Anda di halaman 1dari 9

Disusun oleh :

Adam Dwi Cahyana (180221100214)


Sulastri Amelia Andriani (180221100208)
Nama air terjun toroan itu tsb
yg berasal dari kata toron (dlm
bahasa madura) yg berarti
turun.
Air terjun toroan ini terletak di
desa Ketapang Daya,
Kecamatan Ketapang,
Kabupaten Samapang.
Sampang adalah satu–satunya air terjun yang
berada di kota Madura. Air terjun setinggi ±20 meter ini
berlokasi berdampingan dengan sebuah pantai.
Air yang mengalir dari atas air terjun langsung menyatu dengan
air laut yang berada di sebuah muara. Aliran air yang dibawanya
berasal dari sungai Payung yang berada di Kecamatan Timur
Kota Sampang.
Air terjun Toroan berlokasi tidak jauh dari
kota Sampang, Madura. Tepatnya berada di
desa Ketapang Daya, Kecamatan Ketapang.
Jarak tempat wisata ini sekitar 4 km dari pusat
kota Sampang.
Awal Cerita:
Pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang
bernama Sitti Fatimah dan Syayyid Abdurrahman yang lbih dikenal
dengan Birenggono disebuah dusun kecil bernama dusun Langgher
Dejeh diperbatasan desa Ketapang Daya dan desa Ketapang Timur
kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang.
Sepasang suami istri tersebut berasal adri pulau Kalimantan
datang ke Madura bersama adik Birenggono yaitu Syayyid
Abdurrokhim yang kemudian lebih dikenal dengan Birenggana
untuk menyebarkan agama Islam. Mereka dikenal masyarakat
setempat memiliki keluhuran budi dan ilmu kesaktian, sehingga
masyarakat manaruh hormat kepada mereka.
Pada awalnya sepasang suami istri tersebut hidup rukun dan
bahagia, tetapi pada suatu hari mereka mengalami percekcokan. Sang
suami mencurigai isterinya selingkuh dengan laki – laki lain demikian
pula dengan sang isteri yang mencurigai suaminya juga selingkuh pada
wanita lain. Puncak dari percekcokan tersebut sepasang suami isteri
tersebut kemudian sepakat saling bersumpah dihadapan banyak orang.
Sitti Fatimah bersumpah: “Jika memang dia bersalah maka
ketika ia meninggal nanti jika dikuburkan ditengah sungai maka akan
hanyut dibawa air sungai dan banjir, tetapi jika ia tak bersalah
makamnya tidak akan hanyut oleh air sungai”. Begitupula sang suami
Birenggono bersumpah jika ia nanti meninggal, makamkanlah ia di atas
puncak bukit kapur. Jika ia tak bersalah maka akan mudah digali hanya
dengan menggunakan ranting pohon jarak, sebaliknya jika memang
bersalah maka kuburan tersebut tidak akan bisa digali.
Setelah beberapa tahun kemudian, sepasang suami isteri
tersebut meninggal dunia bersamaan. Kemudian penduudk setempat
memakamkan Sitti Fatimah ditengah sungai dan memakamkan
Birenggono di atas bukit kapur sesuai dengan wasiat dan sumpah
mereka ketika masih hidup. Makam Sitti Fatimah kemudian oleh
masyarakat dinamakan “Asta Buju’ Penyppen”.
Begitupula dengan jenazah Birenggono kemudian penduduk
memakamkannya di atas bukit kapur tidak jauh dari makam
Birenggono dengan cara menggali bukit kapur tersebut menggunakan
ranting pohon jarak. Sungguh suatu keajaiban ternyata dengan mudah
penduduk dapat menggali bukit kapur hanya menggunkan ranting
pohon jarak. Makam Birenggono ini kemudian oleh masyarakat
Ketapang Timur dikenal dengan “Asta Kam Tenggi” yaitu makam
ditempat yang tinggi.
Sampai saat ini kedua makam sepasang suami isteri
tersebut dan air terjun Toroan masih dikeramatkan dan
dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat.“Asta Buju’
Penyeppen” (makam Sitti Fatimah) terletak di dusun
Langgher Daya Ketapang Daya Kecamatan Ketapang,
sedangkan “Asta / Makam Tenggi” terletak di desa
Ketapang Timur Kecamatan Ketapang Kabupaten
Sampang.

Anda mungkin juga menyukai