Perpajakan 2 Pertemuan 1 02092018
Perpajakan 2 Pertemuan 1 02092018
Overview
Agenda
Pajak di Indonesia
Pajak Penghasilan
2
Pajak sebagai
Sumber
Penerimaan
Negara
Silabus
•Budgetair sumber
penerimaan utama
•Reguler PPnBM
Minimun keras, PPh
pengusahan kecil lebih
rendah,
Redistribusi
Demokrasi
Penerimaan Pajak
APBN 2018
Pajak dalam APBN 2018
Tax Ratio
Komponen Penerimaan Pajak
Azas pajak
ECONOMY
efisien ex:self
assesment
CERTAINTY tidak
sewenang-wenang,
Adam Smith
berdasarkan undang- dalam An Inquiri
undang yang dilaksanakan into the nature
and cause of the
wealth of nations
Azas Pemungutan
Azas Menurut Falsafah Hukum
Azas yuridis
• Teori Asuransi
(melindungi) Hukum pajak harus
• Teori Kepentingan memberikan jaminan hukum
• Teori daya pikul UU
• Teori Bakti
• Teori azas daya beli
Azas untuk memungut
Azas ekonomi Azas tempat tinggal
Negara perekonomian Azas kebangsaan
meningkat. Pajak tidak Azas sumber
menghambat ekonomi
HUKUM PAJAK
Pembayaran
(SSP) BPP
Banding
Pelaporan MA
(SPT)
Kasasi
Jenis Pajak
Pajak
Pajak Pajak
Subyektif Obyektif
• PASIF
• Struktur Ekonomi
• Sistem Pemungutan
• Moral dan Intelektual • AKTIF
penduduk
• Tax Avoidance
• Tax Evasion
CARA(STELSEL) PEMUNGUTAN PAJAK
Stelsel
Fiktif PPh ps 25
Riil PPh ps 21, 23
Campuran PPh ps 29
Sistem pemungutan
Official assessment SKP, PBB
Self assessment PPh tahunan
Withholding system PPh 21, 23,
Pajak
Penghasilan
Sistematika
1. Subjek Pajak
2. Objek Pajak
4. Pelunasan Pajak
5. Fasilitas Perpajakan
Pajak Perusahaan
Dipotong
PPh 23 atas Badan
penghasilan jasa
Memotong
PPh 21
atas gaji
PPN atas
PBB penyerahan
Penghasilan Meterai barang/jasa
BPHTB
Beban yang dapat dikurangkan Pajak Daerah
Penghasilan kena pajak
X tarif pajak
Pajak terutang 1thn fiskal Lapor
Kredit pajak KPP
• Angsuran pajak (PPh25)
• Dipotong pihak lain (22,23) Setor
• Pajak luar negeri (24) Kas negara
Pajak kurang/lebih bayar (29/28
PAJAK dalam Perusahaan
Pajak atas Penghasilan Perusahaan
– Dibayar langsung oleh perusahaan :
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
– Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak dan di Neraca utang
pajak / pajak dibayar dimuka
Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)
– Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
– PPN pajak atas penyerahan barang / jasa kena pajak
– Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di Neraca sebagai utang atau pajak
dibayar dimuka
Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai
PAJAK untuk Individu
Individu SPTnya berbeda
– Bekerja dari satu pemberi kerja
– Bekerja lebih dari satu pemberi kerja
– Pemilik usaha
Pajak atas Individu
– Dibayar langsung oleh individu:
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (PPh21, PPh23, PPh22, PPh24, tidak final, final, )
Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax) Pph 21, PPh
final
– Orang pribadi yang mempekerjakan pihak lain
– PPN untuk individu yang menjalankan usaha
Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai
Perbedaan Pajak dan Akuntansi -1
Undang-
PSAK
Undang
AKUNTANSI PAJAK
PERBEDAA
N
Permane Tempore
n r
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan subyek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subyek pajak
badan.
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)
a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat
yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3)
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak
secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam
negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
44
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3)
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
45
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3)
46
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2)
Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan; Penghasilan sebagaimana tersebut dalam
- penjualan barang; Pasal 26, selama terdapat hubungan
- pemberian jasa; efektif antara BUT dengan harta/ kegiatan
yang sejenis dengan yang dijalankan BUT yang memberikan penghasilan.
di Indonesia.
47
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3)
Biaya administrasi kantor pusat yang boleh dibebankan adalah biaya yang berkaitan
dengan usaha atau kegiatan BUT, berdasar besaran yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya
meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
Pembayaran dari kantor pusat yang bukan sebagai penghasilan BUT meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
48
Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan
Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)
51
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)
Atas penanaman modal di bidang – bidang usaha tertentu atau di daerah – daerah
tertentu, kompensasi kerugian dapat diberikan hingga paling lama 10 tahun.
52
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3)
Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk
usaha pengelolaan limbah;
54
Non Deductible Expenses (2)
Pasal 9 Ayat (1)
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang
dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang
ditetapkan sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang
bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
55
Non Deductible Expenses (3)
Pasal 9 Ayat (1)
56
Ketentuan Khusus Atas Natura
Non Bukan
Deductible Objek
Expense Pajak
Pihak Pihak
Melakukan Menerima
Pengeluaran Penghasilan
Penghitungan Penghasilan Netto
Pasal 14, dan 15
Wajib Pajak yang tidak dapat dihitung Subjek pajak melakukan pembukuan dan
penghasilan nettonya berdasar menghitung penghasilan netto berdasar
ketentuan Pasal 16 Ayat (1) dan (3) persentase Norma Penghitungan Khusus.
Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)
80% 20%
Untuk Pemerintah Pusat Untuk Pemerintah Daerah
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E
66
PPN & PPnBM
Agenda
3. Administrasi PPN
4. Diskusi kasus
Pengertian Umum
Di Dalam Daerah
Pabean
OLEH
Orang Pribadi
Badan
Karakteristik PPN
Pajak Obyektif
Pajak Tidak Indirect
Langsung Substraction
Method
Konsumsi
Dalam Negeri
Consumption type
VAT
CIRI PPN
Impor BKP
Penyerahan BKP
Penyerahan JKP
Pemanfaatan BKP
di daerah pabean OBYEK PPN Pemanfaatan JKP
1 Darat
Ruang udara
dan di atasnya
2 Perairan
4 Landas Kontinen
BARANG
BARANG ADALAH
BARANG BARANG
TIDAK
BERWUJUD
BERWUJUD
BARANG CONTOH :
BERGERAK • HAK ATAS
MEREK DAGANG
• HAK PATEN
BARANG TIDAK • HAK CIPTA
BERGERAKLandas
Kontinen
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK (BKP)
YANG DIKENAKAN
PAJAKBERDASARKAN
UU PPN
JASA
• SUATU BARANG
• FASILITAS
• KEMUDAHAN
• HAK
YANG DIKENAKAN
PAJAK BERDASARKAN
UU PPN
JASA KENA PAJAK (JKP)
TERMASUK
PEMAKAIAN PEMBERIAN
SENDIRI JKP CUMA-CUMA
OLEH PKP
PEMANFAATAN JKP DAN BKP
PENGUSAHA
YANG MELAKUKAN
PENYERAHAN BPK/JKP
HARGA JUAL
TERMASUK
KARENA
PENYERAHAN BPKP
TIDAK
TERMASUK
TERMASUK
KARENA
PENYERAHAN JKP
TIDAK
TERMASUK
Sebesar 10%
Kecuali untuk ekspor yang dikenakan tarif 0%
- ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
- ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
- ekspor Jasa Kena Pajak.
Pemungut PPN 563/KMK.03/2003
• Pemungut:
– Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, yang
dananya dari APBN/APBD.
– Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
– Badan Usaha Milik Negara dan Milik Daerah
• PPN yang terutang dipungut oleh PKP Penjual.
• Pembeli BKP/JKP wajib membayar kepada PKP Penjual sebesar
harga jual ditambah PPN (10%).
• Apabila pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN, PPN
yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut
oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke kas negara oleh
Pemungut PPN tersebut.
• Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga
jual, sedangkan PPN-nya (10%) disetor ke kas negara.
Faktur Pajak
2. Tarif
3. Ketentuan Umum
4. Perhitungan PPnBM
Karakteristik PPnBM