Anda di halaman 1dari 30

OBAT-OBAT

OTONOMIK
Anggota kelompok 8
• Amanda Septinita Ayuning Putri 20150710003
• Dedy Yusuf 20150710021
• Dwi Ayu Trisnawati 20150710027
• Dwi Triviyani 20150710030
• Farhana Nur Fadhila 20150710035
• Gavrila Wibisono 20150710041
• Henry Setiawan 20150710048
• Inas Syadza Ikhsan 20150710050
• Leoni Fatimah 20150710060
• Mirna Sabatini 20150710071
• Relancari Ade Wiranti 20150710088
• Salim Ciatawi 20150710097
• Obat otonomik adalah obat yang bekerja pada berbagai
tahap transmisi dalam SSO mulai dari sel saraf sampai sel
efektor yang kerjanya bisa menghambat/memperbesar
SSO(simpatik dan parasimpatik)
• SSO sebagai saraf viceral bekerja tanpa pengaruh sistem
saraf pusat: otak/ sumsum tulang belakang, mengatur
kerja otot polos dan kelenjar secara tidak sadar.

Landasan teori
Sistem Saraf

Sistem Saraf Sistem Saraf


Pusat Perifer

Otak Medula Otonom Somatik


spinalis

Simpatik Parasimpatik
SSO dibagi menjadi :
Parasimpatik:
ujung saraf mengeluarkan
asetilkolin kolinergik
(dengan reseptor
muskarinik dan nikotinik)

Simpatik:
ujung saraf mengeluarkan
norepinefrin adrenergik
(dengan reseptor α1, α2
dan β1, β2, β3)
• Parasimpatis
• Parasimpatomimetik
• Parasimpatolitik

• Simpatis
• Simpatomimetik
• Simpatolitik

Digolongkan menjadi:
PARASIMPATOMIMETIK

KELOMPOK EFEK OBAT


Meningkatkan tonus otot, Karbakol, pilokarpin
Parasimpatomimetik mengurangi glukoma
langsung

Meningkatkan tonus otot, Neostigmin, fisostigmin


mengurangi glukoma
Parasimpatomimetik tak
langsung Meningkatkan Rivastigmin
kemampuan memori
digunakan pada penderita
penyakit Alzheimer
PARASIMPATOLITIK
Kelompok Efek Contoh obat

Parasimpatolitik Menurunkan sekresi Pirenzepin


asam lambung
Midriatikum Atropin, homatropin
(melebarkan
pupil)pemeriksaan
bagian dalam mata
Pelebaran saluran Ipratropium
nafasbronkodilatasi
Memberikan efek sedasi Skopolamin
mencegah kinetosis/
mabuk perjalanan
Mengurangi spasmus Hiosiamin
otot polos
SIMPATOMIMETIK

TIDAK
LANGSUNG LANGSUNG

β2
α1 α2 β1 yaitu
bronkodilatasi
mengaktivasi otot polos
(vasokontriksi) dan sel-
menghambat
pelepasan
yaitu
memperkuat
dan stimulasi INHIBITOR MAO
metabolisme
sel kelenjar dengan efek
bertambahnya sekresi
noradrenalin
pada saraf
daya
frekuensi
dan
glikogen dan (MONOAMIN
lemak
ludah dan keringat adrenergik
dengan efek
kontraksi
jantung
OKSIDASE)
turunnya
tekanan darah
AGONIS ADRENERGIK/SIMPATOMIMETIK
LANGSUNG

KELOMPOK Efek CONTOH OBAT


Agonis α Vasokontriksi Lokal: Fenilefrin,
sistemik atau nafazolin,
lokal dekongestan tramazolin,
xilometazolin,
oksimetazolin
Agonis β Bronkodilatasi Salbutamol,
antiasma, tokolitik, terbutalin, fenoterol,
peningkatan oksiprenalin,
kontraksi jantung salmeterol,
peningkatan procaterol
tekanan darah
SIMPATOLITIK

α- SIMPATOLITIK β-SIMPATOLITIK
SIMPATOLITIK

KELOMPOK EFEK CONTOH OBAT

α-simpatolitik Menurunkan tekanan Tamsulosin,


darah melalui fenoksibenzamin,
pelebaran pembuluh fentolamin, terazosin,
darah, menurunkan alfuzosin
kontraksi otot halus
prostat terapi
pembesaran prostat
β- simpatolitik Menurunkan kontraksi Atenolol, propanolol,
jantung labetolol, nadolol,
antihipertensi; carvedilol, bisoprolol
Bronkokonstriksi
ASMA
SOLUTION HEART RATE

Epinephrine 80

Pilocarpin 45

Atropine 70

Digitalis 42

HASIL PRAKTIKUM JANTUNG KURA


EPINEFRIN (SIMPATOMIMETIK/ADRENERGIK)
DIGITALIS
PILOKARPIN (PARASIMPATOMIMETIK /KOLINERGIK)
ATROPIN (PARASIMPATOLITIK/ANTIKOLINERGIK)
EPINEFRIN

EPINEFRIN MERUPAKAN GOLONGAN OBAT SIMPATOMIMETIK/ADRENERGIK.

Fungsi
• Meningkatkan tingkat metabolisme, terutama dari otot rangka dan jantung
• Meningkatkan denyut jantung
• Meningkatkan tekanan darah
Memperkuat
β1 INOTROPIK
daya
POSITIF
kontraksi
jantung

Mempercepat
KRONOTROPIK daya
POSITIF
kontraksi
jantung

• Mempercepat konduksi sepanjang jaringan konduksi, mulai dari atrium ke nodus


atrioventrikular ( AV )
• Meningkatkan cardioc output (curah jantung)
• Epinefrin juga mengurangi blok AV yang terjadi akibat penyakit dan obat
• Efek kumulatif epinefrin adalah peningkatan tekanan sistolik bersama dengan sedikit
penurunan tekanan diastolik

MEKANISME KERJA
ATROPIN
Termasuk obat parasimpatolitik/antikolinergik
Mekanisme Kerja Atropin Pada Jantung
• Efek kolinergik pada kardiovaskular bergantung pada dosis.
• Dosis rendah menyebabkan bradikardi
• Pada dosis tinggi terjadi penyekatan reseptor kolinergik di
SA nodus dan denyut jantung sedikit bertambah (takikardi).
Efek ini muncul bila diberikan dosis 1 mg.
• Atropin menghambat asetilkolin atau kolinergik lain secara
kompetitif pada ikatan neuroefektor parasimpatik
postganglionik
• Efek pemberian atropin pada jantung normal adalah
menghambat aktivitas N vagus sehingga terjadi takikardia.
• Peningkatan denyut jantung
PILOKARPIN
Termasuk golongan parasimpatomimetik/kolinergik
Mekanisme Kerja Pilokarpin

• Akan timbul efek simulasi penerusan impuls


digunakan simpatis dan stimulasi anak ginjal dengan
sekresi non adrenalin.
• Pilokarpin berkerja dengan baik disebabkan oleh karena
struktur otot jantung itu sama dengan otot lurik atau otot
polos.
• Di dalam AV node, hiperpolarisasi menyebabkan
penghambatan junctional yang berukuran kecil untuk
merangsang AV node sehingga terjadi perlambatan
kontraksi impuls yang akhirnya menyebabkan terjadinya
penurunan kontraksi jantung.
• Obat-obat digitalis menurunkan kekuatan
kontraksi otot jantung, Karena termasuk
obat parasimpatomimetik
• Digunakan untuk perawatan kegagalan
jantung

Contoh obat digitalis : Digoxin, Lanoxin,


Fargoxin dan Lanitop

DIGITALIS
1. Meningkatkan kuat kontraksi otot jantung (Inotropik Positif)
2. Peningkatan konsumsi oksigen miokardium
3. Aktivitas Elektrofisiologi (Dromotropik Negatif)
4. Denyut jantung menurun (kronotropik Negatif)

FUNGSI DIGITALIS
Jenis obat Frekuensi Tonus(naik/tetap/turun
(kontraksi/menit) )
Normal
Asetilkolin Kontrol 1,9 Tetap
Percobaan 2 Naik
Adrenalin Kontrol 2 Tetap

Percobaan 0,67 Naik


Pilokarpin Kontrol 1,5 Tetap
Percobaan 2 Naik
Sulfat Atropin Kontrol 5 Tetap
Percobaan 2 Turun

Hasil praktikum lambung katak


ASETILKOLIN
• Termasuk dalam jenis obat parasimpatis.
• Peran : mentransmisikan sinyal atau rangsangan yang diterima
diteruskan di antara sel-sel saraf yang berdekatan atau pada
sambungan neuromuscular.
• Bekerja setelah terikat reseptor menyebabkan pengaruh pada
membrane sel terhadap ion natrium, kalium dan kalsium .
• Pada otot polos, sel ganglion dan pada ujung plat motorik,
asetilkolin meninggikan natrium jauh lebih besar daripada untuk
kalium depolarisasi
• Bisa menimbulkan efek berupa vasodilatasi, laju konduksi
jantung dan kontraksi jantung.
• Reseptor muscarinik dan nicotinik
ADRENALIN
• Termasuk dalam jenis obat simpatis.
• Berfungsi untuk menurunkan potensial sehingga frekuensi dan
kontraksi ritmis turun.
• Menghambat permeabilitas Na, sekaligus menghambat
pemasukan Na ke dalam sel, sehingga frekuensi kontraksi
meningkat dan otot sulit mencapai nilai ambang karena jarang
terjadi potensial aksi.
• Reseptor α dan β
PILOKARPIN
• Termasuk jenis obat parasimpatis.
• Penambahan pilokarpin bersifat menurunkan potensial
membran sehingga amplitudo meningkat.
• Menyebabkan peningkatan permeabilitas membran
terhadap Na, sehingga terjadi peningkatan frekuensi
kontraksi yang diikuti oleh peningkatan tonus otot.
• Menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar keringat,
kelenjar air mata dan kelenjar ludah, dan
meningkatkan kontraksi otot polos lambung.
SULFAT ATROPIN
• Termasuk dalam jenis obat parasimpatolitik
• Berfungsi untuk menaikkan potensial membran sehingga
permeabilitas membrane menurun.
• Menyebabkan penurunan kontraksi otot polos, menurunkan
frekuensi amplitudo, dan tonus otot.
• Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot
halus, kelenjar sekresi dan SSP, meningkatkan output jantung,
mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin.
• Reseptor muscarinik
Kesimpulan

Pada praktikum kali ini ada 2 percobaan yaitu pemberian


obat otonomik pada otot polos lambung katak dan pada jantung
kura. Obat otonomik sendiri kerjanya dapat memperbesar dan
menghambat kerja dari SSO dimana SSO sendiri kerjanya bisa
mempengaruhi otot polos dan jantung.
• Adrenalin dan sulfat atropin termasuk jenis obat adrenergik.
Keduanya dapat menyebabkan penurunan kontraksi otot polos
dan juga menurunkan tonus otot. Sehingga dapat digolongkan
obat simpatomimetik,
• Asetilkolin dan Pilokarpin termasuk obat jenis kolinergik.
Keduanya dapat menyebabkan kenaikan kontraksi otot polos
dan juga menaikkan tonus otot. Sehingga dapat digolongkan
obat parasimpatomimetik.
THANK YOU
• FARMAKOLOGI DAN TERAPI. UNIVERSITAS INDONESIA
• KUMPULAN KULIAH FARMAKOLOGI. EDISI 2.
• OBAT-OBAT PENTING. EDISI KEENAM

REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai