Anda di halaman 1dari 35

CBD whiplash injury

IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn S
 Umur : 56 tahun
 Jenis kelamin : Pria
 Agama : Islam
 Alamat :-
 Pekerjaan : Buruh Tani
 Pendidikan : SMA
 Status : Menikah
 No CM : 611894
 Tanggal masuk RS : 16 Agustus 2019
Keluhan utama

• Tangan dan kaki tidak bisa digerakan

RPS

• Pasien mengatakan terpeleset +/- 2 jam SMRS.


Awal mulanya pasien mengejar kerbau kemudian
terpeleset hingga lehernya menekuk dibawah dan
kakinya diatas. Setelah itu pasien merasa mati
rasa dari leher hingga kaki. Terdapat nyeri
dibagian leher. BAB dan BAK normal. Tidak ada
keluhan lain yang dialami pasien.
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga

 Riw. penyakit serupa  Riw. penyakit serupa


di sangkal di sangkal
 Riw. DM di sangkal  Riw. DM di sangkal
 Riw. HT disangkal  Riw. HT di sangkal
 Riw. Penyakit jantung  Riw. Alergi di sangkal
di sangkal
 Riw. Stroke disangkal
 Riw. Alergi di sangkal
 Riw. Stroke disangkal
 Riwayat trauma
sebelumnya disangkal
RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL
EKONOMI

 Kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak


disangkal. Pasien merupakan perokok aktif
maupun pasif dengan 1 bungkus/hari. Pasien
mengaku tidak konsumsi alkohol. Pasien bekerja
sebagai buruh tani.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum Vital sign

o Keadaan Umum : Tampak o TD :120/80 mmHg


sakit sedang o Nadi : 70 x/menit
o Kesadaran : Compos o RR : 22 x/menit
Mentis
o Suhu : 38 0 C
o GCS : E4V5M3
o Status Gizi : kesan cukup
Kepala dan leher
 Kepala : normochepal o Leher : Sulit dinilai
 Rambut: Warna hitam , karena pasien memakai
persebaran merata dan collar neck
tidak mudah dicabut o KGB : Tidak ada
 Mata: Konjungtiva anemis perbesaran KGB
-/-, sklera ikterik -/-
 Hidung: Simetris, sekret -
/-, deviasi septum(-), nafas
cuping hidung(-)
 Telinga : Normotia, sekret
-/-, benjolan -/-
thorax

Paru Jantung

 Inspeksi: iktus kordis


 Inspeksi : simetris
tidak tampak
 Palpasi : tidak teraba
 Palpasi: iktus kordis
benjolan, vocal fremitus
teraba di 1 jari medial
sama kuat
ICS V Linea Mid
 Perkusi : sonor pada Clavicula Sinistra
kedua lapang paru
 Perkusi: batas jantung
 Auskultasi: suara dasar dalam batas normal
vesikuler diseluruh
 Auskultasi: S1-S2
lapang paru, ronkhi (-/-
reguler, murmur &
), wheezing (-/-)
gallop (-)
Abdomen Ekstremitas:

 Inspeksi : datar  Superior : Edema (-/-),


 Palpasi : shifting Akral dingin (-/-),
dullness (-), Nyeri ikterik (-/-)
tekan(-), hepar tidak  Inferior : Edema (-/-),
teraba membesar, lien Akral dingin (-/-),
tidak teraba membesar. ikterik (-/-)
 Perkusi : timpani
 Auskultasi: BU (+)
normal
PX. NERVUS KRANIAL

N.Olfaktorius
N.
N. Optikus
Hypoglossus

N. Accessorius
N.Okulomotorius

N.
Vagus N.
Trochlearis

N. N.
Glossofaringeal Trigeminus

N. Vestibulokokhlearis
N.
Abdusen
N. Fascialis
PX MOTORIK

2 3 -- --
K= RP = RF =
1 1 -- --

-- --
Cl =
-- --
Reflek fisiologis Reflek patologis
DIAGNOSIS

 Diagnosis Utama :
 Whisplash Injury

 Diagnosis banding :
• Mielitis Cervical (Spinal shock)
• Sindroma Guaillian Barre
PLANING

Terapi Farmakologis

 Inf. RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram iv

 Inj. Metilprednisolon 125 mg

4 x 1 (16,17,18,19-10-2019)
3 x 1 (20,21,22-10-2019)
2 x 1 (23,24-10-2019)
1 x1 (25-10-2019)
 Inj Mecobalamin 2 x 1 ampul

 Vit B1B6 3 x 1 tab


 Inj Pantoprazole 1 ampul/hari
 Sucralfat 3XCI

 Rontgen thorax

 Cek elektrolit

 Bed Rest
Prognosis

 Quo Ad Vitam : Dubia ad Bonam


 Quo Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
 Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam
TEORI WHIPLASH INJURY
DEFINISI

Whiplash injury adalah trauma yang terjadi akibat


akselerasi dan deselerasi yang terjadi pada
kepala dan leher karena benturan yang dapat
menyebabkan trauma pada vertebrae bagian
servikalis, batang otak, dan cerebrum.
ETIOLOGI

1. Kecelakaan kendaraan bermotor (terutama


mobil)
2. Cedera saat olahraga
3. Kepala tertimpa benda jatuh
4. Cedera fisik
5. Ketegangan kronik otot leher (misal menjempit
telepon dengan leher)
MEKANISME WHIPLASH INJURY
 Kompresi oleh tulang, ligamen, herniasi diskus
intervertebralis, dan hematoma.
 Regangan jaringan berlebihan, biasanya terjadi
pada hiperfleksi
 Edema medula spinalis yang timbul segera
setelah trauma mengganggu aliran darah kapiler
dan vena
 Gangguan sirkulasi atau sistem arteri spinalis
anterior dan posterior akibat kompresi tulang
MEKANISME WHIPLASH INJURY

Kurvatura vertebrae servikalis selama terjadi whiplash trauma


MEKANISME WHIPLASH INJURY
MANIFESTASI
KLINIS
• Antara C1 sampai C5
Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal
• Antara C5 dan C6
Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku
yang lemah; kehilangan refleks brachioradialis
• Antara C6 dan C7
Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu dan
fleksi siku masih bisa dilakukan; kehilangan refleks bisep
• Antara C7 dan C8
Paralisis kaki dan tangan
• C8 sampai T1
Horner's syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis
kaki
• Antara T11 dan T12
Paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut
• T12 sampai L1
Paralisis di bawah lutut
• Cauda equina
Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan usually
pain and hyperesthesia, kehilangan control bowel dan bladder
• S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1
Kehilangan kontrol bowel dan bladder secara total
MANIFESTASI KLINIS
 Whiplash injury menimbulkan gejala yang
dominan berupa nyeri pada leher dan nyeri
kepala, pusing, spasme otot, pandangan
kabur/diplopia, tinitus, nausea, neuropati, akral
dingin, kelemahan dan parestesi pada anggota
gerak atas, dan gejalanya bisa berlanjut
beberapa bulan sampai tahun kemudian.
Skala kerusakan berdasarkan American spinal injury
association
(ASIA)(Consortium SCM,2006)
Grade Tipe Gangguan medula spinalis ASIA
A Komplit Tidak ada fungsi motorik dan sensorik sampai S4-S5

B Inkomplit Fungsi sensorik masih baik tapi motorik terganggu sampai


segmen sakral S4-S5

C Inkomplit Fungsi motorik terganggu dibawah level, tapi otot-otot


motorik utama masih punya kekuatan < 3

D Inkomplit Fungsi motorik terganggu dibawah level, otot-otot motorik


utama punya kekuatan > 3

E Normal Fungsi motorik dan sensorik normal


PENEGAKAN DIAGNOSIS
 Anamnesa riwayat trauma pasien dan gejala
yang dirasakan serta pemeriksaan leher dan
sinar-X untuk menyingkirkan patah tulang.
Dapat juga melibatkan penggunaan pencitraan
medis untuk menentukan apakah terdapat luka-
luka lain.
 X-Ray Spinal CT Scan Spinal

 MRI Spinal

 Mielografi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• X-Ray Spinal:
• menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau
dislokasi)

Dislokasi Cervical 5 dan 6


PEMERIKSAAN PENUNJAANG
• CT Scan: untuk menentukan tempat
luka/jejas, mengevaluasi gangguan
struktural

Terdapat bintik bintik kecil pada permukaan tulang, tapi tidak terlihat fraktur.
Jadi foto ini hanya memperlihatkan hiperfleksi soft tissue injury.
PEMERKSAAN PENUNJANG

• MRI :untuk
mengidentifikasi
kerusakan
syaraf spinal,
edema dan
kompresi

Terlihat Luka
tusuk
PENATALAKSANAAN

 Segera setelah trauma, dapat diberikan kompres


es pada 72 jam pertama, kemudian istirahat 15-
20 menit. Setelah 72 jam diberikan kompres
panas selama 20-30 menit. Penggunaan gel
analgesik dapat membantu meredakan nyeri.
Relaksasi otot dengan beristirahat dan
imobilisasi pada area yang terkena trauma.
 Penggunaan servikalis collar selama beraktivitas
24 jam untuk relaksasi otot leher selama terjadi
stres pada otot tersebut. Ketika gejala dan ROM
(range of motion) kembali normal servikalis
collar dapat dilepas.
PENCEGAHAN

 Saat mengemudi, pakailah sabuk pengaman dan


sesuaikan tinggi tatakan kepala pada jok. Bagian
tengah dari tatakan kepala, harus setinggi ujung
atas telinga. Walau sabuk pengaman tidak
mengurangi risiko terjadinya cedera leher, tetapi
dapat mengurangi risiko kematian/cedera berat.
 Pilihlah kendaraan yang memiliki kantung
udara (airbag)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai