BENCANA
PERAN
TEKNIK SIPIL
Dipersiapkan oleh :
Ariyanto, MT. IAI
Sebuah pilihan/alternatif/opsi
langkah atau kombinasi
alternatif langkah dalam
penanggulangan bencana
(PB) melalui pendekatan
pengurangan risiko bencana
(PRB) berdasarkan prioritas
Langkah pertama,
M enjauhkan manusia dari sumber bencana berarti menjauhkan
permukiman dengan sumber bencana atau ancaman bencana (hazard).
Apabila di suatu wilayah mempunyai risiko bencana sangat tinggi, namun
masyarakat merelakan tidak membangun di wilayah tersebut, maka pemilihan
langkah ini menjadi mudah dengan cara memindahkan permukiman ke lokasi
lain yang jauh lebih rendah risiko bencananya, dan upaya ini biasa disebut
relokasi.
Langkah Kedua
Menjauhkan sumber bencana dari manusia, misalnya pendirian
reaktor nuklir atau indutri yang berisiko tinggi jauh dari kota. Untuk
penanggulangan bencana gempa, langkah ini teramat sulit diterapkan. Untuk
penanggulangan bencana banjir, maka langkah ini dapat dilakukan misalnya
melalui pembuatan tanggul-tanggul penahan banjir dan membuat aliran/sungai
baru yang menjauhi permukiman.
Langkah Ketiga
Hidup harmoni dengan ancaman bencana yang terpaksa harus dipilih,
maka Prinsip Pengurangan Resiko Bencana (PRB) dilakukan secara ketat
dengan memanfaatkan IPTEK dan kearifan lokal yang nalar yang masih efektif
diterapkan. Pada Langkah Ketiga ini, permukiman atau bangunan buatan manusia
lainnya tetap berada atau dibangun di wilayah yang relatif berdekatan dengan
sumber-sumber bencana. Agar permukiman atau bangunan lainnya layak
digunakan, maka upaya yang dilakukan adalah mengurangi ancaman, mengurangi
kerentanan dan/atau meningkatkan kapasitasnya. Untuk kasus bencana akibat
goncangan gempa sampai saat ini ancamannya tidak dapat dikurangi, namun
kerentanan bangunan dan masyarakatnya dapat dikurangi, dan / atau kapasitas
Kelembagaan Penanggulangan Bencana dan masyarakatnya dapat ditingkatkan,
misalnya melalui sosialisasi masalah kegempaan kepada masyarakat umum dan
sosialisasi bangunan tahan gempa kepada kepada masyarakat konstruksi.
SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA
Proses pembuatan
bangunan sejak dari
gagasan hingga
pemakaian dan
Jenis2 bangunan buatan manusia pemeliharaan
Berdasar sistem nasional PB sebagaimana pada Gambar 4 pada komponen
legislasi, bangunan teknik sipil tentu saja terkait di dalamnya dan bangunan harus
diadaptasikan dengan lingkungannya, misalnya untuk bangunan yang wilayah atau
lingkungannya rawan terhadap ancaman bencana. Bahkan UUPB secara eksplisit
menyebutkannya, misalnya pada Pasal 75 sebagai berikut ini.
Pemilik, Perancana dan Pengawas, serta Biaya, Mutu, dan Waktu sebagai indikator
Kontraktor saling berinteraksi dalam mengelola kinerja proyek pembangunan
proyek pembangunan
Pasal 75 dalam UUPB tersebut berdampak langsung pada dunia
Teknik Sipil (dan tentu saja juga berdampak pula pada bidang-bidang
lain yang terkait dengan dunia Teknik Sipil), karena ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap orang yang karena kelalaiannya
melakukan pembangunan berisiko tinggi, yang tidak dilengkapi
dengan analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
ayat 3 yang mengakibatkan terjadinya bencana, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun atau paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Di
mana Pasal 40 ayat 3 menyebutkan bahwa setiap kegiatan
pembangunan yang mempunyai risiko tinggi yang menimbulkan
bencana dilengkapi dengan analisis risiko bencana sebagai bagian dari
usaha penanggulangan bencana sesuai dengan kewenangannya.
Ayat (2) pada Pasal 75 menyebutkan bahwa dalam hal tindak pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan timbulnya kerugian
harta benda atau barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 (enam) tahun atau paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling
sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratusjuta rupiah) atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Selanjutnya,
Ayat (3) pada Pasal 75 menyebutkan bahwa dalam hal tindak pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan matinya orang, pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 8 (delapan) tahun atau
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau denda paling banyak Rp.
6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
Penerapan UUPB yang terkait dengan dunia teknik sipil tentu saja
memerlukan peraturan-peraturan terkait lanjutannya, dan secara paralel dunia
para aktor bidang teknik sipil di Indonesia harus mampu lebih profesional
untuk menjawab tantangan masyarakat Indonesia yang semakin maju dan
transparan, dan bahkan, telah berlaku di negara-negara maju.
Contoh gambaran bencana erupsi gunung api Bangunan Sabo untuk menahan dan mengarahkan
aliran lahar dingin (lahar hujan) pada sungai-sungai
yang berhulu di sekitar kawah gunung api
TSUNAMI
Sokong-sokong penahan
angin dan gempa
TANAH BERGERAK
Contoh di lokasi bencana tanah longsor Dinding penahan tanah atau paku-paku
penahan tanah
DAFTAR PUSTAKA
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH