Anda di halaman 1dari 62

COMPOUNDING SEDIAAN LIQUID &

PERMASALAHANNYA
Pasien

Dokter Apoteker
RESEP

1. Obat jadi  R/ Obat + dosis Bermacam-macam


pustaka  cara meracik
2. Obat racikan
Bentuk sediaan sesuai bentuk
baku  pustaka Aturan pakai sediaan
+ cara meracik
3. Obat racikan
komposisi Sediaan farmasi diserahkan
dokter  cara dalam wadah yang diberi
meracik etiket dan label dengan cara
penyimpanan tertentu.
SEDIAAN LARUTAN

SISTEM PADAT + CAIR


LARUTAN CAIR + CAIR
HOMOGEN GAS + CAIR
( 1 FASA )

Adalah sediaan cair sistem satu fasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan.

Menurut FI V, Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu


atau lebih zat kimia yang terlarut.Bentuk sediaan larutan dapat
digolongkan menurut cara pemberiannya, yaitu larutan oral dan
larutan topikal.

Contoh: SIRUP = gula + air


= larutan gula dalam air
= sistem satu fasa
*

Potiones Elixir Netralisasi

Potio
Sirup Saturatio
Effervescent

Guttae Drop
*
*

Guttae Gargarisma Litus Oris


Collyrium
ophthalmicae

Guttae
Guttae Oris Inhalationes
Nasales

Injectiones Clysma Douche Epithema


*
* Larutan Berdasarkan Sistem Pelarut
dan Zat Terlarut

Spiritus Tinctur

Air
aromatik
* Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelarutan

Polaritas
Co-
Struktur Air
Solvency

Ukuran dan
Bentuk Kelarutan
Molekul

KELARUTAN
Ukuran
Temperatur
Partikel

Salting Out &


Hidrotopi
Salting In

Efek Ion Pembentukan


Bersama Kompleks
* Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope
dinyatakan dengan istilah sebagai berikut :
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
Istilah kelarutan
untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut <

Mudah larut 1-10

Larut 10-30

Agak sukar larut 30-100

Sukar larut 100-1000

Sangat sukar larut 1000-10000

Praktis tidak larut >10000


*
Mudah ditelan Stabilitas kurang baik

Segera diabsorpsi Penyimpanan tidak praktis

Dosis dapat diubah


Media pertumbuhan mikroba

Mengurangi iritasi GI
Ketepatan dosis pada
penakaran
Rasa,bau,warna dapat
ditutupi
Perlu penambahan pengawet dan
Pemakaian luar mudah corigen
digunakan
Cara Khusus Pengerjaan Obat dalam Bentuk Larutan

Bahan obat tertentu


 cara melarutkan khusus
A. Natrium bikarbonat
Menggoyang-goyangkan dengan air dalam wadah tertutup, atau gerus
tuang (adsliben)
b. Natrium bikarbonat bersama natrium salisilat
Na-bikarbonat digerus tuang, kemudian ditambah Na-salisilat. Untuk
mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan harus
ditambakan natrium pirofosfat 0,25% dari berat larutan.
c. Kamfer
Ditambah spiritus fortior (96%) 2x berat kamfer  larut  ditambah
aqua panas  kocok.
d. Perak protein
Dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan 15 menit ditempat
gelap.
e. Sublimat (HgCl2)
Untuk obat tetes mata dilakukan pemanasan atau dikocok
dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl
dapat meningkatkan kelarutan sublimat dalam obat tetes
mata 1 : 4000.
f. Kalium permanganate (KMnO4)
Dilarutkan dengan pemanasan, pada proses pemanasan
akan terbentuk batu kawi (MnO2), setelah dingin tanpa
dikocok dituangkan kedalam botol atau dapat disaring
dengan gelas wool.
g. Tanin dalam air dan gliserin
Dilarutkan dalam air, baru ditambah gliserin
 karena tanin mengandung hasil oksidasi yang larut
dalam air tetapi tidak larut dalam gliserin.
h. Extract Opii dan Extract Ratanhiae
Ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan 15 menit.
i. Nipagin dan Nipasol
Dilarutkan dalam air dengan pemanasan sambil digoyang atau dengan
sedikit etanol baru dimasukan kedalam sediaan yang diawetkan.
j. Zink klorida (ZnCl2)
Dilakukan dengan air sekaligus, kemudian disaring. jika air
ditambahkan sedikit demisedikit akan terbentuk ZnOCl yang sukar
larut dalam air, kemudian tambahkan asam salisilat, larutan ZnCl2
dengan sebagian air, kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air,
baru disaring.
k. Succus liquiritiae
Dengan adsliben, jika jumlahnya kecil. Dengan merebus atau
memanaskannya hingga larut.
l. Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil
pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 ml.
m. Kalsium Laktat dan Kalsium Glukonat
Kelarutannya dalam air 1:20. Jika jumlah air cukup, setelah
dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi. Jika air tidak
cukup, disuspensikan dengan penambahan PGS.
n. Bahan obat yang berkhasiat keras harus dilarutkan tersendir.
o. Kodein
- Direbus dengan air 20 x dari kodein. Setelah larut diencerkan
sebelum dingin.
- Dengan alcohol 96% sampai larut, lalu diencerkan dengan air.
- Diganti kodein HCl sebanyak 1,17 kali jumlahnya.
p. Pepsin
Pepsin tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.
Pepsin disuspensikan dengan air 10 kali lipatnya kemudian
tambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar
dan tidak boleh disimpan.
SEDIAAN SUSPENSI & EMULSI
Menurut FI V, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.

SUSPENSI PADAT + CAIR

SISTEM
HETEROGEN
( 2 FASA )
EMULSI CAIR + CAIR

Menurut FI V, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalm cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Komposisi emulsi
umumnya mengandung tiga komponen; fase lipid, dan fase berair, dan bahan
pengemulsi.
*
*Emulsidapat distabilkan dengan penambahan bahan
pengemulsi yang disebut emulgator atau surfaktan

*Emulgator adalah suatu bahan (lypofilik/lypofobik), yang


mengakomodasi droplet-droplet cairan yang tidak
bercampur, untuk dapat terdispersi dengan stabil.
Emulgator dikelompokan menjadi :
- Anionik - Kationik - Nonionik -Amfoter

*Emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda :


- Emulsi gas - Emulsi Padat - Emulsi Cair
*
* Aman
* Efektif dan efisien sesuai dengan tujuan terapi
* Disperse homogen
* Stabil
* Viskositas yang optimal
* Kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitas obat.
* BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)
Emulgator
Emulgator alam
buatan/sintetis
• Tumbuh-tumbuhan : • Sabun
Gom arab, • Tween 20 : 40 : 60
Tragacanth, agar- : 80 (Polisorbat)
agar, Chondrus. • Span 20 : 40 : 80
• Hewan : Kuning (Sorbitan
telur, Adeps lanae monooleat)
• Tanah mineral :
Veegum, Bentonit
*
Teori tegangan permukaan (Surface
Tension)

Teori orientasi bentuk baji

Teori film plastik (interfacial film)

Teori lapisan listrik rangkap (electric


double layer)
Teori tegangan permukaan
*Daya tarik menarik antar molekul (adhesi, kohesi)
*Semakin tinggi perbedaan tegangan mengakibatkan
antara kedua zat cair semakin susah tercampur.

Teori orientasi bentuk baji


 Terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif
dari bagian molekul emulgator.
 Molekul emulgator dibagi menjadi hidrofilik & lipofilik.
 Emulgator memiliki harga keseimbangan (HLB)
 Semakin besar HLB berarti semakin banyak kelompok yang
suka pada air
*

HARGA KEGUNAAN
HLB

1–3 Anti foaming agent


4–6 Emulgator tipe w/o
7–9 Bahan Pembasah
(wetting agent)

8 – 18 Emulgator tipe o/w


13 – 15 Detergent
10 - 18 Kelarutan
(solubilizing agent)
*
* 100 ml emulsi tipe w/o ditentukan emulgator sesuai
dengan nilai HLB 12. Sebagai emulgator dipakai
campuran Span 20 (HLB 8,6) dan tween 20 (HLB 16,7)
sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing berat
span 20 dan Tween 20?

* Menentukan nilai HLB dan campuran surfaktan


R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
*Emulgator akan diserap pada batas antara air dengan
minyak, terbentuk lapisan film yang membungkus
partikel fase dispers, usaha antar partikel sejenis untuk
bergabung menjadi terhalang. fase dispers menjadi
stabil.

Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)


 Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh :
- Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
- Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan
disekitarnya.
- Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya
*FAKTOR KESTABILAN EMULSI
Tegangan antar muka rendah

Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka

Tolakkan listrik double layer

Relatifitas phase pendispersi kecil

Viskositas tinggi
* BENTUK KETIDAKSTABILAN EMULSI
• kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak
Flokulasi tertutupi oleh lapisa pelindung, terbentuklah flok-flok
atau sebuah agregat.

• hilangnya lapisan film dan globul sehingga


Koalescens terjadi pencampuran.

• pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat


pada daerah permukaan dan dasar.
Kriming
• yang terjadi karena adannya
Inversi massa perubahan viskositas.

• lapisan film mengalami pemecahan


Breaking sehingga hilang karena pengaruh suhu.
*METODE PEMBUATAN EMULSI
Metode gom
kering

Metode
Metode HLB
gom basah

Metode
Pembutan
Emulsi
*Keuntungan & Kerugian sediaan
Emulsi
* Sifat teurapetik & kemampuan * Sediaan kurang praktis,
menyebar konstituen lebih dikocok sebelum
meningkat
digunakan.
* Rasa dan bau tidak enak dapat
ditutupi * Stabilitias rendah
* Absorpsi dan penetrasi lebih * Media yang baik untuk
mudah dikontrol pertumbuhan bakteri
* Aksi dapat diperpanjang dan efek * Perlu ketelitian untuk
emolient lebih besar
menakar dosis
* Air merupakan eluen pelarut yang
tidak mahal
* Bahan yang tidak tercampur
dapat dipisahkan, pada masing-
masing fase emulsi.
*PENGUJIAN EMULSI
Cara
pengenceran

Hantaran Cara
Listrik Pewarnaan

Penggunaan
Cara
Kertas
Flouresens
Saring
*SEDIAAN SUSPENSI
Flokulasi Deflokulasi
Partikel membentuk agregat bebas Partikel berada dalam suspensi dalam
wujud yang memisah
Laju pengendapan tinggi karena Laju pengendapan lambat karena
partikel mengendap sebagai flokulasi partikel mengendap terpisah dan
yang merupakan komposisi partikel. ukuran partikel minimal
Endapan terbentuk cepat Endapan yang terbentuk lambat
Partikel tidak mengikat kuat dan keras Endapan biasanya menjadi samgat
satu sama lain tidak terbentuk padat karena berat dari lapisan atas
lempeng. Endapan mudah untuk dari bahan endapan yang mengalami
didispersikan kembali dalam bentuk gaya tolak-menolak antara partikel dan
suspensi aslinya. cake yang keras terbentuk dimana
merupakan kesulitan jika mungkin
didispersi kembali
Suspensi menjadi keruh karena Suspensi penampilan menarik karena
pengendapan yang optimal dan tersuspensi untuk waktu yang lama
supernatannya jernih. Hal ini dapat supernatannya juga keruh bahkan
dikurangi jika volume endapan dibuat ketika pengendapan terjadi.
besar, idealnya volume endapan harus
meliputi volume suspensi
Suspensi Suspensi Suspensi
Oral Topikal untuk injeksi

Suspensi
Suspensi Suspensi
untuk injeksi
tetes telinga Optalmik
terkontinyu
*BAHAN PENSUSPENSI
*STABILITAS SUSPENSI
• Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang
Ukuran partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi
Partikel itu.

• Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan


aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan
Viskositas kecepatan alirannya makin turun (kecil).

• Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah


Jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan
Partikel yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel
tersebut.

• Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam


Sifat/ campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian
Muatan ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang
Partikel menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut
*
1. Metode dispersi 2. Metode Praesipitasi
Dengan cara menambahkan Zat yang hendak didispersi
serbuk bahan obat ke dalam dilarutkan dahulu dalam
mucilago yang telah pelarut organik diencerkan
terbentuk, kemudian baru degan larutan pensuspensi
diencerkan . Untuk dalam air. Akan terjadi
menurunkan tegangan antar
muka antara partikel zat endepan halus dan
padat dengan cairan tersuspensi dengan bahan
tersebut perlu ditambahkan pensuspensi. Cairan organik
zat pembasah atau wetting tersebut adalah : Etanol,
agent. Zat pembasah yang propilenglikol, dan PEG.
digunakan antara lain :
alkohol, gliserin, sorbitol
dan cairan higroskopis
lainnya.
Kelebihan dan Keterbatasan Suspensi
Kelebihan
* Lebih stabil dibandingkan larutan dan memiliki rasa yang
lebih enak (tidak pahit)
* Serbuk yang tidak larut yang tersuspensi mudah ditelan.
Bentuk suspensi menyebabkan pemakaiannya lebih mudah
daripada obat dari bentuk serbuk.
* Obat terabsorbsi lebih cepat daripada bentuk serbuk

Keterbatasan
* Harus dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan
* Ketelitian dosis kurang dibandingkan dengan sediaan larutan
* Penyimpanan berpengaruh terhadap sistem dispersi
Wadah, Etiket dan Label Sediaan Liquid

Wadah DISPENSING

- Semua larutan, terutama yang mengandung


pelarut mudah menguap, harus digunakan wadah
tertutup rapat.
- Bila mengandung senyawa yang tidak stabil atau
mudah terdegradasi secara fotokimia, wadah
harus tahan cahaya.
- Botol bermulut kecil
- Berwarna atau tidak berwarna
- Penutup yang rapat  beri kap sebagai segel
Wadah, Etiket dan Label Sediaan Larutan

Wadah

Untuk sediaan potio efervescen: DISPENSING


- Botol bulat / botol limun
- Volume > 20 % dari sediaan
- Tutup diikat dengan simpul sampanye
(Champagne Knoop)

Sendok
Untuk ketepatan dosis
Sendok teh = cochlear theae (5 cc)
Sendok makan = Cochlear (15 cc)
Sendok bubur = Cochlear pultis /
cochlear parvum (8 cc)
Wadah, Etiket dan Label Sediaan Liquid

Etiket & Lebel DISPENSING


Apotek FARMASI ISTN
Jl. Moh.Khafi II Telp (031) 5011858 Jakarta
APA:……………………… SP:………………
- Mengandung obat keras  label ‘NI’
No: ………
(tgl peracikan))
.......................
TIDAK BOLEH DIULANG
An. Bagas Tanpa Resep Baru Dari Dokter
Sehari tiga kali satu sendok teh
AR AR

Apotek FARMASI ISTN


Jl. Moh. Khafi II Telp (031) 5011858 Jakarta
APA:……………………… SP:………………

No: ………
(tgl peracikan)
.......................
KOCOK DAHULU
- Mengandung minyak atsiri dan sirup
Ny. Waras
dalam jumlah besar  label ‘Kocok
Pemakaian diketahui Dahulu’
OBAT LUAR AR
*
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada 2
yaitu Sistem Newton dan Sistem Non-Newton.
1. Sistem Newton
2.Sistem Non Newton
Ada 3 jenis tipe aliran dalam sistem Non-Newton, yaitu :

a. Plastis b. Pseudoplastis
c. Dilatan
*MASALAH COMPOUNDING PADA
SEDIAAN LIQUID
1. Pengatasan Kontaminasi Mikroba
Sediaan liquid yang berpotensi besar terkontaminasi
mikroba adalah sediaan sirup. Untuk mengantisipasi
ditambahkan zat pengawet atau zat anti bakteri,
menjaga stabilitas dari sediaan dengan cara
memperkecil ukuran partikel sehingga mudah larut. Zat
aktif stabil pada pH tertentu. Oleh karena itu diperlukan
dapar untuk mempertahankan pH sediaan. Untuk
kontaminasi mikroba pada alat ataupun kemasan
biasanya digunakan uji sterilitas.
2. Pengatasan Masalah Oksidasi
Untuk mencegah terjadinya oksidasi antara produk dengan oksigen
bebas tersebut maka biasanya pada waktu pengemasan dibuat
sedemikian rupa, sehingga terdapat sedikit mungkin oksigen pada
wadah obat cairan. Cara lain untuk menghindari terjadinya oksidasi
adalah dengan penambahan bahan anti oksidasi pada produk obat
yang dapat mengurangi oksigen bebas.

3. Pengatasan Masalah Pembuatan Emulsi dan Suspensi


Pengatasan masalah pembuatan emulsi
Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan
akan terdispersi kembali.
Koalesen dan cracking (breaking) pencegahannya dapat ditambahkan
emulgator atau surfaktan yang cocok.
Inversi fase berubahnya tipe emulsi sifatnya irreversible
Pengatasan masalah pembuatan suspensi
Ukuran Partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.
Kekentalan / Viskositas fase eksternal dapat dinaikkan
dengan penambahan zat pengental yang dapat larut
kedalam cairan tersebut.
Jumlah Partikel / Konsentrasi
Sifat / Muatan Partikel
*
BAHAN OBAT
* Yang mudah larut, dilarutkan dalam botol
* Yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan.
* Yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukan dahulu dalam
erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat
larutnya.
* Yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam
erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyang-
goyangkan untuk mempercepat larutnya zat tersebut.
* Yang mudah terurai dalam pemanasan dan dilarutkan secara dingin.
* Yang mudah menguap bila dipanasi, dilarukan dalam botol tertutup
dan dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyangkan.
* Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah
sudah larut semua, dapat dilakukan ditabung reaksi lalu bilas.
*
* Zat yang sukar larut maka perlu penanganan khusus yaitu :
 Menaikkan kelarutan :
- Penggantian bentuk yang tepat (like dissolves like)
- Dilarutkan dalam pelarut campuran
- Dibuat bentuk kompleks yang larut
- Pengaturan pH
- Penambahan solubilizing agent
 Mempercepat kelarutan
- Memperkecil ukuran partikel
- Pengadukan
- Pemanasan
* BAHAN PELARUT
Menurut FI edisi V, kecuali dinyatakan lain, yang disebut
pelarut ialah air suling.

- Air, untuk melarutkan garam-garam.


- Spiritus, untuk kamfer, iodine, mentol
- Gliserin, untuk tannin, zat samak, boraks, fenol.
- Eter, untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat.
- Minyak, untuk kamfer, mentol.
- Paraffin liquidum, untuk cera, cetasium, minyak-
minyak, kamfer, mentol, klorbutanol.
- Kloroform, untuk minyak-minyak, lemak.
* BAHAN PEMBANTU
 Anti caplocking ( ex : alkohol polyhydric seperti sorbitol,
gliserol, atau propilenglikol)
 Corrigen odoris (ex : ol cinnamommi, ol rosarum, ol citri, ol
menthae pip)
 Corrigen coloris (ex : karminum (merah), karamel (coklat),
tinture croci (kuning))
 Pengawet (ex : asam benzoat, Na benzoat, nipagin, nipasol)
 Pemanis/Sweetening Agent (glukosa, sukrosa, sorbitol,
manitol, xytol)
 Perasa (saccharosa/ sirup simplex, sirup auratiorum, tingtur
cinnamommi, aqua menthaepiperithae)
 Antioksida (asam askorbat, asam sitrat, Na metabisulfit,
Nasulfite)
 Dapar (ex : CH₃COOH (asam lemah) dan CH₃COO– (basa
konjugasinya).
Contoh Pembuatan Sediaan Larutan elixir

dr. Sulaksana Pramana


SID 77.008/ID/II/90
Jl. Moh. Khafi II 189 Jakarta  Acetaminophenum (pct)
memiliki kelarutan yang
Jakarta, 03 juli 2017 rendah dalam air (1:70) dan
mudah terhidrolisis dalam air
R/ Acetaminophenum 0,12/5ml
Glycerolum 2,5 ml
 Rasa PCT sedikit pahit,
Propylenglycolum 500 µl  Sediaan yang multiple dose
Sorbitol Sol 70% 1,25 ml rentan terhadap kontaminasi
Etanol 500 µl mikroba saat pemakaian
Orange Essence qs
Aquadest ad 60 ml
S.tdd Cth  PCT dibuat dalam bentuk eliksir
karena mudah terhidrolisis dalam air.
 Untuk meningkatkan kenyamanan
penggunaan, ditambahkan perasa
berupa rasa orange.
Paraf :  Untuk menghindari aktivitas mikroba,
Pro : An,Raka digunakan pengawet berupa kombinasi
Umur : 11 th propilenglikol.
Alamat : Jln.Kecapi
Cara Peracikan Sediaan Larutan

Perhitungan Bahan
Acetaminophenum (Zat aktif) : 60 ml/5 mL x 0,25 g = 1,44 g
Gliserol (Pelarut, pemanis) : 60 ml/5 mL x 2,5 mL = 30 mL
Propilenglycolum (Pengawet) : 60 ml/5 mL x 500 µL = 6000 µL = 6 ml
Sorbitol 70% (Pelarut) : 60 ml/5 mL x 1,25 mL = 15 ml
Etanol (Pelarut) : 60 ml/5 mL x 500 µl = 6000 µl = 6 ml
Orange Essence (Pewangi, perasa) : qs
Aquadest (Zat tambahan) : 60 ml – (1,44 + 30 + 6 + 15 + 6) =1,56 ml
Cara Peracikan Sediaan Larutan
Cara pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Dikalibrasi botol sampai 60 ml, tandai
3. Setarakan timbangan
4. Ditimbang dan diukur semua bahan
5. Dimasukkan parasetamol ke dalam beaker glass,
ditambahkan gliserol sedikit demi sedikit, aduk hingga
larut
6. Ditambahkan etanol, aduk hingga larut
7. Ditambahkan propilenglikol, aduk hingga larut
8. Ditambahkan sorbitol, aduk hingga larut
9. Dimasukkan perasa yang sebelumnya dilarutkan
menggunakan aquadest, aduk homogen.
10. Dimasukkan kedalam botol obat yang sudah ditandai
60 ml, ditambahkan aquadest hingga tanda 60 ml.
11. Kemas dan beri etiket
Apotek FARMASI ISTN
Jl. Moh.Khafi II Telp (031) 5011858 Jakarta
APA: Dini Oktaviana S.Farm.Apt SP: 04418/D
No: 0012
Jakarta, 11 Juli 2017

An. Raka AR
Sehari tiga kali satu sendok teh

KOCOK DAHULU
Cara Peracikan Sediaan Suspensi

dr. Sulaksana Pramana


SID 77.008/ID/II/90
 Kelrutan chloramphenicol pal
Jl. Moh. Khafi II 189 Jakarta
praktis tidak larut dalam air
Jakarta, 03 juli 2017  Cloramphenicol pal memiliki
rasa yang pahit
R/Chloramphenicol Palmitat 125 mg Sediaan multiple dose rentan
Metil Paraben 0,18% terhadap kontaminasi mikroba
Propil Paraben 0,05% Suspensi parasetamol bersifat
Sorbitol 70% 3% cair hingga mudah tumpah
CMC-Na 1%
Sirup Simplex 30%
Chloramphenicol pal dibuat suspensi
Ol. Citri q.s
menggunakan suspending agent CMC-Na
Sunset Yellow FCF q.s
dengan sorbitol sebagai wetting agent
Aquadest ad 100
Rasa pahit diatasi dengan
m.f Suspensi
penambahan pemanis
s.3 dd in cth
Untuk menghindari mikroba
ditambahkan pengawet
Paraf :
Agar tidak terlalu encer ditambahkan
Pro : Yadi
sir.simplex untuk menaikkan viskositas
Umur : 11 th
Alamat : Jln.Kebembem
Cara Peracikan Sediaan Suspensi

PERHITUNGAN BAHAN
* Chloramphenicol palmitat (zat aktif) = 100 ml/5 ml x 0,25 g = 5 g
* Metil Paraben / nipagin(pengawet) = 0,18% x 100 = 0,18 g
* Propil Paraben / nipasol (Pengawet) = 0,05% x 100 = 0,05 g
* Sorbitol 70% (Wetting agent) = 3% x 100 ml = 3 ml
* CMC-Na (Suspending agent) = 1% x 100 = 1 g
* Aqua fervida untuk CMC Na = 20 x 1 g = 20 g = 20 ml
* Sirup Simplex (Penambah viskositas) = 30% x 100 ml = 30 ml
* Oleum Citri (pengharum) = q.s
* Sunset Yellow (Pewarna) = q.s
* Aquadest (pelarut) ad 100 g
Cara Peracikan Sediaan Suspensi

Cara Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Membuat syp simplex (Sukrosa 65 g dilarutkan dengan aquadest yang
telah dipanaskan secukupnya, aduk sampai homogen. Ditimbang aqudest
hingga berat menjadi 100 g. Lalu filtrasi)
3. Ditara botol, kemudian timbang dan ukur semua bahan.
4. Diisi beker glass dengan aqua fervida 20 ml, taburkan CMC Na secara
merata dan biarkan selama ± 15 menit, agar CMC Na mengembang.
5. Dimasukkan chloramphenicol pal ke dalam lumpang gerus sampai halus,
ditambah sorbitol sol 70% digerus sampai homogen.
6. CMC-Na yang sudah dikembangkan dimasukkan ke dalam campuran zat
aktif
7. Masukkan sir.simplex, metil paraben dan propil paraben ke dalam
mortir, aduk sampai merata
8. Tambahkan ol.citri dan sunset yellow secukupnya
9. Masukkan ke dalam botol dan tambahkan aquadest sampai tanda 100 ml
10. Pasang etiket
Apotek FARMASI ISTN
Jl. Moh.Khafi II Telp (031) 5011858 Jakarta
APA: Dini Oktaviana S.Farm.Apt SP: 04418/D
No: 0013
Jakarta, 11 Juli 2017

An. Yadi AR
Sehari tiga kali satu sendok teh
Dihabiskan

KOCOK DAHULU

TIDAK BOLEH DIULANG


Tanpa Resep Baru Dari Dokter
Peracikan Sediaan Emulsi
Zat aktif berbentuk minyak lemak,
praktis tidak larut pada air, sedikit larut
dr. Sulaksana Pramana dalam alcohol, larut dalam minyak bumi
SID 77.008/ID/II/90 ringan. Tidak larut dalam alcohol,
kloroform, eter karbon disulfide, etil
Jl. Moh. Khafi II 189 Jakarta acetate dan cahaya minyak bumi.
Jakarta, 03 juli 2017
Ol.iecoris aselli memiliki bau khas
minyak ikan, sehingga kurang nyaman
saat pemakaian
R/ Ol. Iecoris Aselli 30%
Sediaan dibuat emulsii oleh karena itu
PGA 20% perlu ditambahkan emulsi agent.
Syp.Simplex 15%
Na.Benzoat 0,1%
Zat aktif mudah teroksidasi sehingga
ditambahkan antioksidan.
BHT 0,1%
Essence Orange qs
Sediaan dibuat emulsi maka terdiri dari
dua fase W/O atau O/W sehingga karena
Aquadest ad 100ml terdapat fase air yang dapat
S.tdd C menimbulkan pertumbuhan mikroba maka
sediaan ditambahkan antimokroba atau
pengawet.
Untuk penutupi rasa yang pahit dan asam
maka sediaan ditambahkan pemanis
Paraf : Penyimpanan pada wadah coklat tetutup
Pro : An Dian baik kedap udara karena dapat merusak
Umur : 10 th Vitamin
Alamat : Jln.Duku
Peracikan Sediaan Emulsi
PERHITUNGAN BAHAN
 Ol. Iecoris Aselli (Zat Aktif) 30% x 100 ml = 30 ml
 PGA (Emulgator) 20% x 100 ml = 20 g
 Aqua untuk PGA 1,5 x 20 g = 30 ml
 Syp.Simplex (Pemanis & pengental) 15% x 100 ml = 15 ml
 Na.Benzoat (Pengawet) 0,1% x 100 ml = 0,1 g
 BHT/butyl hidroksitoluen (Antioksidan) 0,1% x 100 ml = 0,1 g
 Essence orange (Pewangi & perasa) qs
 Aquadest (Pelarut) ad 100ml – (30 + 20 + 30
+ 15 + 0,1 + 0,1) = 4,8 ml
 Ol.Iecoris Aselli dibuat dalam bentuk sediaan emulsi
 Essence orange untuk menutupi bau yang kurang enak
PGA sebagai emulsi agent agar sediaan berbentuk emulsi.
 Untuk menghilangkan rasa pahit dan asam pada oleum iecoris maka
ditambahkan pemanis berupa syrupus simplex.
Natrium benzoate dipakai sebagai pengawet antimikroba.
Zat aktif mudah menguap maka ditambahkan antioksidan.
Sediaan dikemas dalam wadah atau botol coklat tertutup rapat agar zat aktif
tetap stabil.
Peracikan Sediaan Emulsi

* Pembuatan Syr.simplek
1. Timbang saccarum album 65 g diatas cawan petri, masukkan dalam beker glass
2. Tambahkan aquadest ad 100 ml dan panaskan sampai larut lalu filtrasi
* Pembuatan Emulsi Agent
1. Timbang 20 gram PGA gerus halus, ditambah aquadest 30 ml masukkan dalam mortir
sedikit demi sedikit gerus halus homogeny sampai terbentuk mucilago (Campuran I)
* Pembuatan Emulsi Oleum Iecoris
1. Dikalibrasi botol 100 ml, beri tanda
1. Diukur 30 ml ol. Iecoris sisihkan
2. Ditimbang BHT dan larutkan dalam ol.iecoris ( Campuran II ) dalam beker glass aduk
sampai larut dan homogen
3. Dicampurkan Campuran II dalam Campuran I gerus homogen dalam mortir
4. Ditimbang Na.Benzoat larutkan dalam sedikit air sampai larut masukkan dalam campuran
gerus homogen
5. Diambil syp.simplex 15 ml masukkan dalam mortir gerus homogen, masukkan semua
campuran ke dalam botol
6. Ditambahkan aquadest sampai titik kalibrasi 100 ml
7. Lalu tutup rapat ,kemas beri etiket
Apotek FARMASI ISTN
Jl. Moh.Khafi II Telp (031) 5011858 Jakarta
APA: Dini Oktaviana S.Farm.Apt SP: 04418/D
No: 0013
Jakarta, 11 Juli 2017

An. Dian AR
Sehari tiga kali satu sendok makan

KOCOK DAHULU
KESIMPULAN
1. Teknik compounding sediaan liquid secara esensial
masuk dalam empat kategori, yaitu : transporbulk,
aliran turbulen, aliran laminer, dan difusi molekuler.
Biasanya lebih dari satu dari proses–proses ini yang
dilakukan pada proses pencampuran.
2. Yang menjadi masalah dalam compounding sediaan
liquid diantaranya : kontaminasi mikroba, terjadinya
oksidasi, masalah kelarutan suatu zat, dan tampilan
rasa, aroma, warna yang tidak menyenangkan pada
sediaan.
3. Untuk mengatasi masalah maka sebaiknya dilakukan
pemilihan secara tepat pelarut, emulgator atau
suspending agent serta penambahan bahan tambahan
seperti pengawet dan corrigent dengan perbandingan
yang tepat.
Daftar Buku Acuan

* Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
* Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 298
* Bhatt, Bhawnaand Agrawal, S. S. 2007. Pharmaceutical Engineering–Mixing. Delhi
Institute of Pharmaceutical Science and Research Sector 3. Pushp Vihar. New Delhi
* Bharati, V. 2010. A Prolonged Release Parentral Drug Delivery Sistem – An Overview.
ISSN 0976 - 044X. India.
* Gupta, R.B., Kompella, V.B. (ed.), 2006, Nanoparticle Technology for Drug Delivery,
Taylor & Francis Group, New York, USA
* Moh. Anief. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
* Parrot, Eugene L., (1968), Pharmaceutical Technology, Burgess Publishing
* Company: Iowa
* Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
* Tousey. 2002. The Granulation Process 101–Basic Technologies for Tablet Making.
Pharmaceutical Technology page 8 - 1.

Anda mungkin juga menyukai