Anda di halaman 1dari 16

Reaksi Akibat Transfusi darah

Kelompok 9
Anzar Irawan S (5117048)
Deti Kurnia (5117007)
Fitri Widianti (5117046)
Nesti Puji A (5117011)

Imunohematologi2019
Transfusi darah

transfusi darah adalah pemberian darah atau komponen darah


dari sati individu (donor) ke individu lainnya (resipien). dimana
dapat menjadi penyelamat nyawa, tapi dapat pula berbahaya
dengan berbagai komplikasi ( Reaksi akibat transfusi )

Reaksi transfuse adalah komplikasi atau efek samping yang


terjadi sebagai akibat pemberian transfusi. Resiko akibat
transfusi yang didapat mungkin tidak sesuai dengan
keuntungannya
Apa saja bahaya atau
Reaksi Akibat Transfusi darah
reaksi transfusi darah yang
bersifat berbahaya ???
Reaksi Reaksi Reaksi Reaksi
transfusi transfusi transfusi transfusi
akut akut (Non lambat lambat (Non
(Imunologi) Imunologi) (Imunologi) Imunologi)
Reaksi transfusi akut (Imunologi)

Timbulnya pruritus, urtikaria, dan


Reaksi ringan rash. Reaksi ringan disebabkan oleh
hipersensitifitas ringan.

Reaksi seadang berat ditandai dngan


Reaksi akut adalah Reaksi Sedang- adanya gejala gelisah, lemah, pruritus,
reaksi yang terjadi berat palpitasi dispnea ringan dan nyeri kepala.
selama transfuse atau Reaksi sedang berat biasanya disebabkan
dalam 24 jam setelah oleh hipersensitivitas sedang bera,
transfusi.
Membahayakan
nyawa
Lanjutan ...

1. Reaksi hemolitik Akut


a. Hemolisis ekstravaskular

merupakan jenis reaksi transfusi yang


Hemolisis ekstravaskular merupakan lisis sel darah
berbahaya dan dapat menyebabkan
merah yang terjadi karena reaksi Ag donor yang
kematian. Reaksi hemolitik merupakan
disensitisasi/dilekati oleh Ab dan atau komplemen
reaksi lisis sel darah merah dari darah donor
pasien. Kompleks Ag, Ab dan atau komplemen
ataupun darah pasien karena adanya
tersebut dikenali dan disingkirkan ke luar
ketidakcocokan jenis golongan darah
pembuluh darah oleh sel makrofag menuju ke
antara donor dan pasien. Mekanisme lisis sel
hati atau limpa untuk dihancurkan.
darah merah karena reaksi transfusi dapat
terjadi melalui mekanisme ekstravaskuler
maupun intravaskuler.
Mekanisme hemolisis ekstravaskuler

• Pada saat sel darah merah dihancurkan di dalam


makrofag (Gambar 4.2), maka akan melepaskan
molekul Hb dari sel darah merah yang kemudian
dipecah menjadi bagian heme dan globin.
• Protein globin akan dimanfaatkan kembali oleh
tubuh, sedangkan molekul heme diubah menjadi
biliverdin yang pada proses berikutnya akan
diubah menjadi bilirubin indirek.
• Bilirubin indirek akan dibawa ke hepatosit untuk
dirubah menjadi bilirubin direk (larut dalam air).
• Pada hemolisis ekstravaskular, umumnya
konsentrasi bilirubin indirek meningkat, karena
terlalu banyak molekul heme yang diubah
menjadi bilirubin, sampai hepatosit tidak mampu
memproses kelebihan bilirubin.
b. Hemolisis intravascular

Hemolisis intravaskular merupakan lisis sel darah merah yang terjadi di pembuluh darah.
Reaksi terjadi jika Ab pasien bereaksi dengan Ag yang berasal dari donor. Ikatan Ag dan
Ab tersebut mengaktifkan komplemen dan membentuk membrane attachment complex
(MAC) dan sel darah merah lisis/pecah . Molekul Hb yang keluar dari sel darah merah
yang telah lisis akan diikat oleh haptoglobin. Kompleks Hb-haptoglobin akan disingkirkan
dari plasma oleh sel retikuloendotelial hati. Jika jumlah haptoglobin berkurang atau
bahkan habis, maka molekul Hb akan berada bebas di dalam darah (hemoglobinemia),
b. Febrile non hemolytic transfusion Pelepasan sitokin dari sel lekosit dapat terjadi melalui
tiga mekanisme :
reaction (FNHTR) (A) Sel lekosit donor yang dapat mengaktivasi sistem
imun pasien, sehingga lekosit pasien
FNHTR merupakan reaksi transfusi menghasilkan dan melepaskan sitokin.
(B) (B) Reaksi antara Ab lekosit pada plasma pasien
dengan gejala klinis yang ditimbulkan dengan komponen darah donor yang
berupa demam dan tidak diikuti mengandung Ag lekosit (HLA/HNA) yang sesuai.
Ab akan bereaksi dengan lekosit membentuk
dengan reaksi hemolisis sel darah kompleks Ag – Ab dan menyebabkan
merah. Reaksi FNHTR terjadi karena dilepaskannya sitokin.
(C) sitokin dilepaskan oleh sel lekosit selama proses
dilepaskannya sitokin dari sel lekosit. penyimpanan komponen darah.
c. Alergi

Reaksi alergi merupakan jenis reaksi


transfusi yang cukup sering terjadi.
Reaksi ini terjadi karena berbagai
unsur yang bertindak sebagai alergen
yang dapat mengaktifkan sel mast
maupun basofil. Mekanisme alergi
terjadi :
d. Reaksi anafilaktik dan anaphylactoid

• Reaksi anafilaktik dan anaphylactoid merupakan reaksi hipersensitivitas pada respon sistem imun yang
merupakan bagian dari reaksi alergi. Komplikasi ini jarang terjadi, namun dapat membahayakan jiwa pasien.
Reaksi anafilaktik dan anaphylactoid dibedakan dari jenis IgA yang lebih spesifik dan gejala klinisnya.

• Reaksi anafilaktik, yaitu reaksi terhadap individu dengan defisiensi IgA, sehingga mempunyai anti-IgA dari
paparan sebelumnya. Gejala klinis reaksi anafilaktik berupa : batuk, sesak napas, mual, muntah, sakit di
bagian dada, hipotensi, diare, bisa menyebabkan shock, hilang kesadaran yang dapat berujung pada
kematian.

• Reaksi anaphylactoid terjadi pada pasien dengan konsentrasi IgA normal, tetapi mempunyai beberapa jenis
IgA yang dapat bereaksi dengan bagian rantai ringan (light chain) IgA donor. Reaksi anaphylactoid, biasanya
tidak separah reaksi anafilaktik, dengan gejala klinis berupa : urtikaria, sesak napas.
e. Transfusion related acute lung injury (TRALI)

TRALI merupakan reaksi transfusi yang dapat membahayakan jiwa


pasien, hal ini disebabkan karena organ yang diserang adalah paru-
paru, sehingga pasien mengalami sulit napas. Gejala klinis, biasanya
terjadi pada kisaran 6 jam selama proses transfusi. Gejala klinis yang
timbul pada pasien berupa demam, hipotensi,sesak napas, penurunan
tekanan oksigen dalam tubuh.
Reaksi transfusi akut non Imunologi

Reaksi transfusi non imun yang 1. Sepsis karena kontaminasi bakteri


dimaksud di sini adalah reaksi di dalam kantong darah
yang tidak melibatkan sistem
imun (reaksi Ag dan Ab) secara Sepsis merupakan reaksi tubuh
langsung. terhadap infeksi yang cukup berat,
jika tidak tertangani dengan baik,
maka dapat terjadi kerusakan organ.
Kontaminasi bakteri merupakan
penyebab utama terjadinya infeksi
pada pasien paska transfusi
2. Efek transfusi terhadap komponen 3. Efek transfusi dalam jumlah dan
darah simpan volume besar

Komponen darah yang disimpan dalam Jika transfusi dilakukan pada pasien
jangka waktu tertentu, akan yang mengalami perdarahan parah dan
memberikan reaksi transfusi terhadap harus ditransfusi dengan jumlah darah
pasien. Faktor fisik sel darah maupun yang cukup banyak (6 unit kantong
faktor kimia dari komponen darah darah dewasa) dalam waktu kurang
dapat mempengaruhi kualitas dari 24 jam, maka berbagai macam
komponen darah simpan. reaksi transfusi non imun dapat terjadi.
Reaksi Transfusi Lambat (Imunologi)

2. Aloimunisasi
1. Reaksi hemolitik tunda

Reaksi komplikasi jangka panjang karena


disebabkan karena respon imun sekunder
transfusi, salah satunya adalah reaksi
terhadap Ag pada sel darah merah donor.
aloimunisasi yaitu terbentuknya Ab
Hal ini terjadi karena pasien sudah pernah
terhadap paparan dengan Ag sel darah
terpapar dengan jenis Ag yang sama
merah, lekosit maupun trombosit
sebelumnya sehingga pasien sudah
sebelumnya. Reaksi aloimunisasi biasanya
mempunyai Ab terhadap Ag tersebut.
terjadi pada pasien yang mendapat
beberapa kali transfusi darah.
3. Post transfusion purpura (PTP) 4. Transfusion-associated graft vs host disease
(TA-GVHD)
PTP merupakan reaksi transfusi yang
melibatkan komponen trombosit. Kondisi ini Reaksi yang terjadi adalah limfosit T donor yang

terjadi karena reaksi allo Ab terhadap memicu sistem imun pasien. Sel limfosit donor
dikenali sebagai substan asing oleh sistem imun
trombosit yang ditransfusikan. Allo Ab
pasien, sehingga sel limfosit yang ditransfusikan
trombosit melekat pada permukaan
dihancurkan di dalam tubuh pasien.Terdapat tiga
trombosit yang memicu dekstruksi
faktor yang dapat mempengaruhi reaksi ini,
ekstravaskular oleh retikuloendotelial sistem
yaitu; status imun pasien, kecocokan HLA antara
(RES), sehingga terjadi penurunan jumlah
donor dan pasien, dan berapa banyak sel T yang
trombosit (trombositopenia).
teraktifkan karena proses transfusi.
Terima Kasih...

Any Question ?

IMUNOHEMATOLOGI

Anda mungkin juga menyukai