Anda di halaman 1dari 15

Minggu Ke-3

Ilfat Isroi Nirwani, S.S., M.A.


DIKSI
APA ITU DIKSI?

BAGAIMANA KAITAN
DIKSI DENGAN
PRAKTEK
BERBAHASA?
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa berkaitan
dengan persoalan kesanggupan sebuah kata atau
kelompok kata untuk menimbulkan gagasan secara tepat
pada pikiran pembaca/pendengar.

Pilihan kata (diksi) berhubungan dengan dua aspek, yaitu


ketepatan pilihan kata dan kesesuaian pilihan kata.
KETEPATAN DIKSI / PILIHAN KATA

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk


menimbulkan gagasan yang tepat pada pikiran pembaca/pendengar seperti apa
yang dipikirkan penulis/pembicara.
Tujuannya : agar tidak menimbulkan salah paham
Ketepatan : - makna kata (hubungan kata dengan referensinya)
- kosakata (banyaknya kosakata yang dimiliki seseorang)
SYARAT KETEPATAN DIKSI / PILIHAN KATA

1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.

Kata pramuniaga memiliki nilai lebih terhormat daripada pelayan. Ada


kemungkinan perubahan penggunaan kata pembantu rektor menjadi wakil rektor,
pembantu dekan menjadi wakil dekan dipengaruhi oleh faktor konotasi hormat
dan tidak atau kurang hormat seperti itu.

Selain nilai hormat dan tidak hormat, ada nilai tinggi-rendah, baik-buruk, sopan-
tidak sopan, lucu, biasa, kotor, porno, sakral, dsb. Nilai suatu kata ditentukan
oleh masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan (Akhadiah dkk., 1992: 86).
2. Membedakan secara cermat kata yang bersinonim dan berhomonim.

Seringkali kata bersinonim (kata yang memiliki kemiripan makna) tidak


dapat saling dipertukarkan dan karena itu penggunaannya dalam kalimat tetap
harus dibedakan.

Kata yang bersinonim:


hasil, produksi, prestasi, keluaran
rancangan, rencana, desain
urutan, peringkat, ranking
sulit, rumit, sukar
terminal, halte, perhentian, stasiun
strategi, teknik, taktik
pendekatan, metode, teknik (penelitian)
kecil, mikro, minor

Kata yang berhomonim:


rapat (pertemuan) dan rapat (pendek jaraknya, sangat dekat)
Hak (sepatu wanita) dan hak (seuatu yang benar, milik atau kepunyaan)
3. Cermat dalam menggunakan kata/istilah asing dan serapan
Kata/istilah asing adalah unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
dipertahankan bentuk aslinya karena belum ditemukan padanannya atau
belum menyatu dalam bahasa Indonesia. Contoh kata/istilah asing: ad
valorem (istilah yang digunakan untuk tarif pajak, tarif bea masuk).

Kata serapan adalah unsur dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan
bentuk atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kata serapan: manajemen,
bisnis, akuntansi, akuntabel, ekonomis, kaidah, pikir, metode, teknik, urgensi.

4. Memperkaya diri dengan kata-kata baru dan mampu menggunakannya


secara tepat.
Selaras dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan, kosakata bahasa
Indonesia bertambah dengan kosakata baru yang merupakan hasil
penerjemahan, seperti canggih, pemerian, kendala, pemantauan, pendekatan,
bermakna, telaah, penalaran, biaya terkendali (controllable cost), biaya
taksiran (estimated cost).
5. Membedakan kata ilmiah/kajian dan kata populer.
Kata kajian/ilmiah digunakan dalam ranah akademik, dalam lingkup tertentu
atau terbatas, sedangkan kata populer digunakan dalam berbagai kesempatan
dalam komunikasi sehari-hari di kalangan semua lapisan masyarakat (lihat
Akhadiah, 1992: 88). Sebagian besar kosakata yang dikuasai seseorang
berupa kosakata populer.
Contoh kata populer: besar, pindah, kecil, batu, waktu, isi, harga.
Contoh kata kajian: andal, transfer, minor, batuan, momentum, volume, pagu,
canggih.

6. Memperhatikan perubahan makna kata.


Makna kata dapat berubah atau bergeser. Ada yang meluas atau menyempit,
ada yang makna baru menjadi bernilai baik/tinggi atau buruk/rendah.
Dapatkah Saudara memberikan contoh kata yang maknanya meluas,
menyempit, makna sekarang yang bernilai baik, dan makna sekarang yang
bernilai buruk?
KESESUAIAN PILIHAN KATA

Kesesuaian pilihan kata berhubungan dengan apakah pilihan kata yang


digunakan sesuai dengan suasana/situasi bicara. Kesesuaian pilihan kata
mempersyaratkan beberapa aspek berikut ini.

1. Memperhatikan nilai sosial kata.


Dalam menulis harus diperhatikan apakah kata-kata yang akan digunakan
mengandung kata tabu bagi masyarakat sasaran atau pembaca, atau kata-kata
yang mempunyai konotasi lain yang mungkin akan menyinggung rasa
kesopanan atau kepercayaan mereka.
Perhatikan penggunaan kata yang tercetak tebal! Manakah yang lebih sesuai
untuk konteks kalimat tersebut?

1) Pencanangan Hari Bebas Rokok itu dihadiri pula oleh puteri sulung
Gubernur DIY.
2) Pencanangan Hari Bebas Rokok itu dihadiri pula oleh anak sulung
Gubernur DIY.
3) Salah seorang guru besar UGM meninggal karena sakit jantung.
4) Salah seorang guru besar UGM mati karena sakit jantung.
2. Membedakan secara cermat penggunaan kata baku dan tak baku.
Kata baku digunakan dalam ragam baku/resmi atau dalam suasana resmi,
sedang kata tak baku digunakan dalam suasana tidak resmi. Bahasa Indonesia
yang digunakan dalam karya ilmiah/akademik termasuk ragam baku. Karena
itu, tulisan ilmiah harus menghindari penggunaan kata-kata yang tidak baku.
Perhatikan pasangan kata berikut ini!

Baku Tidak Baku


sistem sistim
kaidah kaedah
ke mana kemana
seperti kayak
membuat bikin
zaman jaman
tetapi tapi
tidak enggak, nggak, ndak
definisi difinisi
deskripsi diskripsi
3. Memperhatikan sasaran tulisan.
Sasaran tulisan akan menentukan ragam bahasa, kalimat, dan kosakata yang
digunakan. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk mengidentifikasi
siapa sasaran tulisan kita: latar belakang pendidikan, usia, profesi, di mana
tulisan itu disajikan, dsb.
KATA POPULER DAN KATA KAJIAN

Kata Populer Kata Kajian


Arti / batasan / makna Definisi
Kegiatan Aktivitas
Tingkatan Level
Orang sakit Pasien
Lulusan Alumnus
Tidak nyata Fiktif
Rencana Agenda
Tempat tinggal Habitat
Merenung Kotemplasi
Dunia tumbuh-tumbuhan Vegetasi
ADA PERTANYAAN?
KAMI ADA SESUATU
UNTUK KALIAN

Anda mungkin juga menyukai