Aisyah/A. Nurfitriani
Semester Ganjil 2016-2017
Aspek penting dalam memahami
kimia organik
Struktur dan ikatan senyawa organik yang stabil.
Reaktivitas senyawa organik
Intermediate dan keadaan transisi
Mekanisme reaksi transformasi dari suatu senyawa organik ke senyawa
organik yang lain.
Kinetika dan termodinamika reaksi serta hubungan keduanya.
Atom dan Molekul
Bilangan Kuantum
Dimensi Molekular
Dimensi Molekular
Kontur dan radius van der Waals metana dan
propana
Panjang Ikatan dan Sudut Ikatan
Panjang Ikatan dan Energi Ikatan
Kepolaran
Adalah kemampuan awan elektron terdistorsi akibat lingkungan luar.
Dinyatakan sebagai tingkat dipol (pengkutuban) yang diinduksi oleh suatu
unit gradien
Struktur dan Ikatan
Elektropositif: kecenderungan
unsur untuk kehilangan elektron
untuk mencapai oktet
Elektronegatif: kecenderungan
unsur untuk ketambahan
elektron untuk mencapai oktet
Tipe ikatan:
-ionik
-kovalen
-kovalen polar
H C N O
:
: Cl :
:
:
Na Cl
:Cl C F: N N O O
:
:
: F:
:
Resonansi
Resonansi memperlihatkan model baru yang lebih yang mewakili
penggambaran struktur superposisi dari dua struktur benzen yang ada.
1 2 3
O O O O
C C C C
O O O O O O O O
molekul(antiikatan)
Energi
orbital atom orbital atom
molekul(ikatan)
orbital molekul
C
1s 2s 2px 2py 2pz
Keadaan dasar Keadaan tereksitasi Keadaan terhibridisasi sp2
2p 2p
4 sp3
2s 2s
1s 1s 1s
2p 2p 2p
3 sp2
2s 2s
1s 1s 1s
2p 2p 2p
2 sp
2s 2s
1s 1s 1s
A: A+ + :
ion-ion
Y: A Y A + :
Konsep Asam Basa Bronsted-Lowry
H O + H Cl H O H + Cl
H H
Konsep asam basa Lewis tidak hanya berdasarkan pada donasi dan
penerimaan proton, tapi pada donasi dan penerimaan pasangan elektron
bebas, sehingga mampu mejelaskna keradaan asam-asam dan basa-
basa lain yang tidak memiliki proton.
NH3 + H Cl Cl + H
NH3
Cl Cl
Cl Al + NH3 Cl Al NH3
Cl
Cl
penerima donor
pasangan elektron pasangan elektron
C + C B
B Nu + C O Nu C O
O C + B O C B
C + Nu C Nu
Derajat keasaman dan basa kuat dinyatakan dalam pH, sedangkan untuk
asam dan basa lemah dinyatakan dalam nilai Ka atau pKa.
semakin besar nilai Ka, maka asam semakin kuat dan semakin kecil nilai Ka,
maka asam semakin lemah.
pKa = -log Ka
Nilai pKa ini berbanding terbalik dengan kekuatan asam. Semakin besar nilai
pKa berarti asam semakin lemah
CH3CO2H < CF3CO2H < HCl
pKa = 4,75 0 -7
Kekuatan basa dapat diprediksi dari nilai pKa konjugat asamnya. Prinsip
yang harus dipegang adalah:
a. Semakin kuat asam, maka konjugat basanya semakin lemah.
b. Semakin besar nilai pKa konjugat asamnya, maka basa semakin
kuat.
Cl- CH3CO2- OH-
pKa konjugat asam -7 4,75 15,7
kekuatan basa sangat lemah lemah kuat
Untuk membandingkan kebasaan amonia dan amina, maka keduanya
dilarutkan dalam air. Kebasaan keduanya dapat diprediksi dengan
melihat nilai pKa konjugat asamnya.
H
NH3 + H O H H N H + O H
H
basa asam konjugat asam konjugat basa
(pKa = 9,2)
CH3NH2+ H O H H3C N H + O H
H
basa asam konjugat asam konjugat basa
(pKa = 10,6)
Hubungan Struktur dan Keasaman
Kekuatan ikatan proton
Semakin besar atom (bertambahnya elektron) menghasilkan penurunan
efeltivitas tumpang tindih orbital sehingga semakin mudah terjadi pelepasan
proton.
H3C H H2N H HO H F H
pKa = 48 38 15,7 3,2
Efek hibridisasi
Energi elektron pada orbital 2s lebih rendah dari elektron 2p, sehingga
anionnya lebih stabil dan asamnya semakin kuat.
H H
H H
H
H C C H C C C C
H
H H H H
C C C
H3C O H3C O H3C O H
pKa = 4,75
H2 H2
H3C C O H + H2O H3C C O + H3O
Efek Pelarut
Pelarut berperan dalam menstabilkan anion, semakin stabil anion semakin besar
keasamannya.
Dalam keadaan gas, anion yang terbentuk dapat bereaksi kembali dengan asam
konjugatnya sehingga kesetimbangan reaksi bergeser ke arah asam (pKa asam
asetat = 130). Sedangkan bila asam asetat terlarut dalam air, molekul air
mensolvasi anion sehingga dapat terpisah dari asam konjugatnya (pKa = 4,75)
Asam Basa dalam Mekanisme Reaksi
Nukleofil bertindak sebagai basa (donor elektron), dan elktrofil sebagai
asam (akseptor elektron).
Sumber elektrofil adalah karbikation dan sumber nukleofil adalan basa.
CH3 CH3 H
H3C C O H + H O H H3C C O H + O H
CH3 H CH3 H
CH3 H CH3 H
H3C C O H H3C C + O H
CH3
CH3
CH3 CH3
H3C C + Cl H3C C Cl
CH3 CH3
Stereokimia
Pusat kiral ditandai dengan tanda bintang, adalah atom asimetrik yang
mengikat empat gugus yang berbeda.
Kiralitas
Molekul yang mengikat dua atau lebih gugus yang sama disebut akiral,
tidak memiliki bayangan cermin sehingga bukan merupakan pasangan
enansiomer atau keduanya mmerupakan senyawa yang sama.
Molekul akiral memiliki pusat simetri sedangkan molekul kiral tidak
memilikinya.
akiral kiral
Molekul kiral dapat memiliki satu atau lebih pusat kiral (lihat molekul kuinin
dan kuinidin)
Kiralitas
Penamaan ini dikemukakan oleh Chan, Ingold dan Prelog, merupakan bagian
dari tata nama IUPAC.
Penamaannya mengikuti cara berikut:
Identifikasi pusat kiral dan beri prioritas a,b,c dan d pada setiap gugus.
(a)
(d)
HO
H
C
H3C CH2CH3
Bila prioritas sama, maka
(b/c)penentuan
(b/c) prioritas dilihat pada atom berikutnya.
Gambarkan proyeksi Newman dari molekul dengan menempatkan gugus
prioritas terendah menjauhi pembaca.
Kemudian urutkan gugus berdasarkan prioritasnya. Bila urutannya searah jarum
jam, maka molekul tersebut diberi awalan (R) dan sebaliknya adalah (S).
Untuk ikatan rangkap, maka prioritasnya dipandang sebagai duplikasi atau
triplikasi ikatannya.
H H
C C
C H
C CH dipandang sebagai C C C
C C
Sifat Optis Aktif
Suatu pasangan enansiomer memiliki sifat kimia dan fisik yang sangat
identik, namun keduanya memiliki kemampuan memutar bidang chaya
terpolarkan yang berbeda satu sama lain.
Sifat inilah yang menjadi pembeda bagi keduanya.
Sampel yang berisi salah satu enansiomer murni akan memutar bidang
cahaya tersebut dalam sudut dan arah tertentu.
Besar sudut putaran dinyatakan dengan dan arah putaran yang susuai
putaran jarum jam diberi tanda positif (+) dan sebaliknya negative (-).
Enansiomer yang memutar bidang polarisasi cahaya searah jam disebut
juga bersifat dekstrorotatory dan sebaliknya leuvorotatory.
Nilairotasispesifikdinyatakandalampersamaan:
∝
∝ =
𝑐 × 𝑙
Dimana,
[ ] = rotasispesifik
= rotasiterukur
c = konsentrasisampel (g/mL)
l = panjangsel (dm)
H OH HO H
(R)-2-butanol (S)-2-butanol
25
= -13,52 25 = +13,52
D D
H CH3 H CH3
OH HO
(R)-()-2-metil-1-butanol (S)-()-2-metil-1-butanol
25
= 5,756 25
= 5,756
D D
H CH3 H CH3
Cl Cl
(R)-()-1-kloro-2-metilbutana (S)-()-1-kloro-2-metilbutana
25
= 25
=
D D
Enantiomeric Excess (ee)
H H H H
(a) (b)
Pada reaksi ini tidak ada
HO OH pengaruh reagen, katalis
H3H2C
CH2H3 maupun pelarut kiral, sehingga
CH3 H3C produk dalam campuran
H H rasemat.
Bila terdapat reagen kiral, maka
HO H H OH
kemungkinan salah satu produk
enansioemr akan lenih melimpah
dibandingkan yang lainnya. Inilah
yang disebut reaksi stereoselektif.
(R)-(-)-(2)-butanol (50%) (S)-(+)-(2)-butanol (50%)
O O
lipase
OEt OEt +
H OH
F F
+ H OEt
OH
asam(S)-(-)-2-floroheksanoat
(produk)
Senyawa Meso
Cl Cl
Cl Cl
A B
Cl Cl
Cl Cl Cl Cl
Retensi Konfigurasi
konfigurasi
sama
H3C H H3C H
OH Cl
+ H Cl
(S)-()-2-metil-1-butanol (S)-()-1-kloro-2-metilbutana
25 = -5,756 25 = +1,64
D D
H OH H OH
Zn, H+(-ZnBr2)
Br H
retensi konfigurasi
(R)-1-Bromo-2-butanol (S)-2-butanol