& ALAT-ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Created by: Riska Nilam Sari (160106051) Dian Nesya (160106050) Pengertian Hukum Pembuktian
Hukum Pembuktian adalah Hukum yang
mengatur tentang tata cara untuk menetapkan terbuktinya fakta dan menjadi dasar dari pertimbangan menjatuhkan suatu putusan. Fakta dalam Pembuktian
Fakta Hukum Fakta biasa
Kejadian atau eksistensinya Kejadian atau keadaan- tergantung dan penerapan keadaan yang juga ikut peraturan perundang- menentukan adanya fakta undangan hukum tertentu Teori Ajaran Pembuktian Teori Pembuktian Afirmatif Teori pembuktian yang membebankan pembuktian kepada pihak yang mendalilkan sesuatu dan bukan kepada pihak yang mengingkari sesuatu Teori Pembuktian Subjektif
Beban pembuktian didasarkan pada dalil
atau hak subjektif pihak yang menghendaki diakuinya hak subjektif itu Teori Pembuktian Objektif
Pembuktian yang didasarkan pada fakta-
fakta yang menimbulkan akibat hukum yang dapat dinilai secara objektif terdapat didalam peraturan perundang-undangan Teori Pembuktian Keadilan
Pembagian beban pembuktian ditentukan
oleh hakim berdasarkan keadaan senyatanya ketika pemeriksaan berlangsung Secara teoritis Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, dikenal dengan teori Ajaran Pembuktian Bebas (Pasal 107)
Teori ajaran pembuktian bebas adalah
Hakim yang memeriksa dan memutus sengketa diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri fakta-fakta yang relevan berkaitan dengan beban pembuktian Alat - alat Bukti dalam persiangan Peradilan Tata Usaha Negara Surat atau Tulisan Akta otentik : Surat yang dibuat oleh atau seorang pejabat umum, yang menurut peraturan perundang-undangan berwenang membuat surat ini dengan maksud untuk dapat digunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya. Akta dibawah tangan : Surat yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk dapat dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang dicantum didalamnya Surat-surat lain yang bukan akta. Keterangan Ahli ( Expertise)
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, pasal 102
“Pendapat orang yang diberikan dibawah
sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya” Keterangan Saksi
“apabila keterangan itu berkenaan dengan hal
yang dialami dilihat atau didengar oleh saksi sendiri” LANJUT KETERANGAN SAKSI... Pasal 88 UU PTUN disebutkan yang Pasal 89 UU PTUN disebutkan bahwa orang tidak boleh didengar sebagai saksi yang dapat meminta pengunduran diri dari kewajiban untuk memberikan kesaksian
Keluarga sedarah atau Saudara laki-laki dan
semenda menurut garis lurus perempuan, ipar laki-laki dan keatas atau kebawah sampai perempuan salah satu pihak derajat kedua dari salah satu pihak yang bersengketa. Setiap orang yang karena Istri atau suami salah seorang martabat, pekerjaan atau pihak yang bersengketa, jabatannya diwajibkan meskipun sudah bercerai merahasiakan segala sesuatu Anak yang belum berusia yang berhubungan dengan tujuh belas tahun martabat, pekerjaan, atau jabatannya. Orang sakit ingatan Pengakuan para Pihak
Menurut pasal 105 Undang-undang No. 5
tahun 1986
“Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik
kembali, kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh hakim” Pengetahuan Hakim Undang-undang No. 5 Tahun 1986 pasal 106
“pengetahuan hakim adalah hal yang olehnya
diketahui dan diyakini kebenarannya”
-Pengetahuan hakim dapat diartikan sebagai hal
yang dialami oleh hakim seniri selama pemeriksaan perkara dalam sidang- (R. Wirjono Prodjodikoro, 1978:125). THE END