangan sangat berat
 Beberapa kematian
 Kerugian besar / sebagian proses berhenti
 Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada karyawan atau pasien
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari
 Kerugian keuangan > 5 M – 10M
15  Very serious / Sangat serius/ Keuangan berat
 Menyebabkan satu kematian, kerugian cukup besar
 Memperberat atau menambah penyakit pada beberapa pasien atau karyawan
 Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau kronis (HIV, Hepatitis, keganasan, Tuli, gangguan fungsi organmenetap).
 Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau kehilangan anggota tubuh permanen, hilang fungsi tubuh (fungsi motorik /
sensorik / psikologis (irreversibel)).
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30 menit hingga 1 hari
 Kerugian keuangan 1 – 5 Milyar

7  Serious / Serius/ Keuangan sedang


 Cidera sedang (misal luka robek) atau insiden yang terjadi dapat memperpanjang masa perawatan (terganggunya fungsi
motorik / sensorik / psikologis (reversibel)) dan hilang hari kerja, kerugian material cukupbesar
 Menyebabkan penyakit yang memerlukan perawatan medis lebih dari 7 hari dan dapat disembuhkan
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari 30 menit.
 Kerugian keuangan 500 jt – 1 Milyar
3  Casualty treatment / Perawatan medis/ Keuangan ringan
 Menyebabkan cidera/penyakit yang memerlukan perawatan medis atau tidak dapat masuk bekerja hingga 7 hari.
 Kerugian keuangan 50 juta – 500 juta

1  First aid treatment / P3K/ Keuangan sangat ringan


 Cidera tidak serius / minor seperti lecet, luka kecil dan hanya perlu penanganan P3K
 Kerugian keuangan s/d 50 juta
TINGKATAN RISIKO
PENANGANAN RISIKO
Berdasarkan penilaian risiko kemudian ditentukan
apakah risiko tersebut : masih bisa diterima
(acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk)

Apabila risiko tersebut tidak bisa diterima maka kita


harus menetapkan bagaimana risiko tersebut
ditangani hingga tingkat dimana risikonya paling
minimum/sekecil mungkin
Bila risiko mudah dapat diterima/tolerir maka kita
perlu memastikan bahwa monitoring terus dilakukan
terhadap risiko itu.
PENGELOLAAN RISIKO

• Dihindari (Avoid)
tidak melaksanakan kegiatan yang menimbulkan risiko
• Direduksi (Reduction)
mengurangi atau mengandalikan dampak yang mungkin
terjadi
• Dipindahkan (Transfer)
mengatur agar pihak lain ikut menanggung atau berbagi
sebagian risiko, melalui kontrak,kerjasama, joint venture
• Diterima: (Accept)
beberapa risiko sangat ringan sehingga dapat diterima /
dikelola sendiri
What Next?
• Alternatif Penyelesaian

– SPO
– Peningkatan sarana prasarana
– Peningkatan Gaji? Remunerasi?
– Pelatihan Berkala
– Rotasi
– Brainstorming

PILIH YANG SESUAI DENGAN KEADAAN DI RUMAH


SAKIT
Sosialisasi & Edukasi

Cuci tangan Penggunaan APAR


Kesimpulan
• Rumah Sakit mempunyai banyak resiko
• Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) perlu diterapkan di Rumah
Sakit sebagai bentuk pengendalian resiko
• Indikator capaian keberhasilan pengelolaan K3RS adalah :
– Menurunnya angka absensi karyawan karena sakit
– Menurunnya KAK & PAK
– Meningkatnya produktivitas kerja RS
• Salah satu cara pengendalian resiko adalah dengan Manajemen
resiko, yang terdiri dari:
– Identifikasi Resiko
– Analisa Resiko
– Alternatif Solusi
– Pemilihan Solusi
– MonEv
• Dibutuhkan dukungan dari manajemen rumah sakit agar
manajemen resiko terlaksana dengan baik.
“Perusahaan perlu mendefinisikan kebijakan K3
serta menjamin komitmennya terhadap SMK3”
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai