Anda di halaman 1dari 14

Hakikat hijrah

Pergantian siang dan


malam

“Sesungguhnya dalam penciptaan


langit dan bumi dan pergantian
malam dan siang terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah bagi
orang-orang yang berakal.”
QS. Ali Imran:191
“Demi matahari dan sinarnya di pagi hari. Demi bulan apabila ia mengiringi. Demi siang
apabila ia menampakkan diri. Demi malam apabila ia menutupi. Demi langit serta
binaannya. Demi bumi serta penghamparannya. Demi jiwa dengan segala penyempurnaan
(ciptaan)-Nya. Allah mengilhami sukma, keburukan dan kebaikan. Beruntunglah siapa yang
membersihkannya, rugilah siapa yang mengotorinya.” As-Syams:1-10
Pergantian tahun berarti bertambah pula usia kita, otomatis juga jatah umur kita
berkurang. Semakin mendekati kematian. Penyair Arab mengatakan:
“Innama anta ayyam, idza madha minnka yaumun, madha ba’dhah. Anda adalah rangkaian
dari hari-hari. Jika satu hari telah lewat, maka akan berkurang umur Anda.”
Hakikat Hijrah
Hijrah berarti berpindah atau meninggalkan.
Dalam makna ini, hijrah memiliki dua bentuk.
a. Hijrah Makaniyah
b. Hijrah Ma’nawiyah.
Hijrah makaniyah adalah berpindah secara fisik, dari satu tempat ke tempat lain. Kebanyakan
ayat-ayat tentang hijrah bermakna Makaniyah.

“Dan siapa yang berhijrah di jalan Allah (untuk membela dan menegakkan Islam), niscaya ia akan dapati di
muka bumi ini tempat berhijrah yang banyak dan rezki yang makmur. Dan siapa yang keluar dari rumahnya
dengan tujuan berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian ia mati (dalam perjalanan), maka
sesungguhnya telah tetap pahala hijrahnya di sisi Allah. Dan (ingatlah) Allah Maha Pengampun, lagi Maha
Penyayang.” An-Nisa:100

“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka terbunuh atau mati, sudah tentu Allah
akan mengaruniakan kepada mereka limpah kurnia yang baik. Dan (ingatlah) sesungguhnya Allah adalah
sebaik-baik pemberi limpah kurnia.” Al-Hajj:58
Sedangkan hijrah secara ma’nawiyah ditegaskan dalam firman Allah swt. “
Dan berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku senantiasa berhijrah kepada Tuhanku; sesungguhnya Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”Al-Ankabut:26. “Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” Al-Muddatsir:5
Bentuk-bentuk hijrah maknawiyah di antaranya:
1. Meninggalkan kekufuran menuju keimanan. Meninggalkan syirik menuju tauhid (hanya mengesakan
Allah).
2. Meninggalkan kebiasaan mengingkari nikmat-nikmat Allah menjadi pandai bersyukur.
3. Berpindah dari kehidupan jahiliyah kearah kehidupan Islami. Berpindah dari sifat-sifat munafik, plin-plan,
menjadi istiqamah.
4. Hijrah juga berarti berkomitmen kuat pada nilai kebenaran dan meninggalkan kebatilan. Meninggalkan
perbuatan, makanan dan pakaian yang haram menjadi hidup halalan thayyiba.
5. Meninggalkan maksiat menuju taat hanya kepada Allah swt. Tinggalkan kedengkian, tinggalkan korupsi,
saling menjatuhkan sesama orang beriman, saling menghujat, tinggalkan kesia-siaan, tinggalkan kebiasaan
hidup menjadi beban, dan tinggalkan kebohongan.
Kunci dari hijrah adalah perubahan.
Perubahan menuju lebih baik, dalam segala hal. Perubahan itu dilakukan
semata-mata karena kebaikan, karena manfaat dan karena mencari ridha
Allah swt.

Rasulullah saw. bersabda yang diriwayatkan Imam Bukhari:


“Barangsiapa yang berhijrah untuk Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk
Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang berhijrah untuk dunia (untuk
memperoleh keuntungan duniawi) dan untuk menikahi wanita maka hijrah itu
untuk apa yang diniatkan nya.”
Hijrah adalah keniscayaan. Allah swt. membangun sistem di alam
ini berdasarkan gerak. Planet bergerak, berjalan pada porosnya.
Allah berfirman: ”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Yasin: 38).

Imam Syafii’i menggambarkan dalam sya’irnya yang sangat indah


bahwa air yang tergenang akan busuk dan air yang mengalir akan
bening dan jernih. Seandainya matahari berhenti di ufuk timur terus
menerus, niscaya manusia akan bosan dan stres.
PELAJARAN HIJRAH RASUL
1. BAGIAN DARI TAHAPAN DAKWAH RASUL
Marhalah Tatsqif
Marhalah Tafaul
Marhalah Tathbiq ahkamul islam
2. TONGGAK PERADABAN ISLAM
Islam agama sempurna dan harus diterapkan dengan sempurna/kaafah.
Terbukanya kota Mekah adalah keberkahan hijrah. Seandainya Rasulullah
saw. dan sahabat-sahabatnya tetap berdiam di kota Mekah, tidak pernah
terbayang akan lahir sebuah kekuatan besar yang kemudian menyebarkan
rahmat bagi seluruh alam.
Sungguh berkat hijrah ke kota Madinah kekuatan baru umat Islam
terbangun, yang darinya kepemimpinan Islam merambah jauh, tidak hanya
melampaui kota Mekah, pun tidak hanya melampaui Jazirah Arabia,
melainkan lebih dari itu melampaui Persia dan Romawi.
Ada beberapa dimensi hijrah yang harus
kita wujudkan dalam hidup kita sehari-
hari di era modern ini, agar kita
mendapatkan keberkahan
Pertama, dimensi personal, bahwa setiap mukmin harus selalu lebih baik kwalitas
keimannya dari hari kemarin. Karenanya dalam Al-Qur’an Allah swt. selalu
menggunakan kata ahsanu amala (paling baiknya amal). Maksudnya bahwa tidak
pantas seorang mukmin masuk di lubang yang sama dua kali. Itulah sebabnya
mengapa sepertiga Al-Qur’an menggambarkan peristiwa sejarah. Itu untuk
menekankan betapa pentingnya belajar dari sejarah dalam membangun ketaqwaan.
Dari sini kita paham mengapa Allah swt. dalam surah Al Hasyr:18 menyandingkan
perintah bertaqwa dengan perintah belajar dari sejarah: ”Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Kedua, dimensi social ( peduli) bahwa seorang mukmin tidak pantas berbuat dzalim,
mengambil penghasilan secara haram dan hidup bersenang-senang di atas penderitaan orang
lain. Seorang mukmin harus segera hijrah dari situasi sosial semacam ini. Seorang mukmin
harus segera membangun budaya takaful –saling menanggung-. Itulah rahasia disyari’atkannya
zakat. Bahwa di dalam harta yang kita punya ada hak orang lain yang harus dipenuhi. Allah
berfirman : ”Walladziina fii amwaalihim haqqun ma’luum (dan orang-orang yang dalam
hartanya tersedia bagian tertentu.”) (QS. Al Maarij: 24).
Dan ini telah terbukti dalam sejarah bahwa membangun budaya peduli/ takaful akan
menyelesaikan banyak penyakit sosial yang akhir-akhir ini sangat mencekam. Terlalu tingginya
angka kemiskinan dan penganggguran di tengah negeri yang kaya secara sumber alam,
sungguh suatu pemandangan yang naif.
Ketiga, dimensi dakwah, bahwa seorang mukmin tidak boleh berhenti pada titik sekedar
mengaku sebagai seorang mukmin secara ritual saja, melainkan harus dibuktikan dengan
mengajak orang lain kepada kebaikan. Ingat bahwa syetan siang dan malam selalu bekerja
keras mengajak orang lain ke neraka. Syetan berkomitmen untuk tidak masuk neraka
sendirian.
Dari sini saatnya seorang mukmin harus bersaing dengan syetan. Ia harus hijrah dari sikap
pasif kepada sikap produktif. Produktif dalam arti bekerja keras mengajak orang lain ke
jalan Allah. Sebab tidak pantas seorang mukmin bersikap pasif. Pasifnya seorang mukmin
bukan saja akan membawa banyak bakteri pelemah iman, melainkan juga membawa
bencana bagi kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai