Anda di halaman 1dari 61

Penatalaksanaan Keperawatan Klien dengan

Sindroma Koroner Akut

Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita


Jakarta.

1
Pendahuluan
• Penyakit kardiovaskuler dewasa ini merupakan
masalah global dan menjadi penyebab kematian
terbesar di dunia. Data Badan Kesehatan Dunia (
WHO ) pada tahun 2008 terdapat 7,2 juta
kematian di seluruh dunia yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler atau 12,2 % dari seluruh
kematian penduduk dunia.
• Di Amerika Serikat walaupun prevalensi menurun
sekurangnya 1,5 juta penduduk mengalami
serangan jantung tiap tahunnya dan 400.000-
500.000 di antaranya meninggal dunia ,setengah
dari itu meninggal sebelum mencapai rumah sakit.
• Kematian yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler di Indonesia juga masih
tinggi bahkan menempati urutan teratas
dari sebab kematian lainnya,menurut
Survey rumah Tangga Depkes RI tahun
2008 angka kematian mencapai 25 %.
Percentage of patient diagnosed with ACS
admitted to emergency room

13000
12000 12159
11420
11000 10617
10000 10188
8661 9634
9000 8060 8306 8007
8000
Patient

7000
6000
5000 2332 (35%) 28%
4000 1882 28% 24% 22%
1499 1678 (30,4%)3402 2911 3035
3000 2832 2569
(18,6%) (20,2%) (23,5%)
2000
1000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Year
Total patient admitted to ER Number of ACS patient

Source: Jakarta Acute Coronary Syndrome Registry data base 2014, Emergency Unit
NCCHK
Sistem pelayanan kegawat daruratan kardiovaskular
dengan pendekatan pelayanan keperawatan
secara komprehensif

Aplikasi konsep dasar keperawatan yang menilai


manusia sebagai mahluk utuh yang memerlukan
pemenuhan kebutuhan dasar
Apa itu Sindroma Koroner Akut (SKA)?
Sindroma Koroner Akut ( SKA ) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan sekelompok gejala yang dihasilkan dari
iskemia miokard akut (aliran darah ke otot jantung berkurang ),
Sindrom koroner akut terdiri dari : ST Elevasi Miokard Infark (
STEMI ), Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI), dan
Unstable Angina Pektoris ( UAP ).
• Sindroma Koroner Akut adalah gabungan gejala klinik yang menandakan adanya
iskemia miokard akut yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara
demand dan supply akibat adanya sumbatan formasi trombus yang berasal dari
robekan plak, dengan manifestasi klinik infark miokard akut dengan elevasi
segmen ST ( STEMI), infark miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) dan
Angina pektoris tidak stabil (UAP)

• Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan keadaan kegawatdaruratan jantung


yang memerlukan penatalaksanaan secara tepat dan cepat dalam upaya
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang melibatkan multidisipilin
keilmuan, yang terdiri dari dokter, perawat dan petugas pendukung lainnya untuk
meningkatkan angka keberhasilan penatalaksanaan dan kualitas hidup pasien.
TIME IS MUSCLE

• Perawat berada di “ front line” dalam penatalaksanaan pasien dengan SKA


Harus Mempunyai Kompeten yang handal

7
8
Apa itu STEMI ?
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah
rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah
koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan
ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG.

STEMI adalah cermin dari pembuluh darah


koroner tertentu yang tersumbat total
sehingga aliran darahnya benar-benar
terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak
dapat nutrisi-oksigen dan mati.
Akut Non STEMI
• Suatu jenis serangan
jantung akut yang
disebabkan oleh karena
tersumbatnya pembuluh
darah koroner yang tidak
total ( parsial ) dan TIDAK
terjadi perubahan ST
ELEVASI pada
EKG,namun terdapat
peningkatan “ Cardiac
Marker “ ( CKMB –
Troponin T )
10
Unstable Angina Pectoris ( UAP)
• Keluhan nyeri dada yang biasanya timbul saat istirahat
yang disebabkan oleh menurunnya suplai darah yang
berkurang akibat penyempitan arteri koroner,tanpa
disertai perubahan EKG ST ELEVASI dan tidak ada
kenaikan “ cardiac marker “

11
Apa yang terjadi selama ACS
Penyempitan pembuluh darah koroner
sering disertai dengan terjadinya ruptur
pada “plaque “ yang memicu terjadinya
adhesi platelet, aktivasi trombin,
pembentukan fibrin,trombus dan oklusi total
pada arteri koroner

12
Pasien akan merasakan nyeri dada,saat
kebutuhan oksigen di miokard meningkat.
Terjadi perubahan metabolisme di miokard
dari arerob ke anaerob,dan menghasilkan
asam laktat yang menyebabkan sakit dada
menjadi lebih hebat,kekurangan oksigen di
miokard berlanjut dan akhirnya terdapat
kematian jaringan miokard
13
Terjadi penurunan kontraktilitas,stroke
volume dan tekanan darah.
Pasien akan mengalami takhikardia
cyanotik,takhipnoe,dan berkurangnya
perfusi ke organ vital.

14
Hipoperfusi merangsang baroreseptor dan
menyebakan keluarnya epinefrin dan
norepinefrin  HR meningkat,vasokontriksi.
Pasien akan mengalami takhikardia,akral
dingin, hingga penurunan kesadaran.
Kerusakan miokard yang luas membuat
pompa jantung menurun dan pasien menjadi
sesak,ortopnoe dan peningkatan tekanan
baji paru.(PAWP)

15
16
How ACS affect the Body
Cardiovascular system:
 Injuri pada jaringan otot jantung menyebabkan
terjadinya kontraktilitas jantung, gangguan
compliance LV, stroke volume , EF  dan LVEDP
 Mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
curah jantung( vascular constriction,  HR,renal
retention of sodium and water)
 Komplikasi syok kardiogenik, aritmia malignan ( lethal
arrhytmias)

17
Cont’

 Respiratory System
 Terjadinga syok kardiogenik dgn LHF mengakibatkan
meningkatnya cairan di paru edema
interstitial/alveolar
 Renal System
 Terjadinya penurunan perfusi ke ginjal mengakibatkan
terjadinya penurunan “glomerural filtration rate” sehingga
ADH meningkat, aldosteron dilepas untuk membantu
mempertashankan perfusi ke ginjal.
 Ganngguan fungsi renal
 Neurologic System
 Penurunan perfusi ke otak mengakibatkan gangguan
kesadaran, pasien tampak gelisah, disorientasi

18
The goals of nursing care in ED and the
in hospital phase
• Tindakan keperawatan independent dan
kolaborasi untuk mengurangi perluasan infark.
• Atasi nyeri dada
• Deteksi dan cegah komplikasi ( monitor
EKG,monitor hemodinamik secara ketat )
• Tingkatkan “ recovery “ secara optimal ( kaji
tingkat ansietas dan depresi pada pasien dan
keluarga )
• Lakukan pendidikan kesehatan

19
Penatalaksanaan Keperawatan di Unit
Gawat Darurat
 Triase Keperawatan (pengkajian cepat dan menentukan
skala prioritas), memegang peranan penting dalam
penatalaksanaan berikutnya.
 Lamanya waktu dari onset keluhan pasien sampai dengan
penanganan di UGD menentukan angka keberhasilan
“Delay Time” merupakan indikator penting meningkatnya
mortalitas dan mortalitas
 Beberapa faktor yang mempengaruhi kelambatan
penatalaksanaan : onset keluhan sampai mendapatkan
penatalaksanaan medik,waktu transportasi,in hospital
delay.

20
The Initial Nursing Assessment

TIME IS MUSCLE TREATMENT MUST NOT DELAY

 HISTORY ( chest pain assessment)


 PHYSICAL EXAMINATION ( vital sign, cardiac
auscultation,breath sound,peripheral pulse
 ECG
 CARDIAC MARKER

21
Pengkajian Nyeri Dada
Provoke ( kaji apa penyebab atau faktor pencetus
terjadinya nyeri dada)
Quality (kaji bagaimana kualitas nyeri dada apakah
seperti tertekan beban yang beras, merasa seperti diremas,
dada seperti terbakar)
Radiation ( kaji bagaimana penjalaran nyeri dada:
kelengan sebelah kiri, ke punggung atau ke rahang)
Severity ( kaji skala nyeri)
Timing ( kaji berapa lama nyeri dada/ onset nyeri, apakah
ada riwayat nyeri sebelumnya)

22
Less common sites of pain with
myocardial ischemia

Right side Jaw

Usual distribution of pain


with myocardial ischemia Epigastrium Back 23
2. Elektrokardiogram Harus direkam dan dibaca
dalam waktu 10 menit

24
25
26
Nursing Care Base on type of myocardial infarktion
Type Leads Artery Potensial Complication Nursing consideration
involved
Septal V1-V2 LCA, LAD Kerusakan di septum, his bundle Kaji adanya gambaran QRS
Kemungkinan terjadi bundle brach blocks yang lebar, ulang EKG
apabila terjadi gangguan
hemodinamik.
Anterior V1-V4 LAD, LCx Kerusakan di bagian dinding anterior Kaji fungsi paru
ventrikel kiri Hati2 pemberian cairan
Disfungsi ventrikel kiri Monitoring ketat irama
Edema Paru jantung
Ventrikular aritmia Monitoring adanya aritmia
Heart Block/BBB
Lateral V5-V6/I,aVL LCX Kerusakan di bagian dinding lateral LV Monitoring fungsi paru
Disfungsi ventrikel kiri

Inferior II, III, aVF RCA Kerusakan dinding inferior ventrikel Monitor gambaran EKG,
kiri,dinding posterior kaji adanya blok jantung
Heart Block atau irama bradikardi

RV II,III,aVF, RCA Dinding ventrikel kanan. Dinding inferior, Hati-hati pemberian NTG
infark V3R,V4R posterior LV atau morphin
Hipotensi,JVP distention with clear lung, Pemberian teraphi cairan
blok jantung
Poserior V8, V9 RCA, LCx Kerusakan dinding posterior Monitor EKG
Disritmia 27
3. Pemeriksaan Enzim Jantung
SKA ditegakkan tanpa harus menunggu hasil enzym
WHO: D/STEMI ( 2 hal ): Nyeri dada tipikal,
EKG ST Elevasi, Peningkatan Enzym
Marker enzim Keterangan

Creatinin Kinase • Mulai meningkat pada 3-12 jam


• Peak 24 jam
• kembali normal pada 48-72 jam
• Tidak terlalu spesifik adanya infark miokard

Creatinin Kinase Isoenzyme • Meningkat pada 3-12 jam


• Peak 24 jam
• kembali normal pada 48-72 jam
• Lebih sensitif daripada CK

Troponin • Meningkat pada 3-12 jam setelah terjadinya infark


• Peak 14-48 jam
• Sangat sensitif adanya infark
• Troponin I menggambarkan adanya injuri otot jantung
28
PELAYANAN KEGAWATAN JANTUNG KORONER
Hospital fibrinolysis :
Door-to-Needle within 30 min

Not PCI
capable

Onset of 9-1-1 EMS on-scene EMS


symptom EMS • Encourage 12-lead ECGs Triage
• Consider prehospital fibrinolytic if Plan
s of Dispatch capable and EMS-to-needle within 30 min
STEMI
Goals† PCI
capable
EMS on EMS transport:EMS-to-Balloon
Patient Dispatch scene EMS transport within 90 min
5 min after 1 min Within Prehospital fibrinolysis : EMS-to- Patient self-transport:Hospital Door-to-Balloon within 90 min
symptom onset 8 min Handle within 30 min

Total ischemic time: Within 120 min*


*Golden Hour = First 60 minutes

29
Chest pain suggestive of ischemia

Immediate assessment within 10 Minutes

Initial labs Emergent History &


and tests care Physical
 12 lead ECG  IV access  Establish
 Obtain initial  Cardiac diagnosis
cardiac monitoring  Read ECG
enzymes
 electrolytes,  Morphin  Identify
cbc lipids,  Oxygen complications
bun/cr, Assess for
 Nitrat 
glucose, coags
 Aspirin reperfusion
 CXR

30
TYPICAL HOSPITAL ADMISSION ORDER
FOR PATIENTS WITH ST SEGMENT ELEVATION MI
Maintain Iv line at a keep open rate using NaCl 0.9% or D5W %

Continous ECG monitoring for the presence ST segment elevation & dysrythmia

Performance of vital sigs every 30 mnt until stable and then every 4 hours

Bed rest until stable and then progress to bedside commode (usually within 12 to 24 hours) and activity

Oxygen at 2 ltr- 4 ltr by nasal cannula with continous oximetry for 6 hours if patient is stable and SaO2 exceedd
90%, discontinue oxygen

Nothing by mouth with until stable,Therapeutic Lifestyle Change diet: low cholesterol ( less than 200 mg/d),
low saturated fat ( less than 7 % of total daily callories from saturated fats), and increased omega-3 fatty acids

Reperfusion therapy ( fibrinolytic /primary PCI ( if facility capabiity), early referfusion reduced size and decreased
mortality and morbidity
Medications

Nitroglycerin sublingual 0.4 mg every 5 mnt for chest pain/disconfort

Aspirin daily 160-325 mg

Oral beta blockes beginning immediately only for tachydysrhythmia or hypertansion

Oral ACE inhibitor ( or angiotension II receptor blocke if patient is tolerant of ACE inhibitor for ptients with
anterior
infarction,Or left ventricular ejection fraction less than 40 %, as long as patient is not hypotensive
IV morphine sulfate 2 to 4 mg every 5 to 15 mnt as needed for chest pain/disconfort
Glycoprotein IIb/IIIa inhibitors blocks platelet aggregation
31
Penatalaksanaan pasien dengan STEMI
mengacu pada panduan dari American
Heart Association/AHA

Rumah sakit harus menciptakan tim multidisiplin (meliputi dokter


umum, dokter emergency, kardiolog, perawat, laboran) untuk
mengembangkan protocol tertulis berdasarkan guideline untuk
triase dan penanganan pasien prehospital serta di UGD pada
pasien dengan gejala STEMI
Reperfusion Therapy for Patients with STEMI

*Patients with cardiogenic shock or severe heart failure initially seen at a non–PCI-capable hospital should be transferred for cardiac
catheterization and revascularization as soon as possible, irrespective of time delay from MI onset (Class I, LOE: B). †Angiography and
revascularization should not be performed within the first 2 to 3 hours after administration of fibrinolytic therapy.
Peran perawat pada pasien dgn STEMI
• Triase segera adanya tanda dan gejala infark miokard
• Segera lakukan perekaman EKG ( dalam 10 mnt )
• Segera berkolaborasi hasil perekaman dengan tim medik
• Segera persiapkan tindakan reperfusi ( trombolitik atau
primary PCI) mobilisasi tim perawat untuk persiapan
tindakan
• Segera hubungi tim primary ( jika fasilitas ada)
• Segera pasang akses vena lebih dari satu jalur

34
Persiapan penatalaksanaan primary
Percutaneus Coronary Intervention
• Lakukan segera persiapan pasien pemberian aspirin load 325 mg dan
pemberian looding clopidogrel 300-600 mg(plafix)
• Koordinasi dengan ruang kateterisasi.
• Kaji ketat A,B,C dan
• Kaji kemungkinan terjadinya komplikasi spt adanya aritmia, gagal
jantung atau tanda tanda syock . Segera lapor jika ada tanda- tanda
tsb diatas.
• Lengkapi data lab (coagulation study, electrolyte, BUN, creatinin)
• Jalur infus
• Pemeriksaan fisik ( monitoring EKG)
• Reaksi alergi
• Informed consent

35
Tindakan Balonisasi dan Pemasangan Stent (Ring)
Pada Pasien Serangan Jantung Akut
37
Perawatan Paska Tindakan Primary PCI
• Pasien dirawat di CCU
• Kaji vital sign,O2 sat setiap 15 mnt pada jam pertama
• Pemberian cairan , anticoagulant ( kolaborasi)
• Kaji peripheral pulse distal sekitar luka penusukan ( color, sensation,
temperature, capillary refill)
• Monitor cardiac rhythm secara terus menerus dan perubahan
parameter hemodinamik ng ( Temperature !!!!!)
• Monitor 12 lead ECG ST segment adanya indikasi perubahan
ischemia/injury
• Jelaskan pasien imobilisasi sekitar 8 jam ( femoral sheath)
• Tingginan posisi kepala sekitar 30o
• Kaji sheath kateter ( bleeding, hematoma)
• Pencabutan kateter sheath dilakukan oleh dokter

38
Reperfusi jika Rumah sakit tidak dapat
melakukan Primery PCI

Therapi Fibrinolytic menjadi


pilihan jika waktu untuk PCI
lebih dari 120 mnt dari FMC
Therapi Fibrinolitik adalah terapi
yang ditujukan untuk memperbaiki
kembali aliran pembuluh darah koroner
yang disebabkan oleh thrombus sehingga
terjadi perfusi dengan cara melarutkan
thrombus tersebut ( Kathleen Dracup,
1995:)
Indikasi Pemberian terapi Fibrinolitik

Nyeri dada EKG Enzim


Kontraindikasi Terapi Fibrinolitik
pada STEMI
Kontraindikasi absolut
• Setiap riwayat perdarahan intraserebral
• Terdapat lesi vaskular serebral struktural ( malformasi
AV
• Terdapat neoplasma intrakranial ganas ( Primer atau
metastasis )
• Stroke iskemik dalam 3 bulan kecuali stroke akut dlm 3
jam
• Dicurigai diseksi aorta
• Perdarahan aktif atau diatesis berdarah kecuali means
• Trauma muka atau kepala tertutup yang bermakna
dalam 3 bulan
 Persiapan
 Siapkan surat izin tindakan
 Kaji adanya kontra indikasi
 Monitor gambaran EKG 12 lead
 Siapkan alat-alat resusitasi
 Periksa thoraks photo
 Lakukan pemasangan jalur vena (2 jalur)
 Pemberian aspirin (dikunyah)
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemberian Streptokinase:
 1.5 juta unit in 100 ml D5W or 0.9% saline selama 30-60 menit
(100 tetes/menit-mikro drip)
 Dilanjutkan dengan pemberian heparin
43
Monitoring Selama Pemberian Fibrinolitik

• Observasi ketat tanda- tanda vital, irama jantung,


• Kaji adanya perdarahan, tingkat kesadaran pasien dan
kemungkinan alergi obat.
• Dokumentasikan semua kejadian,
• Segera lakukan tindakan jika terdapat tanda dan gejala
yang abnormal dan segera kolaborasi dengan dokter jika
terjadi perburukan terhadap kondisi pasien.
• Jika terjadi perubahan tingkat kesadaran pada pasien
disertai adanya peningkatan tekanan darah yang tiba2,
muntah atau sakit kepala yang berat dapat dicurigai
kemungkinan ada perdarahan otak
44
Pemantauan Adanya Komplikasi pada
SKA
• SOB
• Saturasi oksigen turun
• Nyeri dada berulang
• Gangguan hemodinamik ( takikardi,
hipotensi,sianosis,aritmia)
• Sinkope
• Gangguan kesadaran
• Meningkatnya kecemasan pasien/gelisah

45
Komplikasi
Komplikasi Tanda dan gejala Tindakan Kep

Recurrent Ischemia Timbul nyeri dada Rekam EKG 12 lead


berulang/angina equivalent Beritahu dokter untuk
Tanpa disertai perubahan tindakan selanjutnya
EKG Tirah baring
Pemberian oksigen

Recurrent myocardial Perubahan ST elevasi, Rekam EKG 12 lead


infarktion peningkatan enzym Beritahu dokter untuk
tindakan selanjutnya
Tirah baring
Pemberian oksigen
Persiapan reperfusi

Cardiogenic shock Hipotensi,Takikardia,edema Pemberian


paru,penurunan produksi oksigen/intubasi
urine,gangguan Siapkan pemberian
kesadaran,sesak inotropik,IABP
Diuretik bila terjadi edema
paru 46
Komplikasi
Komplikasi Tanda dan gejala Tindakan Kep

Mechanical complication Tanda dan gejala syok Persiapan tindakan


( ventrikular septal kardiogenik operatif
rupture) Murmur
Gambaran ekhokardiogram
Kematian

Ventricular dysrhtmia VT,VF,takikardia,palpitasi,dis Monitoring EKG,siapkan


pnea,angina, trolley dan
hipotensi,sinkope,cardiac defibrilator,siapkan
arrest pemberian obat,

47
Penatalaksanaan Keperawatan di unit
intensif
 Monitor gambaran EKG,TD,pulsasi, kaji suara paru dan bunyi jantung, pengkajian nyeri
dada secara ketat
 Kaji adanya penurunan CO,(BP ,HR,PAP/PAWP )
 Kaji U/O
 Monitor Oxygen saturation
 Monitor bila ada nyeri dada (ECG,BP,frequent monitor arhytmia)
 Serial cardiac enzyme
 Diet : salt,cholesterol,chalorie,avoid alcohol and smoking
 Stress management
 Early Mobilitation ( 12-24 hours)
 Pendidikan kesehatan(risk factors, ACS)
 Observasi adanya crackles,cough,tachipnoe ( gambaran LVHF)
 Pemberian pencahar

48
Peran perawat pada kondisi reoklusi
Pasien kemungkinan mengalami “recurrent ischemia or
prolonged sign of ischemia “( time bombs )
 Beritahu segera dokter dan ketua tim ners untuk penatalaksanaan
lebih lanjut
 Kaji ulang tanda vital, monitoring ketat adanya perubahan parameter
hemodinamik
 Pemberian oksigen
 Bedrest
 Pemeriksaan EKG 12 lead dan segera identifikasi apakah ada
perubahan gelombang ST ( elevasi,atau depresi) pada lead yang sama
atau pada lead yang lain, atau ada new onset Bundle Branch Block.
 Pemberian obat- obatan nitrat, opiod ( kolaboratif)
 Pemeriksaan laboratorium ( enzim, GDS, elektrolit/AGD)
 Siapkan bila kemungkinan dilakukan kateterisasi jantung
49
Therapeutic Strategies for AMI
Pre-hospital In-hospital Post-discharge

AED + BLS
Acute Chronic
Early Diagnostic Primary PCI Secondary prevention
CV continuum prevention
Pre-hospital
Fibrinolytic

MISSION !
JAKARTA CCU NETWORK SYSTEM
PASIEN DENGAN NYERI DADA

Puskesmas, RSUD, RS swasta, klinik 119

Transmisi EKG
(Heart Line):
Rekam EKG 12 lead
- Direct line: 5682424
- Fax: 29414874
- heartlinepjnhk@gmail.com
Ambulans, koordinasi - (BBM): PIN:284BB6B1
Pemda DKI Jakarta
- WA: 081934178177
e
RS RUJUKAN YG MEMILIKI
FASILITAS PCI (PCI CENTER)

(Surya Dharma, et al. Netherlands Heart Journal 2012;20:254-259)


TELE EKG/FAX VOIP

SPGDT

AMBULANCE SERVICE
RADIO KOMUNIKASI
Pendidikan Kesehatan
• Pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien
termasuk pengetahuan mengenai tanda dan gejala
SKA yang harus diwaspadai oleh pasien dan
keluarganya ( nyeri dada/ angina equivalent, sesak
napas,pemeriksaan nadi teratur atau tidak,perasaan
cape, dan bagaimana pertolongan pertama pada
saat timbul keluhan
• Pengetahuan mengenai modifikasi faktor resiko
• Aktifitas fisik paska perawatan SKA
• Obat-obat yang dibawa pulang, efek samping
• Kontrol teratur

53
Rehabilitasi

Rehabilitasi jantung merupakan


pelayanan yang komprehensif dalam
jangka waktu yang lama melibatkan
melibatkan berbagai disiplin ilmu
termasuk didalamnya program evaluasi
medik,latihan fisik, modifikasi faktor
resiko, pendidikan dan konseling, yang
terdiri dari 3 fase.

54
Tujuan khusus
 Memulihkan penderita penyakit kardiovaskuler
pada keadaan fisiologis, psikososial dan vokasional
secara optimal

 Mencegah progresifitas proses aterosklerosis dan


atau mengupayakan regresi pada penderita
penyakit jantung koroner (PJK) yang berrisiko
tinggi untuk PJK

 Menghilangkan angina, menurunkan infark


berulang dan kematian mendadak 55
Sasaran program rehab fase I ( 7 hari)
 Untuk mengatasi akibat negatif tirah baring
(deconditioning), baik oleh karena sakit atau karena
tindakan pembedahaan.
 Lamanya bervariasi antara 3 – 14 hari( sesuai lama
rawat )
 Mampu melakukan Activity daily living (ADL)
secara mandiri
 Menurunnya tingkat kecemasan pasien.
 Dipulangkan setelah melalui uji latih jantung dengan
beban (pre discharge exercise test) sasaran penderita
mampu berjalan 1,5 Km ( 3 Mets ).
56
Sasaran program rehab fase II(4-8 mg)
(intervensi)
 Untuk mencegah progresifitas penyakit dengan
diberikan edukasi/reedukasi terhadap faktor risiko
koroner, evaluasi psikososial (tipe kepribadian),
vokasional (adaptasi terhadap pekerjaan yang sesuai)
maupun seksual (marital).

Sasaran program rehab fase III ( 3-6 bln)


(pemeliharaan)
 Memelihara sekaligus mencegah progresifitas,
dengan memberikan latihan terpadu (fisik, mental
dan pengaturan diet)
57
What are the key goals of cardiac rehabilitation

• Decrease symptoms
• Self care and lifestyle modification (smoking
cessation,dietary modification,weight loss)
• Maintenance of optimal health
• Decrease cardiac risk
• Manage the diseases ( DM,hypertension)
• Maintain psychosocial health
• Adapt to limitation the diseases process
58
Kesimpulan

Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan keadaan


kegawatdaruratan jantung yang memerlukan penatalaksanaan
secara tepat dan cepat dalam upaya menurunkan angka mortalitas
dan morbiditas yang melibatkan multidisipiln yang terdiri dari
dokter, perawat dan petugas pendukung lainnya untuk
meningkatkan angka keberhasilan penatalaksanaan dan kualitas
hidup pasien.(Time is muscle )

59
Referensi :
ACC/ AHA , 2004 : Guidelines for management patient with
ST- Elevasi Myocardial Infarction.
ACC/ AHA, 2007: Guidelines for managemen of patient with
Unstable Angina/ Non STEMICME
Lisa AB,Taletha Carter(2008) Cardiovascular Care,Philadelphia
Leslie Davis (2004) Cardiovascular Nursing Secret,St Louis
Moser & Riegel ( 2008 ) : Cardiac Nursing, Saunders, Canada.
Mary Frans Hazinski RN, MSN & David MD, 2008 : Handbook
of Emergency Cardiovascular Care
Sandra L et all ( 2005 ) : Cardiac Nursing, Lippincot Williams &
Willkins. USA.
Dracupss,K ,1999. Intensive Cardiac Care,Lippincot William .
60
61

Anda mungkin juga menyukai