Anda di halaman 1dari 48

Vibrasi

PT. Pakarti Handayani 1


Force Vibration
Untuk pegas dengan
perpindahan yang kecil,
hubungan secara linear
sebagai berikut

F=M.a =-k.x

F = Tenaga
X = perpindahan (dalm satuan
panjang)
K = kekerasan (stiffness) pada
pegas
PT. Pakarti Handayani 2
Free Vibration

PT. Pakarti Handayani 3


Sinusoidal
x = X Sin (ώ t + ф )

dimana x adalah posisi


mula mula dari masa,
X adalah jarak
maximum posisi masa
berada dan ώ adalah
angular frequency dan
ώ = √ k/m

PT. Pakarti Handayani 4


Frequency, Period (Time)
Secara umum Θ = S / R Dimana S = sudut
lengkung R = jari-jari Bila S = R seperti pada
diagram θ = R / R = 1 Radian (1 Rad = 57.2960 )

Ada 2 π radian dalam 1 lingkaran oleh karena itu 2


π radian = 3600 dan 1 radian = 57.3 0 Jarak angular
untuk 1 putaran komplit dari sebuah roda adalah 2 π
radian

Waktu (T) = 2 π / ω

ini memberikan metode untuk mencari parameter utama


T dimana ini disebut sebagai PERIOD dari vibrasi.
Semakin panjang Period, semakin sedikit gelombang
dalam periode waktu,

T = 1 / f, f = Frequency dari vibrasi


Jadi 1 / f = 2 π / ω atau f = ω / 2 π

PT. Pakarti Handayani 5


Amplitude
θ adalah sudut seketika antara
axis A dan axis t. Bila t = 0,
sudut permulaan nya adalah Ǿ
radian dan sudut bertambah
dengan constant ω radian/sec
sehingga, (Gambar 4)

θ = ф + ω t ф = sudut phase
mula-mula atau A = A (sin ώ t
+ф)

Model ini mengahasilkan


gelombang persamaan yang
cocok dengan solusi dari Simple
Harmonic dasar

PT. Pakarti Handayani 6


JENIS-JENIS TRANSDUCER GETARAN

 Displacement - Relative measurement


(Proximity System)
 Velocity - Absolute Casing Measurement
(Seismic)
 Accelerometer - Absolute Casing Measurement
( Seismic).

PT. Pakarti Handayani 7


PRINSIP KERJA DISPLACENT /
PROXIMITY PROBE

Prinsip kerjanya :
berdasarkan eddy current / arus pusar.

Komponen utamanya :
 Proximitor
 Extension cable
 Vibration Probe

PT. Pakarti Handayani 8


Vibration Probe

Fungsi: Mengukur jarak getar poros terhadap bantalan.

Type : NON Contact Vibration Measurement.

Prinsip kerja: Memanfaatkan sifat dari eddy current

Alat tambahan: Proximitor dengan suplay tegangan


- 18 VDC atau – 24 VDC.

Sensitivitas: 200 mVp-p / MIL atau 70.7 mVrms/MIL

Frequency Respons: 0 – 2 KHz

PT. Pakarti Handayani 9


RF pada maximum Gap

PT. Pakarti Handayani 10


RF Signal pada Proximitor

PT. Pakarti Handayani 11


Output Voltage dari Proximitor

PT. Pakarti Handayani 12


Initial Gap Voltage pada 50 MILS
PT. Pakarti Handayani 13
RF Signal pada permukaan shaft yang berputar

PT. Pakarti Handayani 14


Peak to peak Gap Voltage pada shaft yang berputar

PT. Pakarti Handayani 15


Peak to peak Vibration (dynamic motion)

PT. Pakarti Handayani 16


Displacement Transducer
Displacement
transducer / proximity
transducer merupakan
sensor yang mengukur
getaran berdasarkan
perubahan jarak posisi
shaft / poros terhadap
sensornya tanpa
menyetuh porosnya
(pengukuran relatif).
PT. Pakarti Handayani 17
Displacement Transducer
Hardware
Eddy current probe
adalah sensor / transducer untuk mengukur jarak, perubahan jarak
terhadap bahan bahan yang bersifat penghantar listrik
(conductive materials) seperti shaft pada mesin mesin rotasi.
Proximitor
adalah suatu perangkat electronic yang mengeluarkan RF voltage
yang output signalnya proporsional terhadap "GAP" (jarak
antara sensor probe terhadap permukaan shaft yang diukur).
Extension cable.
adalah sambungan kabel penghantar RF voltage / signal dari
proximitor ke sensor probe (Eddy current probe).

PT. Pakarti Handayani 18


Displacement Transducer
Keuntungannya Kerugian

Efektive untuk melakukan pengukuran Sensitif terhadap permukaan logam yang


gerakan poros mesin dari kedua arah bersifat konduktif, output getaran
baik radial maupun axial. sangat terpengaruh oleh mechanical
and electrical runouts / glitchs
Dengan menggunakan du buah proximity
probe yang dipasang dengan sudut 90 Pemasangan probes pada rumah bearing
derajat, maka dapat dilihat bentuk harus benar benar kuat pada jarak /
orbit dari gerakan poros mesin. gap voltage yang linear, tidak cocok
untuk pemakaian Hand Held.
Dapat digunakan sebagai refference / key
phasor bila dipasang tepat pada key Output dari transducer dapat terpengaruh
way dari pada shaft / poror mesin bila ujung daripada probe terkena /
untuk pengukuran sudut phase dan penuh dengan metal chips yang
kecepatan mesin. terkandung didalam oli.

Dapat digunakan untuk menge-check HOT Transducer / probe tidak dapat mengeluarkan
ALIGNMENT mesin. output tanpa bantuan rangkaian electronic
(Proximitor) dan catu daya – 18 VDC atau –
24 VDC.

PT. Pakarti Handayani 19


Velocity Transducer
Transducer jenis ini biasanya lebih
umum dipakai untuk
pengukuran maupun analisa
getaran, karena mudah
pemakaiannya dan mempunyai
level output listrik yang kuat
(relative tinggi) tanpa
membutuhkan penguatan listrik
lagi untuk mengaktifkannya
Velocity transducer adalah
merupakan sensor getaran /
vibration yang output signalnya
proporsional terhadap input
kecepatan getaran (velocity).

PT. Pakarti Handayani 20


Velocity Transducer
Keuntungan Kerugian
Tidak memerlukan catu daya dalam Response frequencynya terbatas, pada
pengoperasiannya dan mempunyai umumnya digunakan pada daerah
output signal yang cukup kuat frequency rangenya mulai dari 600
CPM / 10 Hz s/d 12000 CPM /
Dapat dipasang langsung pada rumah 2KHz.
bearing / bearing housing
Relatif berat dan besar, sehingga
membutuhkan ruangan yang cukup
untuk memasangnya. Jika
dipasang pada rumah bearing yang
kecil dapat meredam vibrasi.

Harus menggunakan faktor koreksi


apabila digunakan pada frequency
dibawah 600 CPM / 10Hz.

PT. Pakarti Handayani 21


Velocity Transducer

Fungsi: Mengukur kecepatan jarak getar sebuah mesin.


Satuan: IPS (Inch Per Second)

Type : SEISMIC Vibration Measurement.

Prinsip kerja: Memanfaatkan prinsip kerja generator listrik,


apabila sebuah kumparan dipotong oleh fluksi
yang berubah-ubah maka akan timbul ggl
(gaya gerak listrik)

Sensitivitas: 145 mVo-p / IPS atau 102.5 mVrms/IPS

Frequency Respons: 0 – 5 KHz


PT. Pakarti Handayani 22
Velocity Transducer dan Potongannya

PT. Pakarti Handayani 23


Accelerometer Accelerometer transducer
merupakan sensor getaran,
dimana output signalnya
proportional terhadap input
percepatan getaran
(acceleration).
Transducer jenis ini umumnya
mempunyai bentuk yang sangat
kecil dan ringan, serta
mempunyai range temperature
dan range frequency yang
sangat lebar. Transducer ini
dapat digunakan sebagai sistem
monitor getaran maupun analisa
getaran
Transducer ini paling effektif
dipakai untuk megukur getaran
yang ditimbulkan oleh roda-
roda gigi seperti gearmesh
frequency pada accessory drive
dan gearbox.

PT. Pakarti Handayani 24


Accelerometer
Keuntungan Kerugian

Mempunyai response yang baik terhadap Transducer jenis ini membutuhkan sinyal
frequency tinggi dan bekerja pada derah penguat / amplification untuk
frequency kurang dari 120 CPM / 2 Hz mengaktifkannya / untuk mendapatkan
s/d 120 000 CPM / 20 KHz. output yang cukup kuat.

Dengan bentuk yang kecil dan ringan dapat Sensitif terhadap kebisingan / noise dengan
dipasang pada lokasi yang mempunyai frequency tinggi.
ruang dan posisi yang terbatas.
Tidak cocok untuk pemakaian Hand Held,
Dapat digunakan pada temperature tinggi kecuali digunakan dengan low pass filter.
yaitu sampai temperature kurang lebih
500 C.

PT. Pakarti Handayani 25


Accelerometer Transduecr

Fungsi: Mengukur per cepatan jarak getar sebuah mesin.


Satuan: IPS (Inch Per Second)

Type : SEISMIC Vibration Measurement.

Prinsip kerja: Memanfaatkan prinsip kerja generator listrik,


apabila sebuah kumparan dipotong oleh fluksi
yang berubah-ubah maka akan timbul ggl
(gaya gerak listrik)

Sensitivitas: 145 mVo-p / IPS atau 102.5 mVrms/IPS

Frequency Respons: 0 – 5 KHz


PT. Pakarti Handayani 26
Accelerometer Transducer

PT. Pakarti Handayani 27


CONVERSI TABLE

Freq :
100 Hz G's IPS Mils M/sec2 MM/s UM
RMS 0.723 0.4442 0.7071 7.0905 11.285 17.96
Peak 1.0225 0.6283 1 10.0275 15.9592 25.4
Pk-Pk 2.045 1.2566 2 20.055 31.9185 50.8

Freq :
100 Hz G's IPS Mils M/sec2 MM/s UM
RMS 1.1507 0.7071 1.1253 11.2849 17.9605 28.5849
Peak 1.6273 1 1.5915 15.9592 25.4 40.4253
Pk-Pk 3.2547 2 3.183 31.9185 50.8 80.8507

Freq :
100 Hz G's IPS Mils M/sec2 MM/s UM
RMS 0.7071 0.4345 0.6915 6.9343 11.0363 17.5649
Peak 1 0.6144 0.9779 9.6066 15.6078 24.8405
Pk-Pk 2 1.2289 1.9559 19.6133 31.2155 49.6811

PT. Pakarti Handayani 28


Daerah Getaran

• Bearing.
• Shaft.
• Case / Housing.
• Blade / Impeller.
• Gears.

PT. Pakarti Handayani 29


Penyebab Getaran
• Unbalance
• Misalignment
• Bent
• Looseness
• Gear Mesh

PT. Pakarti Handayani 30


Unbalance
Ciri – ciri Unbalance

Amplitudo getaran pada 1 x RPM


pada arah radial >80 % dari
amplitudo overall, sedangkan
amplitudo pada arah axial tidak
tinggi.

Amplitudo pada frequency lainnya


< 5% jika dibandingkan dengan
amplitudo pada 1 x RPM.

PT. Pakarti Handayani 31


Misalignment
Ciri – ciri Misalignment

Amplitudo getaran pada arah axial


lebih besar dari 50 % dari
Angular Misalignment amplitudo getaran pada arah
radial. Amplitudo pada
kelipatan 1 x RPM tinggi pada
salah satu atau kedua arah
axial maupun arah radial. Jika
hal tersebut diatas muncul
Parallel Misalignment maka mis-alignment adalah
penyebab utama dari pada
problem vibrasi.

PT. Pakarti Handayani 32


Misalignment Bearing Cocked
on Shaft
Cocked Bearing will generate
considerable axial vibration.
Will cause twisting motion with
approximately 180° phase
shift top to bottom and/or
side to side as measured in
the axial direction of the same
bearing housing. Attempts to
align the coupling or balance
the rotor will not alleviate the
problem. The bearing must be
removed and correctly
installed.

PT. Pakarti Handayani 33


Bent Shaft
Ciri-cirinya : Amplitudo getaran pada arah
(Be careful to account for the axial lebih besar dari 50 % dari
transducer orientation for each axial amplitudo getaran pada arah radial.
measurement if you reverse probe
direction).
Amplitudo pada 1 x RPM tinggi, tetapi pada
kelipatannya tidak tinggi. Jika pola spektrum
mis-alignment tidak muncul pada tempat
atau arah pengukuran yang lain, maka bisa
disimpulkan bahwa penyebab utama dari
pada problem vibrasi adalah Bent Shaft atau
Bearing mis-aligned dengan shaft.

Bent Shaft problems cause high axial


vibration with axial phase differences
tending toward 180° on the same
machine component. The dominant
vibration ins normally at 1x if bent near
the shaft centre, but at 2x if bent near the
coupling.

PT. Pakarti Handayani 34


Looseness
Ciri-cirinya : Amplitudo getaran pada Looseness dikategorikan dalam
arah axial lebih besar dari 50 % 3 type yaitu
dari amplitudo getaran overall
arah radial.
Type A looseness pada Base Plate
Amplitudo pada 2 x RPM; 3 x RPM;
4 x RPM; or 5 x RPM adalah Type B looseness pada Skid Bolt atau
lebih besar dari 50% dari pada Crack pada rumah bearing
amplitudo pada 1 x RPM. atau
muncul spektrum dimana
amplitudo pada 2 x RPM; 3 x Type C looseness pada Inner parts
RPM; 4 x RPM; 5 x RPM dan 6 akibat pemasangan yang tidak
x RPM adalah lebih besar dari tepat.
10 % dari pada amplitudo pada
1 x RPM.

PT. Pakarti Handayani 35


Kategori Looseness
Type “A” Type “B” Type “C”

Looseness pada Skid Bolt / Looseness pada Innerpart


Looseness pada Baseplate Crack pada Rumah bearing (karena improper installation)

PT. Pakarti Handayani 36


Gearmesh
Gear or Screw gear Backlash
High

Ciri-cirinya : Amplitudo getaran pada


1 x RPM dan 2 x RPM atau 1 x
RPM dan 3 x RPM pada spektrum
tidak didapati frekuensi side band
baik lower side band maupun
upper side band.
Side band terjadi jika rotating
speednya bermodulasi dengan
gear-mesh frekuensi. Dan pada
kasus excessive gear backlash
Hunting Tooth Problem pada umumnya tidak terjadi
modulasi antara rotating speed
dengan gear-mesh frekuensi.
PT. Pakarti Handayani 37
Gear Misalignment
Gear Misalignment almost always
excites second order or higher
GMF harmonics which are
sidebanded at running speed.
Often will show only small
amplitude 1x GMF, but much
higher levels at 2x or 3x GMF.
Important to set the Fmax high
enough to capture at least 2
GMF harmonics if the
transducer has the capability.

PT. Pakarti Handayani 38


Gear Tooth Wear
A key indicator of gear tooth wear is
excitation of the Gear Natural
Frequency, along with sidebands
around it spaced at the running
speed of the bad gear. Gear Mesh
Frequency (GMF) may or may not
change in amplitude, although high
amplitude sidebands surrounding
GMF usually occur when wear is
noticeable. Sidebands may be a
better wear indicator than Gear
Mesh Frequencies themselves

PT. Pakarti Handayani 39


Kerusakan Pada Ball Bearing
Ciri-cirinya :

Ball pass frekuensi (Ball bearing) atau bearing frekunsi (Tiltpad Bearing
muncul dan diikuti oleh frekuensi side band dari pada 1 x RPM.
Natural Frekuensi dari bearing muncul juga dan bermodulasi dengan
rotating speed ( 1 x RPM). Jika tanda-tanda tersebut muncul
sesegera mungkin untuk menjadwalkan penggantian bearing, sebelum
kerusakan yang lebih serius terjadi.

PT. Pakarti Handayani 40


Tingkatan Kerusakan Bearing
Stage 1

Earliest indications of bearing problems


appear in ultrasonic frequencies
ranging from approximately 20,000 -
60,000 Hz (1,200,000 - 3,600,000
CPM). These are frequencies
evaluated by spike energy (gSE),
HFD(g) and shock pulse (dB). Foe
example, spike energy may first
appear at about .25 gSE in stage 1
(actual value depending on
measurement location and machine
speed.

PT. Pakarti Handayani 41


Tingkatan Kerusakan Bearing
Stage 2

Slight bearing defects begin to "ring"


bearing component natural
frequencies (fn) which
predominantly occur in the 30K -
120K CPM range. Sideband
frequencies appear above and
below natural frequency peak at
end of stage 2. Spike energy
grows (for example .25 to .50
gSE).

PT. Pakarti Handayani 42


Tingkatan Kerusakan Bearing
Stage 3
Bearing defect frequencies and
harmonics appear when wear
progresses. Spike energy
continues to increase (for
example, from .5 to over 1
gSE).
Wear is now usually visible and may
extend throughout periphery of
bearing, particularly when well
formed sidebands accompany any
bearing defect frequency
harmonics. replace the bearings
now.

PT. Pakarti Handayani 43


Oil Whirl
Ciri-cirinya : Oil Whirl muncul pada frequency sub synchronous (kurang
dari ½ rotating speed yaitu 45% s/d 50% dari rotating speed.
Sedangkan amplitudonya > 20% dari pada amplitudo 1 x RPM. Oil
Whirl terjadi hanya pada mesin yang bantalan bearingnya
menggunakan plain / sleeve bearing seperti pada steam turbine dan
bantalan bearing power turbine.

Penyebabnya antara lain : Perubahan load pada bearing; Pada


umumnya perubahan bearing load disebabkan oleh berubahnya
alignment figure ; Bearing clearance excessive; Viscosity Lube Oil
berubah (encer) adalah juga salah satu penyebab Oil Whirl.

PT. Pakarti Handayani 44


Oil Whirl
Oil Whirl instability occurs at 0.42 - 0.48 x
RPM and is often quite severe. Considered
excessive when amplitude exceeds 50% of
bearing clearances.
Oil whirl is an oil film excited vibration where
deviations in normal operating conditions
cause oil wedge to "push" the shaft
around within the bearing.
Whirl is inherently unstable since it increases
centrifugal forces which increase whirl
forces. Can cause oil to no longer support
the shaft, or can become unstable when
whirl frequency coincides with a rotor
natural frequency
Changes in oil viscosity, lube pressure and
external pre-loads can affect oil whirl

PT. Pakarti Handayani 45


Oil Whip
A Spectral Map showing Oil Whirl
becoming Oil Whip Instability as
shaft speed reaches twice
critical

Oil Whip may occur if a machine is


operated at or above 2x rotor
critical frequency. May cause
excessive vibration that the oil
film may no longer be capable
of supporting

PT. Pakarti Handayani 46


Vibrasi karena Cavitasi
Ciri-cirinya: Spektrum frekuensi yang
muncul merupakan segerombolan
frekuensi (group frequency) atau
Hystack Frequency. Spektrum
frekuensi pada bearing dan gear
vibration polanya tipical tapi bukan
pola dari kerusakan bearing
maupun kerusakan gear.
Kemungkinan besar pump
beroperasi dibawah minimum flow
(NSPH). Bila hal ini terus
berlangsung maka akan
mempercepat kerusakan pada
impeller pump

PT. Pakarti Handayani 47


Hydraulic / Aerodynamic Force
Ciri-cirinya : Spektrum frekuensi yang
muncul merupakan blade pass
frekuensi atau kelipatan rotating
speed.

Kondisi ini terjadi dikarenakan problem


aliran fluida (low suction flow) atau
bisa juga dikarenakan kerusakan pada
support mesin (support damage).

PT. Pakarti Handayani 48

Anda mungkin juga menyukai