3. Pengendalian
Korektif
Mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah
dan memulihkan dari
kesalahan yang
dihasilkan
1. Memenuhi 2. Mencakup
keperluan pemangku perusahaan dari ujung
kepentingan ke ujung
3. Mengajukan
5. Memisahkan tata
sebuah kerangka 4. Memungkinkan
kelola dari
terintegrasi dan pendekatan holistik
manajemen
tunggal
Kerangka pengendalian internal COSO
4. Institute of 5. Financial
3. Institute of
Management Executives
Internal Auditors
Accountants Institute
Committee of Sponsoring Organizations
Lima komponen model pengendalian internal COSO yang
saling berhubungan :
1. Lingkungan
pengendalian
5.
Pengawasan 2. Aktivitas
(Monitoring pengendalian
)
4. Informasi 3.
dan Penilaian
komunikasi resiko
1. Lingkungan Pengendalian
1. Komitm atas
Lingkungan pengendalian terdiri dari faktor- integritas dan nilai-
faktor berikut ini : nilai etika
2. Filosofi pihak
manajemen dan gaya
beroperasi
3. Pengawasan
pengendalian internal
oleh dewan direksi
4. Metode penetapan
wewenang dan
tanggung jawab
5. Struktur organisasi
6. Standar – standar
SDM yang menarik,
mengembangkan,
dan mempertahanka
individu yang
kompeten
7. Pengaruh
Ekstrenal
2. Aktivitas Pengendalian
Otorisasi Transaksi dan Aktivitas Yang Tepat
Otorisasi adalah
manajemen pemberdayaan
memberikan karyawan
untuk melakukan kegiatan
dan membuat keputusan.
2. Akses
sistem yang 6. Kegagalan
tidak sistem
diotorisasi
ancaman-
1. Pemilihan
ancaman yang 7. Sistem
teknologi
akan dihadapi yang tidak
yang tidak
oleh sistem kompatibel
sesuai
tersebut, yaitu :
Perkiraan Biaya dan Manfaat
Kasus Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar,
Riau
Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar, Riau, Masril,
ditahan oleh Kepolisian Resor Kampar karena melakukan transfer fiktif sebesar Rp1,6 miliar. Kasus
transfer fiktif ini dilaporkan oleh Kepala BRI Kabupaten Kampar, Sudarman dan seorang pegawai di
BRI Rustian Marta. Pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan maupun dokumen kegiatan
usaha. Laporan atau transaksi rekening bank yang dilakukan tersangka sebesar Rp1,6 miliar itu tanpa
disertai uangnya. Hanya dalam catatan ada transfer uang, faktanya fiktif. Seperti dilansir detikcom,
kronologi transfer fiktif ini bermula pada Rabu (23/02) lalu. Saat tim pemeriksa internal dari BRI
Cabang Bangkinang, Ibukota Kabupaten Kampar melakukan pemeriksaan ke Unit BRI Tapung,
ditemukan kejanggalan transaksi. Hasil pemeriksaan itu menyebutkan, adanya kejanggalan antara
jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, adanya
pembukaan setoran kas sebanyak Rp1,6 miliar. Uang sebanyak itu diketahui ditransfer dari BRI Unit
Pasir Pangaraian II ke Unit BRI Tapung.
''Dalam hal ini tersangka membuat laporan adanya transaksi Rp1,6 miliar, namun dalam pemeriksaan
tim BRI Bangkinang, transfer tersebut tidak disertai uangnya. Kejanggalan inilah yang akhirnya tim
pemeriksaan internal BRI mencium adanya transaksi fiktif tersebut. Sehingga kasus penggelapan ini
dilaporkan ke pihak kepolisian,'' terang Muttaqien. Dalam kasus ini, tersangka dijerat dengan UU No
10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan. Tersangka diancam
hukuman 10 tahun kurungan ditambah denda. ''Kita juga masih memerisa sejumlah saksi dari pihak
BRI sendiri serta tim ahli perbankan. Tersangka sekarang sudah kita tahan,'' jelas Muttaqien.
Penyelewengan
Pada Kasus Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar, Riau
ini terjadi tindakan kecurangan atau Fraud. Fraud atau kecurangan adalah sebuah kerugian
yang dialami oleh tiap perusahaan atau organisasi. Fraud dapat diartikan sebagai kecurangan.
Dalam hal ini kecurangan dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh sorang karyawan biasa,
maupun manajer yang memiliki kedudukan tinggi dalam sebuah organisasi.
Penyebab terjadinya Fraud atau Kecurangan disebabkan oleh 3 faktor yaitu Tekanan,
Kesempatan, dan rasionalisasi. Dalam hal ini, Penulis berpendapat Fraud atau Kecurangan
yang terjadi pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar,
Riau terjadi karena faktor Kesempatan. Dimana dalam hal ini kesempatan dapat terkait
dengan kedudukan seseorang dalam sebuah perusahaan maupun kemampuan atau skill
orang yang dimiliki orang tersebut.
Fraud atau Kecurangan terbagi menjadi 5 yaitu : Korupsi, Konflik Kepentingan, Penyuapan,
gratifikasi, Pengambilan asset secara illegal. Dalam hal ini, penulis berpendapat Fraud atau
Kecurangan yang dilakukan merupakan bagian dari pada Korupsi. Korupsi disini merupakan
penyalahgunaan wewenang. Maka dari itu pelaku korupsi ini biasanya merupakan orang-orang
yang memiliki kedudukan dalam suatu instansi maupun organisasi.
Masalah
Menuru Penulis masalah yang dihadapi oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung
Raya, Kabupaten Kampar, Riau terdapat pada pengawasan yang lemah oleh pihak Bank BRI.
sehingga menimbulkan kesempatan bagi pelaku dalam melakukan Fraud atau Kecurangan.
Tindakan/Penanganan
Menurut Penulis hal yang perlu dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung
Raya, Kabupaten Kampar, Riau dalam menghadapi kasus ini adalah memperbaiki sistem
pengendalian. Dimana mengharuskan perusahaan memiliki 4 hal yaitu:
1. Menciptakan Lingkungan Pengendalian yang baik
Lingkungan Pengendalian merupakan lingkungan kerja yang diciptakan atau dibentuk oleh
perusahaan bagi para karyawan. Unsur – unsur lingkungan pengendalian meliputi hal – hal berikut:
Peran dan contoh manajemen
Komunikasi manajemen
Perekrutan yang tepat
Struktur organisasi yang jelas
Internal audit perusahaan yang efektif