Anda di halaman 1dari 21

Diksi

Woro Wiratsih, S.Pd., M.A.


1. Pengertian

 Pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam


penggunaaannya) untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang
diharapkan), (KBBI: 2008).
Kasus 1
 Kata-kata yang diekspresikan kadang kala tidak sesuai dengan maksud yang dipikirkan
atau diinginkan. Pada kalimat (1) di bawah ini yang ‘berasal dari Bandung’ adalah Bung
Karno ataukah sekolah teknik THS; ataukah sebenarnya yang dimaksud adalah ‘Bung
Karno lulusan sekolah teknik THS’ dan THS tersebut ‘bertempat di Bandung?’

(1) Di Bandung di mana Bung Karno sekolah juga berasal dari sekolah teknik THS (1920).

 Apabila yang dimaksudkan adalah Bung Karno lulusan sekolah teknik THS di Bandung,
maka kalimat (1a) atau (1b) berikut ini lebih sesuai dengan maksud pikiran tersebut.
(1a) Bung Karno juga berasal dari sekolah teknik THS (1920) Bandung.
(1b) Bung Karno juga lulusan dari sekolah teknik THS (1920) Bandung.
Kasus 2
 Kadang-kadang kalimat yang diungkapkan seseorang mengandung
makna ‘kekejaman’. Perhatikan kalimat (2) berikut ini!

(2) Mohon bagi yang membawa hp harap dimatikan!

 Betapa kejamnya penulis pengumuman seperti pada data (2) : karena


seseorang membawa hp, dia harus dibunuh (‘dimatikan’). Tentu saja
yang dimaksudkan dengan ‘dimatikan’ dalam pikiran si penulis adalah
hp dan bukan orang yang membawa hp. Akan tetapi, akibat susunan
kata dan pilihan kata yang tidak tepat, makna kalimat yang tertulis
berbeda maksudnya dengan apa yang dipikirkan si penulis.
(2) Mohon bagi yang membawa hp harap dimatikan!
 Kalimat (2) akan lebih jelas maknanya bila diubah menjadi kalimat (2a) atau (2b)
berikut ini.
(2a) Mohon hp dimatikan. (peringatan ini ditempel di dalam ruang
masjid/musala sehingga setiap orang yang membaca peringatan itu (yang
sudah barang tentu berada di dalam masjid/musala) dimohon untuk
mematikan hp)
(2b) Mohon hp dimatikan bila Anda akan shalat.
 Kalimat (2b) menjadi tidak tepat maknanya bila kata akan diganti dengan kata
sedang seperti (2c) berikut ini. Hal ini terjadi karena orang yang sedang
melaksanakan shalat tidak mungkin (paling tidak tidak dianjurkan) sambil
mematikan hp.
(2c) Mohon hp dimatikan bila Anda sedang shalat.
Kasus 3

(3) Bagi yang menemukan flashdisk dengan merek Samsung,


warna putih, di musala dan sekitarnya, tolong dititipkan ke
kantor satpam.

 Siapa sebetulnya yang dimohon untuk ‘dititipkan’ ke kantor


satpam: flashdisk ataukah orang yang menemukan
flashdisk?
2. Ketepatan dan Kesesuaian Kata

2.1 Ketepatan Pilihan Kata (Keraf, 1981: 73-88)


 Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan yang tepat pada pikiran pembaca/pendengar seperti
apa yang dipikirkan penulis/pembicara.
 Tujuannya: agar tidak menimbulkan salah paham
 Ketepatan: - makna kata (hubungan kata dengan referensinya)
- kosakata (banyaknya kosakata yang dimiliki seseorang)
Syarat Ketepatan Diksi

A. Membedakan Secara Cermat Denotasi dan Konotasi


 Kata pramuniaga memiliki nilai lebih terhormat daripada pelayan. Ada
kemungkinan perubahan penggunaan kata pembantu rektor menjadi wakil
rektor, pembantu dekan menjadi wakil dekan dipengaruhi oleh faktor
konotasi hormat dan tidak atau kurang hormat seperti itu.
 Selain nilai hormat dan tidak hormat, ada nilai tinggi-rendah, baik-buruk,
sopan-tidak sopan, lucu, biasa, kotor, porno, sakral, dsb. Nilai suatu kata
ditentukan oleh masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan (Akhadiah
dkk., 1992: 86).
B. Membedakan Secara Cermat Kata yang Bersinonim, Berhomonim (Mirip
Ucapan/Ejaan)
 Seringkali kata bersinonim (kata yang memiliki kemiripan makna) tidak dapat
saling dipertukarkan dan karena itu penggunaannya dalam kalimat tetap
harus dibedakan.
 Kata yang bersinonim:
-hasil, produksi, prestasi, keluaran
-rancangan, rencana, desain
-urutan, peringkat, ranking
-sulit, rumit, sukar
-terminal, halte, perhentian, stasiun
-strategi, teknik, taktik
-pendekatan, metode, teknik (penelitian)
-kecil, mikro, minor
 Kata yang berhomonim:
-bank dan bang
-rapat (pertemuan) dan rapat (pendek jaraknya, sangat dekat)
C. Cermat Dalam Menggunakan Kata/Istilah Asing dan Serapan
 Kata/istilah asing adalah unsur yang berasal dari bahasa asing yang
masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum ditemukan
padanannya atau belum menyatu dalam bahasa Indonesia. Contoh
kata/istilah asing: ad valorem (istilah yang digunakan untuk tarif pajak,
tarif bea masuk).
 Coba, carilah kata/istilah asing yang terdapat dalam bidang ilmu
Saudara!

 Kata serapan adalah unsur dari bahasa asing yang telah disesuaikan
dengan bentuk atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kata serapan:
manajemen, bisnis, akuntansi, akuntabel, ekonomis, kaidah, pikir,
metode, teknik, urgensi.
D. Memperkaya Diri dengan Kata-kata Baru dan Mampu
Menggunakannya Secara Tepat
 Selaras dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan,
kosakata bahasa Indonesia bertambah dengan kosakata
baru yang merupakan hasil penerjemahan, seperti canggih,
pemerian, kendala, pemantauan, pendekatan, bermakna,
telaah, penalaran, biaya terkendali (controllable cost), biaya
taksiran (estimated cost).
E. Membedakan Kata Ilmiah/Kajian dan Kata Populer
 Kata kajian/ilmiah digunakan dalam ranah akademik, dalam
lingkup tertentu atau terbatas, sedangkan kata populer
digunakan dalam berbagai kesempatan dalam komunikasi
sehari-hari di kalangan semua lapisan masyarakat (lihat
Akhadiah, 1992: 88). Sebagian besar kosakata yang dikuasai
seseorang berupa kosakata populer.
 Contoh kata populer: besar, pindah, kecil, batu, waktu, isi,
harga.
 Contoh kata kajian: andal, transfer, minor, batuan,
momentum, volume, pagu, canggih.
 F. Memperhatikan Perubahan Makna Kata
 Makna kata dapat berubah atau bergeser. Ada yang meluas
atau menyempit, ada yang makna baru menjadi bernilai
baik/tinggi atau buruk/rendah.
 Dapatkah Saudara memberikan contoh kata yang maknanya
meluas, menyempit, makna sekarang yang bernilai baik,
dan makna sekarang yang bernilai buruk?
2.2 Kesesuaian/Kecocokan Pilihan Kata

 Kesesuaian pilihan kata berhubungan dengan apakah pilihan kata yang


dipergunakan sesuai dengan suasana/situasi bicara. Kesesuaian pilihan kata
mempersyaratkan beberapa aspek berikut ini.
1. Memperhatikan Nilai Sosial Kata
 Dalam menulis harus diperhatikan apakah kata-kata yang akan digunakan
mengandung kata tabu bagi masyarakat sasaran atau pembaca, atau kata-kata
yang mempunyai konotasi lain yang mungkin akan menyinggung rasa kesopanan
atau kepercayaan mereka.
 Perhatikan penggunaan kata yang tercetak miring! Manakah yang
lebih sesuai untuk konteks kalimat tersebut?
(1) Pencanangan Hari Bebas Rokok itu dihadiri pula puteri sulung
Gubernur DIY.
(1a)Pencanangan Hari Bebas Rokok itu dihadiri pula anak sulung
Gubernur DIY.
(2) Salah seorang gurubesar UGM meninggal karena sakit jantung.
(2a) Salah seorang gurubesar UGM mati karena sakit jantung.
2. Membedakan Secara Cermat Penggunaan Kata Baku dan Tak Baku
 Kata baku digunakan dalam ragam baku/resmi atau dalam suasana resmi, sedang kata tak baku
digunakan dalam suasana tidak resmi. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam karya
ilmiah/akademik termasuk ragam baku. Karena itu, tulisan ilmiah harus menghindari
penggunaan kata-kata yang tidak baku. Perhatikan pasangan kata berikut ini!
Baku Tidak Baku
sistem sistim
kaidah kaedah
ke mana kemana
zaman jaman
tetapi tapi
definisi difinisi
deskripsi diskripsi
analisis analisa
3. Memperhatikan Sasaran Tulisan
 Sasaran tulisan akan menentukan ragam bahasa, kalimat, dan
kosakata yang digunakan. Karena itu, penting bagi penulis untuk
mengidentifikasi siapa sasaran tulisan kita: latar belakang pendidikan,
usia, profesi, di mana tulisan itu disajikan, dsb.
Sumber Acuan

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan


Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Wijana, I Dewa Putu. 2008. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Ilmiah. Yogyakarta:
Pustaka Araska.
Tugas

 Cari dan amati skripsi yang berkaitan dengan


bidang ilmu Anda!
 Analisislah kesalahan berbahasa yang meliputi:
Pendahuluan, Isi, dan Daftar Pustaka!

Anda mungkin juga menyukai